Rabu, 03 Mei 2023

Salman Ibnul Islam Seorang Gubernur Tawaduk



Sekiranya Bung Karno tidak menamai Masjid di ITB sebagai Masjid Salman, nama sahabat ini tidak akan sepopuler sekarang. Salman adalah teknolog perang yang pertama. Ia memberi saran agar Rasulullah Saw membuat parit atau khandaq diseputar kota Madinah. Tujuannya agar pasukan sekutu (Al-Quran menyebutnya Ahzab) tidak bisa langsung memasuki kota. Kuda Amr bin Abdi Wudd harus melompati parit yang lebar sebelum berhadapan dengan Ali bin Abi Thalib. 

Salman memperoleh pengetahuan tentang teknologi ini dari perjalanan panjangnya dalam mencari kebenaran. Karena semangatnya untuk mencari Nabi yang menurut Alkitab akan "membawa kepada segala kebenaran," Ia menjual dirinya sebagai budak. Hampir saja ia jatuh dari pohon kurma ketika Nabi yang dirindukannya diberitakan datang ke Madinah. 

Pemilik kebun kurma bersedia membebaskan Salman dengan tebusan 300 batang kurma. Nabi beserta para sahabatnya bergotong royong membuka kebun kurma. Nabi yang mulia menanam satu pohon dengan tangannya sendiri. Akhirnya, setelah masuk Islam, Salman dibebaskan dari penghambaan kepada manusia agar menjadi hamba bagi Tuhan semata. Walaupun begitu, ia masih suka disebut maula Rasulullah. Ia menghabiskan sisa hidupnya untuk Nabi  Saw dan untuk orang yang diwasiatkan Nabi. 

Setelah Perang Khandaq, para sahabat berkumpul di masjid Nabawi. Mereka bersyukur atas kemenangan umat Islam, berkat kontribusi gagasan Salman tentang pembangunan parit. Mereka mengklaim Salman sebagai bagian dari golongannya. 

"Salman dari golongan kami," kata orang Anshar.

"Salman dari golongan kami," timpal orang Muhajirin. 

Kaum Muslim memandang ke arah Nabi untuk mendengar komentarnya. Berkatalah Nabi dengan penuh cinta: Salman minnâ Ahlil Bait, Salman bagian dari keluarga Nabi (Mustadrak al-Hâkim, 3:598; Ath-Thabrani, 6:261).

Lalu Nabi melanjutkan, "Jangan sebut dia Salman al-Farisi. Tapi sebut dia Salman al-Muhammadi, Salman dari keluarga Nabi."

Pada hari yang lain di Masjid Nabawi, para sahabat sudah berkumpul sejak waktu dhuha, menunggu azan zhuhur. Masuklah Salman bersama saudara-saudaranya, kaum Muslim. Mereka ingin tahu nasab Salman. 

"Saya dari kabilah Tamim," kata seorang di antara mereka. 

"Saya dari kabilah Quraisy," kata yang lain.

"Saya dari kabilah Aus... kabilah Khazraj... Dan kau Salman. Ibnu man Anta? Anak siapa Anda? Sebutkan nasabmu dan silsilahmu?"

Salman terdiam sebentar. Kemudian ia berkata untuk menegaskan inti ajaran Rasulullah: antirasisme dan antitribalisme.

"Aku anak Islam. Dulu aku tersesat, lalu Allah memberiku petunjuk melalui Muhammad. Dulu aku miskin, lalu Allah mengayakan aku melalui Muhammad. Dulu aku budak, lalu Allah membebaskan aku melalui Muhammad."

Setelah Rasulullah Saw wafat, pada zaman Umar bin Khattab, Salman ditempatkan sebagai gubernur di Madain. Karena ia tidak punya rumah, orang bermaksud membangun rumah dinas untuknya. "Buatlah rumah untukku di atas sepetak kecil tanah saja, sehingga kalau aku tidur maka kepalaku mengenai dinding yang satu dan kakiku mengenai dinding yang lain. Jika aku  berdiri maka kakiku di atas lantai dan kepalaku menyundul atap," perintah Salman.

Pada suatu hari di pasar yang ramai, seorang pedagang dari Syam melihat Salman dan menduganya sebagai kuli pasar. Ia memanggil Salman dan berkata, "Pikul barang-barangku dan ikuti aku!"

