Senin, 06 Maret 2023

Generasi Muda Sebagai Area Strategis Untuk Pengajaran Agama Bertoleransi dan Pencegahan Paham Radikal

 # Artikel By: Irna Fitroyah S.Ag. (Penyuluh Agama Islam Kabupaten Wonosobo)

 


Siapapun yang memiliki perhatian pada masalah sosial tentu akan merasa prihatin dengan melihat berkembangnya paham-paham radikal di tengah masyarakat. Keprihatinan ini muncul sebagai akibat dari munculnya fenomena baru bersamaan dengan berkembangnya paham radikal tersebut, yaitu sikap intoleransi dalam berkehidupan sosial. Tentu saja hal ini sangatlah jauh bukan saja dari ajaran-ajaran Islam yang seharusnya, melainkan juga jauh dari cara berkehidupan dalam negara yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam  budaya, suku, ras, etnik, agama dan keyakinan seperti di negara Indonesia ini.

Berkenaan dengan istilah ‘radikal’, barangkali ada sebagian yang berpendapat bahwa pemahaman ‘radikal’ terhadap ajaran agama adalah sebuah keharusan, disebabkan pemahaman yang demikian ini mengandung arti akan menuntun seseorang kepada pemahaman agama yang murni sebagaimana pemahaman Rasulullah SAW yaitu pemahaman agama yang dikehendaki Allah Sang Pencipta. Namun, apapun pemahaman tentang ‘radikal’ dengan segala perbedaannya, ada satu hal yang bisa kita tarik sebagai persamaan persepsi sehingga tidak akan mengaburkan paparan selanjutnya dari makalah ini. Yaitu bahwa penyebutan ‘radikal’ ini adalah untuk paham terhadap ajaran agama yang memunculkan reaksi yang alih-alih membawa kedamaian dan ketenteraman sebagaimana sifat agama Islam yang seharusnya sebagai rahmat bagi alam semesta, malah justru reaksi yang muncul adalah kebalikannya.

Pada kenyataannya memang orang yang memiliki paham radikal seringkali bersikap memaksakan apa yang menurut pikirannya benar kepada orang lain. Bahkan terkadang dengan cara yang sangat ekstrem yaitu dengan melakukan bom bunuh diri sebagai upaya unjuk gigi akan keyakinannya. Sama sekali mereka tidak peduli dengan nyawa-nyawa yang melayang sebagai akibat dari tindakannya itu. Satu hal yang wajar jika seseorang yang berakal akan mengatakan jika keberadaan mereka hanya menimbulkan gaduh dan keresahan di tengah masyarakat. Tentu saja hal ini sangatlah tidak kita kehendaki. Dan sebagaimana diketahui bersama, bukanlah seperti itu apa yang diajarkan dalam Islam. Ajaran Islam adalah sebuah ajaran yang seharusnya membawa kepada kedamaian.

Bagaimanapun di negara kita ini, sikap toleransi adalah sebuah keharusan dalam kehidupan social. Dan kemunculan paham radikal adalah masalah yang sangat serius dalam kehidupan masyarakat yang beragam, dimana kelompok radikal ini telah sedemikian rupa menyebarkan paham mereka melalui doktrin-doktrin pemahaman agama menurut tafsir yang benar dalam pikiran mereka sendiri. Dari sini kita pahami betapa mengantisipasi semakin merebaknya paham radikal ini harus kita lakukan. Karena sudah jelas apa efek yang akan muncul tatrkala paham radikal telah sedemikian rupa menginternalisasi pada diri seseorang.

Pada situasi ini generasi muda adalah generasi yang rentan terhadap doktrin-doktrin pemahaman agama. Karena itulah maka kelompok-kelompok radikal cenderung memilih anak muda sebagai sasarannya. Terbukti, berbagai bom bunuh diri sebagai hasil doktrin tentang jihad, yang terjadi di negara kita tidak terlepas dari peran anak-anak muda ini.

