Imam-Ali bin Abi Thalib as berkata :
Sekalipun seseorang mengingat kematian, belum tentu ia SERIUS dalam menyikapinya
Siapa yang mau PERCAYA bahwa akan ada suatu hari dimana seseorang akan dipisahkan secara paksa dari sahabat-sahabatnya, dijauhkan dari kerabat dan keluarga tercinta, dipaksa meninggalkan harta benda yg dibanggakannya?
Sampai akhirnya ia benar-benar mengalami sendiri tibanya hari itu, saat ia dibaringkan didalam kubur sendirian, ia harus bertanggung jawab atas semua prilaku, amal perbuatan dan sepak terjangnya
Ketika waktu perpisahan itu mulai mendekat dan saat perjalanan itu telah tiba, dengan perih dan sedih, bingung, sakit dan gelisah, ditandai dengan sesaknya nafas, keringnya air liur
Tibalah waktunya untuk memanggil kerabat dan sanak saudara guna membantu mengubah posisi tubuhnya di tempat tidur
Maka mampukah disaat seperti itu sanak kerabat menghentikan kematian ?
Bisakah para wanita yang berkabung membawa perubahan ?
Sebaliknya ia malah akan ditinggal sendirian di liang sempit kuburnya.
Seluruh kulitnya dirobek-robek oleh serangga, dan tubuhnya yang bugar hancur membusuk
Badai menyingkirkan jejak-jejaknya dan bencana menghapus tanda-tandanya
Badan-badan yang dulu segar kini berubah menjadi kurus dan layu, tulang-tulang yang dulu kekar kini telah menjadi lapuk
Sementara RUH terbebani oleh beratnya dosa dan baru menyadari bahwa hal-hal ghaib itu ternyata benar-benar ADA
Malam pertama di alam kubur, cukup untuk melenyapkan seluruh kenangan indah kesenangan dunia sepanjang masa
Sekarang, amal baik tidak dapat ditambah lagi, kejahatan tak bisa ditebus dengan bertaubat kembali
Hai Hamba Tuhan...
Bukankah anda adalah seorang putra, ayah, saudara atau kerabat dari orang-orang yang telah mati itu ?
Tidakkah anda juga akan menyusul langkah mereka dan melewati jejak-jejaknya juga ?
MENGAPA hati masih juga tidak mau tergugah, tak peduli dengan petunjuk, dan terus bergerak pada jalur yang salah ?
Seakan-akan kematian hanya terjadi pada orang lain, dan seolah-olah jalan yang benar ialah mengumpulkan pundi-pundi harta duniawi
Ia mati dalam keadaan jenuh dengan kejahatan-kejahatannya, sedang hidupnya yang singkat ia lewatkan dengan terus memburu bangkai dan mengais sampah
la tidak berusaha mendapatkan pahala, tidak pula memenuhi suatu kewajiban
Sampai akhirnya penyakit yang mematikan menjangkaunya selagi ia masih terlena mengumbar hawa nafsunya
Maka ia pun jadi bingung melewati malam-malam panjang dalam kondisi sulit tidur, dicekam berbagai macam keresahan, sakit, nyeri dan keluhan ditengah-tengah kehadiran saudara-saudara kandungnya, ayah yang mencintainya, ibu yang meratapinya, sudara perempuan yang menangisinya
Sementara ia sendiri dalam kondisi sakaratul maut yang menggalau, derita yang maha dahsyat, jeritan menakutkan, puncak rasa sakit tak tertanggungkan dan taring maut yang melemaskan
Setelah itu ia dibungkus dengan kain kafan, tetap diam dan menyerah total pada kehendak orang lain
Kemudian ia ditempatkan di atas papan dalam kondisi tertekan kesulitan dan dikuruskan oleh penyakit
Sekumpulan pemuda dan saudara-saudaranya datang menolong, mengusung jenazahnya ke rumah paling asing dan terpencil, dimana seluruh hubungan dengan pengunjung akan putus dan ia berada disitu sendiri kesepian
Orang-orang yang mengantarkannya pun akhirnya pergi dan orang-orang yang menangisi serta mengiringinya juga pulang kembali
Lalu ia didudukkan dalam liang kuburnya, dituntut untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit yang menegangkan dan ujian yang mendebarkan
Bencana besar yang bakal terjadi di tempat itu ialah turunnya air bah yang panas menggelegak, jilatan api yang kobarannya menyala abadi serta asap hitam pekat
Tidak ada waktu istirahat, tak ada jeda untuk santai, tak ada kekuatan bisa mencegah, tak ada kematian untuk kelegaan, dan tak ada tidur untuk membuatnya lupa akan kepedihan, terbaring diantara berbagai jenis kematian demi kematian, hukuman demi hukuman, tusukan demi tusukan saat demi saat hingga kelak dibangkitkan kembali Fi Yaumil Hisab..
*KETIKA MALAIKAT MAUT MENJEMPUT RUH SEORANG MUK'MIN*
Imam Ja'far Shadiq as ditanya,
"Apakah seorang mukmin tidak senang bila dicabut rohnya..?"
Beliau menjawab,
"Tidak, demi Allah..!
Sesungguhnya, jika malaikat pencabut nyawa datang untuk mencabut nyawa seseorang,
maka jiwa orang tersebut berada dalam kegelisahan dan
ketakutan yang dahsyat"
Di saat datang malaikat pencabut nyawanya berkata kepadanya,
"Wahai kekasih Allah..!
Janganlah engkau takut..!
Demi Allah SWT yang mengutus
Muhammad Saw dengan kebenaran,
Aku akan memperlakukanmu lebih baik dan lebih sayang dari seorang ayah kepada anaknya,
sekarang bukalah matamu..!"
Maka tampaklah di hadapan wajahnya, sosok Rasulullah saw, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Al-Hasan dan Al-Husain, serta para Imam as dari anak keturunan mereka...
Maka dikatakan kepadanya,
"Ini adalah Rasulullah Saw dan para Ahlil bayitnya dan seterusnya, mereka2 itulah orang-orang yang engkau semasa hidupmu sangat kau cintai"
Maka dari sejak saat itu, tidak ada lagi yang lebih ia cintai daripada segera dicabutnya nyawanya dan bergabung bersama merek
0 comments:
Posting Komentar