Salman, sang gubernur, dengan patuh mengangkat barang-barang itu ke pundaknya. Sepanjang jalan, tidak henti-hentinya pedagang itu memaki-maki Salman karena jalannya yang lambat, karena nafasnya yang tersengal,  dan karena tubuhnya sudah renta.

Di pertengahan jalan, banyak orang yang mengenalinya. Mereka memberitahu orang Syam itu bahwa pemikul barangnya adalah seorang gubernur. Dengan malu dan takut, ia berkata, "Letakkan barang itu, Sayyidi. Saya mohon maaf. Saya tidak mengenalmu."

Salman menolaknya. Ia antarkan barang milik pedagang itu sampai tujuannya. Ia berkata, "Dengan memikul barang itu, aku melakukan tiga hal yang utama: aku menanggalkan kepongahan, aku menolong kaum Muslim memenuhi keperluannya, dan aku menghindarkan orang Islam lain yang lebih lemah dariku dari makianmu."

Pelajaran Penting Tentang Kematian


 Imam-Ali bin Abi Thalib as berkata :

Sekalipun seseorang mengingat kematian, belum tentu ia SERIUS dalam menyikapinya

Siapa yang mau PERCAYA bahwa akan ada suatu hari dimana seseorang akan dipisahkan secara paksa dari sahabat-sahabatnya, dijauhkan dari kerabat dan keluarga tercinta, dipaksa meninggalkan harta benda yg dibanggakannya?

Sampai akhirnya ia benar-benar mengalami sendiri tibanya hari itu, saat ia dibaringkan didalam kubur sendirian, ia harus bertanggung jawab atas semua prilaku, amal perbuatan dan sepak terjangnya

Ketika waktu perpisahan itu mulai mendekat dan saat perjalanan itu telah tiba, dengan perih dan sedih, bingung, sakit dan gelisah, ditandai dengan sesaknya nafas, keringnya air liur

Tibalah waktunya untuk memanggil kerabat dan sanak saudara guna membantu mengubah posisi tubuhnya di tempat tidur

Maka mampukah disaat seperti itu sanak kerabat menghentikan kematian ?

Bisakah para wanita yang berkabung membawa perubahan ?

Sebaliknya ia malah akan ditinggal sendirian di liang sempit kuburnya.

Seluruh kulitnya dirobek-robek oleh serangga, dan tubuhnya yang bugar hancur membusuk

Badai menyingkirkan jejak-jejaknya dan bencana menghapus tanda-tandanya 

Badan-badan yang dulu segar kini berubah menjadi kurus dan layu, tulang-tulang yang dulu kekar kini telah menjadi lapuk

Sementara RUH  terbebani oleh beratnya dosa dan baru menyadari bahwa hal-hal ghaib itu ternyata benar-benar ADA

Malam pertama di alam kubur, cukup untuk melenyapkan seluruh kenangan indah kesenangan dunia sepanjang masa

Sekarang, amal baik tidak dapat ditambah lagi, kejahatan tak bisa ditebus dengan bertaubat kembali

Hai Hamba Tuhan...

Bukankah anda adalah seorang putra, ayah, saudara atau kerabat dari orang-orang yang telah mati itu ?

Tidakkah anda juga akan menyusul langkah mereka dan melewati jejak-jejaknya juga ?

MENGAPA hati masih juga tidak mau tergugah, tak peduli dengan petunjuk, dan terus bergerak pada jalur yang salah ?

Seakan-akan kematian hanya terjadi pada orang lain, dan seolah-olah  jalan yang benar ialah mengumpulkan pundi-pundi harta duniawi

Ia mati dalam keadaan jenuh dengan kejahatan-kejahatannya, sedang hidupnya yang singkat ia lewatkan dengan terus memburu bangkai dan mengais sampah

la tidak berusaha mendapatkan pahala, tidak pula memenuhi suatu kewajiban

Sampai akhirnya penyakit yang mematikan menjangkaunya selagi ia masih terlena mengumbar hawa nafsunya

Maka ia pun jadi bingung melewati malam-malam panjang dalam kondisi sulit tidur,  dicekam berbagai macam keresahan, sakit, nyeri dan keluhan ditengah-tengah kehadiran saudara-saudara kandungnya, ayah yang mencintainya, ibu yang meratapinya, sudara perempuan yang menangisinya

