Rabu, 03 Mei 2023

Pelajaran Penting Tentang Kematian


 Imam-Ali bin Abi Thalib as berkata :

Sekalipun seseorang mengingat kematian, belum tentu ia SERIUS dalam menyikapinya

Siapa yang mau PERCAYA bahwa akan ada suatu hari dimana seseorang akan dipisahkan secara paksa dari sahabat-sahabatnya, dijauhkan dari kerabat dan keluarga tercinta, dipaksa meninggalkan harta benda yg dibanggakannya?

Sampai akhirnya ia benar-benar mengalami sendiri tibanya hari itu, saat ia dibaringkan didalam kubur sendirian, ia harus bertanggung jawab atas semua prilaku, amal perbuatan dan sepak terjangnya

Ketika waktu perpisahan itu mulai mendekat dan saat perjalanan itu telah tiba, dengan perih dan sedih, bingung, sakit dan gelisah, ditandai dengan sesaknya nafas, keringnya air liur

Tibalah waktunya untuk memanggil kerabat dan sanak saudara guna membantu mengubah posisi tubuhnya di tempat tidur

Maka mampukah disaat seperti itu sanak kerabat menghentikan kematian ?

Bisakah para wanita yang berkabung membawa perubahan ?

Sebaliknya ia malah akan ditinggal sendirian di liang sempit kuburnya.

Seluruh kulitnya dirobek-robek oleh serangga, dan tubuhnya yang bugar hancur membusuk

Badai menyingkirkan jejak-jejaknya dan bencana menghapus tanda-tandanya 

Badan-badan yang dulu segar kini berubah menjadi kurus dan layu, tulang-tulang yang dulu kekar kini telah menjadi lapuk

Sementara RUH  terbebani oleh beratnya dosa dan baru menyadari bahwa hal-hal ghaib itu ternyata benar-benar ADA

Malam pertama di alam kubur, cukup untuk melenyapkan seluruh kenangan indah kesenangan dunia sepanjang masa

Sekarang, amal baik tidak dapat ditambah lagi, kejahatan tak bisa ditebus dengan bertaubat kembali

Hai Hamba Tuhan...

Bukankah anda adalah seorang putra, ayah, saudara atau kerabat dari orang-orang yang telah mati itu ?

Tidakkah anda juga akan menyusul langkah mereka dan melewati jejak-jejaknya juga ?

MENGAPA hati masih juga tidak mau tergugah, tak peduli dengan petunjuk, dan terus bergerak pada jalur yang salah ?

Seakan-akan kematian hanya terjadi pada orang lain, dan seolah-olah  jalan yang benar ialah mengumpulkan pundi-pundi harta duniawi

Ia mati dalam keadaan jenuh dengan kejahatan-kejahatannya, sedang hidupnya yang singkat ia lewatkan dengan terus memburu bangkai dan mengais sampah

la tidak berusaha mendapatkan pahala, tidak pula memenuhi suatu kewajiban

Sampai akhirnya penyakit yang mematikan menjangkaunya selagi ia masih terlena mengumbar hawa nafsunya

Maka ia pun jadi bingung melewati malam-malam panjang dalam kondisi sulit tidur,  dicekam berbagai macam keresahan, sakit, nyeri dan keluhan ditengah-tengah kehadiran saudara-saudara kandungnya, ayah yang mencintainya, ibu yang meratapinya, sudara perempuan yang menangisinya

Sementara ia sendiri dalam kondisi sakaratul maut yang menggalau, derita yang maha dahsyat, jeritan menakutkan, puncak rasa sakit tak tertanggungkan dan taring maut yang melemaskan

Setelah itu ia dibungkus dengan kain kafan, tetap diam dan menyerah total pada kehendak orang lain

Kemudian ia ditempatkan di atas papan dalam kondisi tertekan kesulitan dan dikuruskan oleh penyakit

Sekumpulan pemuda dan saudara-saudaranya datang menolong, mengusung jenazahnya ke rumah paling asing dan terpencil, dimana seluruh hubungan dengan pengunjung akan putus dan ia berada disitu sendiri kesepian

Orang-orang yang mengantarkannya pun akhirnya pergi dan orang-orang yang menangisi serta mengiringinya juga pulang kembali

Lalu ia didudukkan dalam liang kuburnya, dituntut untuk  bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit yang menegangkan dan ujian yang mendebarkan

Bencana besar yang bakal terjadi di tempat itu ialah turunnya air bah yang panas menggelegak, jilatan api  yang kobarannya menyala abadi serta asap hitam pekat

Tidak ada waktu istirahat, tak ada jeda untuk santai, tak ada kekuatan bisa mencegah, tak ada kematian untuk kelegaan, dan tak ada tidur untuk membuatnya lupa akan kepedihan, terbaring diantara berbagai jenis kematian demi kematian, hukuman demi hukuman, tusukan demi tusukan saat demi saat hingga kelak dibangkitkan kembali Fi Yaumil Hisab..

*KETIKA MALAIKAT MAUT MENJEMPUT RUH SEORANG MUK'MIN*

Imam Ja'far Shadiq as ditanya,

"Apakah seorang mukmin tidak senang bila dicabut rohnya..?"

Beliau menjawab,

"Tidak, demi Allah..! 

Sesungguhnya, jika malaikat pencabut nyawa datang untuk mencabut nyawa seseorang,

maka jiwa orang tersebut berada dalam kegelisahan dan

ketakutan yang dahsyat"

Di saat datang malaikat pencabut nyawanya berkata kepadanya,

"Wahai kekasih Allah..! 

Janganlah engkau takut..! 

Demi Allah SWT yang mengutus

Muhammad Saw dengan kebenaran, 

Aku akan memperlakukanmu lebih baik dan lebih sayang dari seorang ayah kepada anaknya, 

sekarang bukalah matamu..!" 

Maka tampaklah di hadapan wajahnya, sosok Rasulullah saw, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Al-Hasan dan Al-Husain, serta para Imam as dari anak keturunan mereka...

Maka dikatakan kepadanya,

"Ini adalah Rasulullah Saw dan para Ahlil bayitnya dan seterusnya, mereka2 itulah orang-orang yang engkau semasa hidupmu sangat kau cintai"

Maka dari sejak saat itu, tidak ada lagi yang lebih ia cintai daripada segera dicabutnya nyawanya dan bergabung bersama merek

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More