Ditambah lagi adanya fenomena lain yang cukup rentan pula terhadap terpengaruhnya anak-anak muda pada paham radikal yaitu dengan adanya perkembangan teknologi dan internet seperti saat ini. Diakui atau tidak fenomena ini memang telah menjadikan generasi muda semakin rentan dirasuki paham radikal. Karena sudah menjadi rahasia umum, kelompok-kelompok radikal juga aktif masuk melalui jalur teknologi dan internet. Sementara kedekatan generasi muda dengan teknologi dan internet kebanyakannya melebihi kedekatannya dengan apapun. Sehingga cukup sulit kita menjamin ada generasi muda di sekitar kita yang belum dirasuki paham radikal.

Fenomena ini jelas semakin mengharuskan kita melakukan sebuah usaha deradikalisasi sebagai bentuk antisipasi terhadap merebaknya paham radikal. Deradikalisasi ini memiliki fungsi untuk memberikan penetralan terhadap mereka yang terasuki paham-paham radikal dengan melalui pendekatan yang bersifat interdisipliner. (Bersambung)

Syair Cinta Nabi

 





Persahabatan Hakiki

 




" Aku memohon kepada-Mu ya Alloh, karuniakanlah kepadaku sahabat-sahabat yang selalu mengajaku untuk tunduk patuh dan taat kepada syariat-Mu.."

" Kekalkan persahabatan kami hingga kami bertemu di akhirat dengan-Mu...."

Untuk apa setan diciptakan?

    


    Setan sejak awal penciptaannya memiliki kekudusan sebagaimana makhluk-makhluk lainnya. Setan dengan ikhtiar penuhnya jatuh, menyimpang dan memilih sendiri untuk celaka. Oleh karena itu, Tuhan tidak menciptakan iblis sebagai setan. Ia sendiri yang menghendaki dirinya menjadi setan. Namun, tindakan setaninya itu tidak sekedar mencelakakan para hamba Tuhan, tetapi Juga merupakan tangga kesempurnaan mereka. 

    Banyak yang bertanya bahwa sekiranya manusia diciptakan untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan melalui Jalan penyembahan (ibadah), keberadaan setan sebagai makhluk pembinasa adalah oposisi kesempurnaan. Apakah alasannya sehingga setan mesti ada? Ia adalah makhluk yang licik, penuh dendam, makar, penuh tipu-daya, dan beracun!

    Apabila kita sedikit merenung, kita akan ketahui bahwa kehadiran musuh ini adalah untuk mendukung pencapaian manusia ke tingkat kesempurnaan. Kita tak perlu pergi jauh. Kekuatan resistensi dalam menghadapi musuh-musuh senantiasa ada pada jiwa manusia dan la dapat mengantarkannya ke jalan kesempurnaan.

    Para komandan dan prajurit-prajurit tangguh dan terlatih adalah orang-orang yang berjibaku dengan musuh-musuh berat pada pertempuran-pertempuran besar.

    Para politikus yang berpengalaman dan berpengaruh adalah mereka yang bertarung dengan musuh-musuh yang kuat dalam dunia politik yang kritis dan pelik.

    Para juara besar gulat adalah pegulat-pegulat yang berjajal dengan rival-rival tangguh dan berat.

    Oleh karena itu, tidak perlu takjub bila kita menyaksikan para hamba Tuhan setiap hari semakin kuat dan gairah dalam bertempur secara berkesinambungan dengan setan.

    Dewasa ini para ilmuwan berkomentar tentang filsafat adanya mikroba-mikroba penggangu, “Sekiranya mikroba-mikroba tidak ada, maka sel-sel badan manusia pada suatu keadaan akan lemah dan kebas (karena kedinginan), dan kemungkinan tingginya postur manusia tidak akan melewati 80 sentimeter; semuanya dalam bentuk manusia-manusia cebol. Dengan demikian, manusia hari ini memperoleh kekuatan dan tinggi tubuh yang lebih karena mereka selalu dalam kontraksi dengan mikroba-mikroba pengganggu itu.

    Demikian juga ruh manusia dalam berkonfrontasi dengan setan dan hawa nafsu.