Sementara ia sendiri dalam kondisi sakaratul maut yang menggalau, derita yang maha dahsyat, jeritan menakutkan, puncak rasa sakit tak tertanggungkan dan taring maut yang melemaskan

Setelah itu ia dibungkus dengan kain kafan, tetap diam dan menyerah total pada kehendak orang lain

Kemudian ia ditempatkan di atas papan dalam kondisi tertekan kesulitan dan dikuruskan oleh penyakit

Sekumpulan pemuda dan saudara-saudaranya datang menolong, mengusung jenazahnya ke rumah paling asing dan terpencil, dimana seluruh hubungan dengan pengunjung akan putus dan ia berada disitu sendiri kesepian

Orang-orang yang mengantarkannya pun akhirnya pergi dan orang-orang yang menangisi serta mengiringinya juga pulang kembali

Lalu ia didudukkan dalam liang kuburnya, dituntut untuk  bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit yang menegangkan dan ujian yang mendebarkan

Bencana besar yang bakal terjadi di tempat itu ialah turunnya air bah yang panas menggelegak, jilatan api  yang kobarannya menyala abadi serta asap hitam pekat

Tidak ada waktu istirahat, tak ada jeda untuk santai, tak ada kekuatan bisa mencegah, tak ada kematian untuk kelegaan, dan tak ada tidur untuk membuatnya lupa akan kepedihan, terbaring diantara berbagai jenis kematian demi kematian, hukuman demi hukuman, tusukan demi tusukan saat demi saat hingga kelak dibangkitkan kembali Fi Yaumil Hisab..

*KETIKA MALAIKAT MAUT MENJEMPUT RUH SEORANG MUK'MIN*

Imam Ja'far Shadiq as ditanya,

"Apakah seorang mukmin tidak senang bila dicabut rohnya..?"

Beliau menjawab,

"Tidak, demi Allah..! 

Sesungguhnya, jika malaikat pencabut nyawa datang untuk mencabut nyawa seseorang,

maka jiwa orang tersebut berada dalam kegelisahan dan

ketakutan yang dahsyat"

Di saat datang malaikat pencabut nyawanya berkata kepadanya,

"Wahai kekasih Allah..! 

Janganlah engkau takut..! 

Demi Allah SWT yang mengutus

Muhammad Saw dengan kebenaran, 

Aku akan memperlakukanmu lebih baik dan lebih sayang dari seorang ayah kepada anaknya, 

sekarang bukalah matamu..!" 

Maka tampaklah di hadapan wajahnya, sosok Rasulullah saw, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Al-Hasan dan Al-Husain, serta para Imam as dari anak keturunan mereka...

Maka dikatakan kepadanya,

"Ini adalah Rasulullah Saw dan para Ahlil bayitnya dan seterusnya, mereka2 itulah orang-orang yang engkau semasa hidupmu sangat kau cintai"

Maka dari sejak saat itu, tidak ada lagi yang lebih ia cintai daripada segera dicabutnya nyawanya dan bergabung bersama merek

Penyucian Kekuasaan

 Orang Islam tidak dilarang berkuasa. Yang dilarang ialah mencemari kekuasaan dengan kepentingan pribadi, kepentingan keluarga, atau kepentingan golongan. Menyucikan kekuasaan berarti mendahulukan kepentingan masyarakat secara keseluruhan, sesuai dengan tuntutan Allah Swt. Marilah kita lihat seorang penguasa yang dibesarkan oleh Rasulullah Saw., yang dididik hidup dengan tuntutan wahyu dan pedoman sunah--Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Ketika ia menjadi khalifah, ia membagikan harta baitul mal hanya kepada yang berhak. Pernah Aqil, saudaranya, meminta lebih dari haknya karena anak-anaknya sedang menderita. Kata Ali, "Datanglah nanti malam, engkau akan kuberi sesuatu".


Malam itu Aqil datang. Lalu Ali berkata, “Hanya ini saja untukmu”. Aqil segera menjulurkan tangannya untuk memegang pemberian Ali. Tiba-tiba ia menjerit, meraung seperti sapi yang dibantai. Rupanya ia memegang besi yang menyala. Dengan tenang Ali berkata, "Itu besi yang dibakar api dunia. Bagaimana kelak aku dan engkau dibelenggu dengan rantai jahanam-Nya?"

Pada peristiwa lain, ketika Aqil mendesak Ali untuk mengambil harta negara buat keperluannya, Ali memerintahkan pembantunya, "Bawa dia pergi ke toko-toko besar. Suruh ia mendobrak pintu toko dan mengambil barang-barangnya".¹

Inilah tazkiyatus sulthah-penyucian kekuasaan dari pencemaran kepentingan-kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, dan golongan. Dan Ali, sebagai penguasa, memilih hidup sangat sederhana daripada memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri dan keluarganya.

Pada Idulfitri, pada hari kesucian, marilah kita hitung-hitung, sejauh mana kita menyucikan diri kita. Marilah kita periksa apa yang sudah kita lakukan untuk mewujudkan latihan kesucian di bulan Ramadhan yang lalu.

Sumayyah memilih ditusuk tombak daripada mencemari lidahnya dengan kalimat kufur. Periksalah lidah kita: tidakkah kita dengan mudah mengobral makian, menyebarkan fitnah, menggunjing kejelekan orang. Tidakkah kita seenaknya saja menyakiti perasaan orang lain, mengafirkan yang tidak sepaham, dan membanggakan kefasikan kita. Periksa hati kita: tidakkah kita sering memelihara di dalamnya dengki, takabur, iri hati, prasangka, dan niat jelek? Periksa hidup kita: bukankah kita sering mendahulukan kesenangan dunia, kemewahan hidup, walaupun dengan mengotori kehormatan kita?

Fatimah memilih diri dan keluarganya lapar daripada membiarkan orang lain lapar, demi kesucian dirinya. Tetapi, kita cemarkan harta kita dengan merampas hak orang lain dengan menyalahgunakan wewenang dengan mengorbankan kepentingan orang banyak. Ali menyuruh Aqil menyentuh api yang menyala agar merasakan betapa nistanya memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan keluarga.

Dr. Michael Brant (eks-CIA): Plot Adu Domba Sunni-Syiah



Sebuah buku berjudul “A Plan to Divide and Destroy the Theology” telah terbit di AS. Buku ini berisi wawancara detail dengan Dr. Michael Brant, mantan tangan kanan direktur CIA. Dalam wawancara ini diungkapkan hal-hal yang sangat mengejutkan. Dikatakan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta US dollar untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Dr. Michael Brant sendiri telah lama bertugas di bagian tersebut, akan tetapi ia kemudian dipecat dengan tuduhan korupsi dan penyelewengan jabatan. 

Tampaknya dalam rangka balas dendam, ia membongkar rencana-rencana rahasia CIA ini. Brant berkata bahwa sejak beberapa abad silam dunia Islam berada di bawah kekuasaan Negara-negara Barat. Meskipun kemudian sebagian besar negara-negara Islam ini sudah merdeka, akan tetapi negara-negara Barat tetap menguasai kebebasan, politik, pendidikan, dan budaya mereka, terutama sistem politik dan ekonomi mereka.

Oleh sebab itu, meski telah merdeka dari penjajahan fisik, mereka masih banyak terikat kepada Barat. Pada tahun 1979, kemenangan Revolusi Islam Iran telah menggagalkan politik-politik kami. Pada mulanya Revolusi Islam Iran ini dianggap hanya sebagai reaksi wajar dari politik-politik Syah Iran. Dan setelah Syah tersingkir, kami (AS) akan menempatkan lagi orang-orang kami di dalam pemerintahan Iran yang baru, sehingga kami akan dapat melanjutkan politik-politik kami di Iran.

Setelah kegagalan besar AS dalam dua tahun pertama (dikuasainya Kedubes AS di Tehran dan hancurnya pesawat-pesawat tempur AS di Tabas) dan setelah semakin meningkatnya kebangkitan Islam dan penolakan terhadap Barat, juga setelah munculnya pengaruh-pengaruh Revolusi Islam Iran di kalangan Syiah di berbagai negara–terutama Libanon, Irak, Kuwait, Bahrain, dan Pakistan—akhirnya para pejabat tinggi CIA menggelar pertemuan besar yang disertai pula oleh wakil-wakil dari Badan Intelijen Inggris.