    Namun, hal ini tidak berarti bahwa setan memiliki tugas untuk menyelewengkan para hamba Tuhan. Setan sejak awal penciptaannya memiliki kekudusan sebagaimana makhluk-makhluk lainnya. Setan dengan ikhtiar penuhnya jatuh, menyimpang dan memilih sendiri untuk celaka. Oleh karena itu, Tuhan tidak menciptakan iblis sebagai setan. Ia sendiri yang menghendaki dirinya menjadi setan. Namun, tindakan setaninya itu tidak sekedar mencelakakan para hamba Tuhan, tetapi Juga merupakan tangga kesempurnaan mereka. (perhatikan baik-baik)

    Kendati demikian, pertanyaan yang tersisa adalah mengapa Tuhan mengabulkan permohonannya untuk tetap hidup? Mengapa Tuhan tidak melenyapkannya sejak dahulu?

    Jawaban pertanyaan ini sama dengan jawaban yang telah kami sebutkan di atas. Dengan ungkapan lain, alam semesta adalah arena ujian dan cobaan. (Ujian ini adalah wasilah pembinaan dari penyempurnaan manusia). Dan kita ketahui, ujian hanya berarti bila berhadapan dengan musuh-musuh besar, krisis-krisis kehidupan yang datang menekan.

    Tentu saja, sekiranya setan tidak ada, hawa nafsu dan sifat was-was manusia akan ditempatkan menjadi medan ujian baginya . Namun, dengan kehadiran setan, tanur ujian ini semakin membara, lantaran setan adalah pelaku eksoteris (lahir), sementara hawa nafsu adalah pelaku esoteris (batin).

    Jawaban atas Sebuah Pertanyaan 

    Satu pertanyaan lain yang muncul adalah bagaimana mungkin Tuhan membiarkan kita sendiri berkonfrontasi dengan musuh tanpa welas asih dan kuat ini?

    Jawaban pertanyaan ini dapat diperoleh dengan menaruh perhatian terhadap satu poin, yaitu -sebagaimana yang telah disebutkan dalam AI-Qur’an- bahwa Allah swt. mempersenjatai mukminin dengan para malaikat sebagai lasykar mereka untuk membangun dunia bersama kekuatan-kekuatan gaib dan maknawi yang mereka miliki dalam rangka memerangi diri sendiri (jihad an-nafs) dan bertempur melawan musuh.

    “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah ‘: kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat akan turun kepada mereka [dengan mengatakan], Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; gembirakanlah mereka dengan [memperoleh] surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat …’” (QS. Fushshilat [33]: 30-31) 

    Poin penting lainnya adalah setan sekali-kali tidak akan masuk ke relung hati kita. Dan ia tidak akan dibiarkan melewati batas negara ruh tanpa memegang pasport. Serangannya tidak pernah membuat manusia lalai. Ia masuk ke dalam kediaman hati kita dengan ijin kita. Ya! Ia masuk melalui pintu, tidak melalui celah-celah rumah hati kita. Dan kitalah yang membuka pintu baginya untuk masuk. Demikianlah di dalam Al-Qur’an ditegaskan, “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya [setan] hanyalah atas orang-orang yang menjadikannya pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. “ (QS. An-Nahl [16]: 99-100)

    Secara asasi, perbuatan-perbuatan manusialah yang menyebakan lapangan bagi setan untuk melakukan infiltrasi. Sebagamana disinggung dalam Al-Qur’an, ”Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’ [17]: 27)

    Namun di atas segalanya, untuk meraih keselamatan dari Jerat-Jerat setan dan prajuritnya dalam bentuk yang beraneka ragam, seperti syahwat, pusat-pusat kerusakan, politik-politik busuk, sekte-sekte yang menyimpang, budaya-budaya rusak dan merusak, jalan untuk selamat hanyalah berlindung kepada iman dan takwa, serta sinar kasih Tuhan Yang Mahakasih dan menyerahkan diri kepada Dzat Yang Mahakudus. AI-Qur’an berfirman, “…kalau tidaklah karena rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja [di antaramu].” (QS. An-Nisa [4]: 83)[1]


Ujian Allah dan Musibah

 


   Jangan duga, saudara-saudara kita yang meninggal dan ditimpa musibah itu dibenci Tuhan. Jangan duga yang menderita itu dimurkai Tuhan. Jangan duga yang berfoya-berfoya disenangi Tuhan. Tidak! Di sini Allah menggunakan kata bala yang artinya menguji, karena itu jangan cepat-cepat berkata bahwa bencana itu murka Tuhan.