Inggris dikenal telah memiliki pengalaman luas dalam berurusan dengan negara-negara ini. Dalam pertemuan tersebut, kami sampai pada beberapa kesimpulan, di antaranya bahwa Revolusi Islam Iran bukan sekadar reaksi alami dari politik Syah Iran, melainkan terdapat berbagai faktor dan hakikat lain, di mana faktor terkuatnya adalah adanya kepemimpinan politik marja’iyah (kepemimpinan agama) dan syahidnya Husain, cucu Rasulullah, 1400 tahun lebih yang lalu, yang hingga kini masih tetap diperingati oleh kaum Syiah melalui upacara-upacara kesedihan secara luas. Sesungguhnya dua faktor ini yang membuat Syiah lebih aktif dibanding muslimin lainnya.

Dalam pertemuan CIA itu, telah diputuskan bahwa sebuah lembaga independen akan didirikan untuk mempelajari Islam Syiah secara khusus dan menyusun strategi dalam menghadapi Syiah. Bujet awal sebesar 40 juta US dollar juga telah disediakan. Untuk penyempurnaan proyek ini, ada tiga tahap program:

[1] Pengumpulan informasi tentang Syiah, markas-markas dan jumlah lengkap pengikutnya.

[2] Program-program jangka pendek: propaganda anti-Syiah, mencetuskan permusuhan dan bentrokan besar antara Syiah dan Sunni dalam rangka membenturkan Syiah dengan Sunni yang merupakan mayoritas muslim, lalu menarik mereka (kaum Syiah) kepada AS.

[3] Program-program jangka panjang: demi merealisasikan tahap pertama, CIA telah mengutus para peneliti ke seluruh dunia, di mana enam orang dari mereka telah diutus ke Pakistan, untuk mengadakan penelitian tentang upacara kesedihan bulan Muharram. Para peneliti CIA ini harus mendapatkan jawaban bagi soal-soal berikut:

(a) Di kawasan dunia manakah kaum Syiah tinggal, dan berapa jumlah mereka? 

(b) Bagaimanakah status sosial-ekonomi kaum Syiah, dan apa perbedaan-perbedaan di antara mereka? 

(c) Bagaimanakah cara untuk menciptakan pertentangan internal di kalangan Syiah? 

(d) Bagaimanakah cara memperbesar perpecahan antara Syiah dan Sunni?

MENGAPA MEREKA KHAWATIR TERHADAP SYIAH?

Dr. Michael Brant berkata bahwa setelah melalui berbagai polling tahap pertama dan setelah terkumpulnya informasi tentang pengikut Syiah di berbagai negara, didapat poin-poin yang disepakati, sebagai berikut: 

Para marja’ Syiah adalah sumber utama kekuatan mazhab ini, yang di setiap zaman selalu melindungi mazhab Syiah dan menjaga sendi-sendinya. Dalam sejarah panjang Syiah, kaum ulama (para marja’) tidak pernah menyatakan baiat (kesetiaan) kepada penguasa yang tidak Islami. Akibat fatwa Ayatullah Syirazi, marja’ Syiah saat itu, Inggris tidak mampu bertahan di Iran. 

Di Irak yang merupakan pusat terbesar ilmu-ilmu Syiah, Saddam dengan segala kekuatan dan segenap usaha tidak mampu membasmi Syiah. Pada akhirnya, ia terpaksa mengakhiri usahanya itu. Ketika semua pusat ilmu lain di dunia selalu mengambil langkah beriringan dengan para penguasa, Hauzah Ilmiyah Qom justru menggulung singgasana kerajaan tiran Syah.

Di Lebanon, Ayatullah Musa Shadr memaksa pasukan militer Inggris, Perancis, dan Israel melarikan diri. Keberadaan Israel juga terancam oleh sang Ayatullah dalam bentuk Hizbullah. Setelah semua penelitian ini, kami sampai pada kesimpulan bahwa “berbenturan langsung dengan Syiah akan banyak menimbulkan kerugian, dan kemungkinan menang atas mereka sangat kecil”.

Oleh sebab itu, kami mesti bekerja di balik layar. Sebagai ganti slogan lama Inggris: “Pecah-belah dan Kuasai” (Divide and Rule), kami memiliki slogan baru: “Pecah-belah dan Musnahkan” (Divide and Annihilate). Rencana mereka sebagai berikut:

[1] Mendorong kelompok-kelompok yang membenci Syiah untuk melancarkan aksi-aksi anti-Syiah.

[2] Memanfaatkan propaganda negatif terhadap Syiah, untuk mengisolasi mereka dari masyarakat muslim lainnya.

[3] Mencetak buku-buku yang menghasut dan mempropagandakan kebencian terhadap Syiah.

[4] Ketika kuantitas kelompok anti-Syiah meningkat, gunakan mereka sebagai senjata melawan Syiah (contohnya: Taliban di Afghanistan dan Sipah-e Sahabah di Pakistan).

[5] Menyebarkan propaganda palsu tentang para marja’ dan ulama Syiah.

Orang-orang Syi’ah selalu berkumpul untuk memperingati Tragedi Karbala. Dalam peringatan itu, seorang akan berceramah dan menguraikan sejarah Tragedi Karbala, dan hadirin pun mendengarkannya. Lalu mereka akan memukul dada dan melakukan “upacara kesedihan” (azadari). Penceramah dan para pendengar ini sangat penting bagi kita. Karena, azadari-azadari seperti inilah yang selalu menciptakan semangat menggelora kaum Syiah dan mendorong mereka untuk selalu siap memerangi kebatilan demi menegakkan kebenaran. Untuk itu:

[1] Kita harus mendapatkan orang-orang Syiah yang materialistis dan memiliki akidah lemah, tetapi memiliki kemasyhuran dan kata-kata yang berpengaruh. Karena, melalui orang-orang inilah kita bisa menyusup ke dalam upacara-upacara azadari (peringatan wafat para imam ahlulbait).

[2] Mencetak atau menguasai para penceramah yang tidak begitu banyak mengetahui akidah Syiah.

[3] Mencari sejumlah orang Syiah yang butuh duit, lalu memanfaatkan mereka untuk kampanye anti-Syiah. Sehingga, melalui tulisan-tulisan, mereka akan melemahkan fondasi-fondasi Syiah dan melemparkan kesalahan kepada para marja’ dan ulama Syiah.

[4] Memunculkan praktik-praktik azadari yang tidak sesuai dan bertentangan dengan ajaran Syiah yang sebenarnya.

[5] Tampilkan praktik azadari (seburuk mungkin), sehingga muncul kesan bahwa orang-orang Syiah ini adalah sekelompok orang dungu, penuh khurafat, yang di bulan Muharram melakukan hal-hal yang mengganggu orang lain.

[6] Untuk menyukseskan semua rencana itu harus disediakan dana besar, termasuk mencetak penceramah-penceramah yang dapat menistakan praktik azadari. Sehingga, mazhab Syiah yang berbasis logika itu dapat ditampilkan sebagai sesuatu yang tidak logis dan palsu. Hal ini akan memunculkan kesulitan dan perpecahan di antara mereka.

[7] Jika sudah demikian, tinggal kita kerahkan sedikit kekuatan untuk membasmi mereka secara tuntas.

[8] Kucurkan dana besar untuk mempropagandakan informasi palsu.

[9] Berbagai topik anti-marja’iah harus disusun, lalu diserahkan kepada para penulis bayaran untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Marja‘iah, yang merupakan pusat kekuatan Syiah, harus dimusnahkan. Akibatnya, para pengikut Syiah akan bertebaran tanpa arah, sehingga mudah untuk menghancurkan mereka. 

(Lihat: Victory News Magazine <Strategi Adu Domba CIA dan Konspirasi Anti-Syiah).


Berbahagia dengan Menyembunyikan 7 Hal Di Hadapan 7 Orang



 Sembunyikanlah 7 hal Di hadapan 7 orang, agar kamu bahagia:


"✨Ketika bersama orang miskin maka jangan berbicara tentang hartamu.


✨Ketika bersama orang yang sedang sakit maka jangan berbicara tentang kesehatanmu.


✨Ketika bersama orang yang lemah maka jangan bercerita tentang kekuatanmu.


✨Ketika dihadapan orang yang sedang bersedih maka jangan tampakkan kebahagiaanmu.


Imam Ali bin Abi Thalib


✨Ketika dihadapan orang yang tertawan maka jangan berbicara tentang kebebasanmu.


✨Ketika bersama orang yang tidak memiliki anak maka jangan bercerita tentang anak-anakmu.


✨Ketika dihadapan anak yatim maka jangan berbicara tentang ayah dan ibumu."


Rahasia Adalah Sunah Allah, Pun Dengan Sodakoh

 


Demi Allah! 

Sedekah secara rahasia itu lebih utama 

ketimbang sedekah secara terang-terangan. 

Demikian pula, demi Allah, 

ibadah secara rahasia itu lebih utama 

daripada ibadah secara terang-terangan.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More