Prof. Dr. KH. Quraish Shihab


    Musibah dalam bahasa Indonesia diartikan “bencana”, “kemalangan”, dan “cobaan”. Dalam Alquran ada 67 kali kata yang seakar dengan kata musibah dan 10 kali kata musibah. Musibah pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang, kata musibah konotasinya selalu buruk, tetapi karena boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka Alquran menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk (QS. Al-Baqarah: 216)

    Alquran mengisyaratkan bahwa tidak disentuh seseorang oleh musibah kecuali karena ulahnya sendiri, tetapi disisi lain, ketika Alquran berbicara tentang bala, dikatakannya musibah itu datang dari Allah Swt. Tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah ketika kita berbicara tentang bala (yang diartikan juga bencana). Sebenarnya bala pada mulanya berarti “menguji” bisa juga berarti “menampakkan”. Seseorang yang diuji itu dinampakkan kemampuannya.

    Itu sebabnya Allah Swt. menyatakan: “Allah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2). Kita lihat ujian/bala datangnya dari Tuhan. “Kami pasti akan menguji kamu sampai Kami tahu siapa orang-orang yang berjihad di jalan Allah dan bersabar.” (QS. Muhammad: 31) Allah menurunkan bala tanpa campur tangan manusia. “Kami pasti menurunkan sedikit rasa takut, sedikit rasa lapar… Berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Hidup ini ujian. Ujian ini bisa berupa sesuatu yang disenangi, bisa juga berbentuk sesuatu yang tidak disenangi. Siapa yang mengira bahwa kekayaan dan kesehatan adalah tanda cinta Tuhan maka dia telah keliru. Siapa yang menduga bahwa suatu hal yang terasa negatif adalah tanda benci Tuhan, itupun dia telah keliru. Allah mengecam kepada orang-orang yang apabila diberi nikmat oleh Tuhan, lantas berkata, “Saya disenangi Tuhan,” dan kalau Tuhan menguji dia sehingga mempersempit hidupnya, dia lantas berkata, “Tuhan membenci saya, Tuhan menghina saya.”

    Jangan duga, saudara-saudara kita yang meninggal dan ditimpa musibah itu dibenci Tuhan. Jangan duga yang menderita itu dimurkai Tuhan. Jangan duga yang berfoya-berfoya disenangi Tuhan. Tidak! Di sini Allah menggunakan kata bala yang artinya menguji, karena itu jangan cepat-cepat berkata bahwa bencana itu murka Tuhan.

    Dulu zaman Nabi, banyak sahabat gugur di medan perang, terluka sekian banyak sahabat Nabi, bahkan Nabi pun terluka. Allah Swt. pasti tidak benci pada Nabi, sehingga beliau terluka. Allah pasti merestui sahabat yang gugur itu, walaupun mereka menderita. Ketika itu turun ayat: “Jangan merasa rendah hati, jangan merasa terhina, jangan larut dalam kesedihan. Kamu adalah orang-orang yang mendapat kedudukan yang tinggi selama kamu beriman.” Di surah Âli ‘Imrân, Allah berfirman, tujuan Allah turunkan cobaan ini adalah supaya Allah mengangkat DERAJAD dari kalangan kamu sebagai syuhada.

    Kita bisa berkata bahwa yang gugur mendapatkan bencana ini, disiapkan oleh Tuhan tempat yang tinggi, karena mereka adalah orang-orang mukmin. Dan tujuan Allah turunkan bencana ini adalah supaya Allah mengetahui siapa orang yang benar-benar beriman dan yang tidak. Karena itu jangan menggerutu, karena Allah memberikan tempat yang sebaik-baiknya. Allah Swt. berfirman bahwa Dia juga akan membersihkan hati kamu dan menghapus dosa-dosa kamu. Agama mengingatkan kita semua bahwa Tuhan punya tujuan.
Dalam hidup ini, Allah menciptakan manusia untuk tujuan tertentu. Dalam sebuah hadis, Allah menciptakan makhluk yang ditugaskannya untuk memenuhi kebutuhan makhluknya yang lain. Ada orang kaya yang diberi kekayaan, yang sebenarnya dipilih Allah agar orang itu memberi bantuan kepada orang yang butuh. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dipilih Allah itu. Ada lagi orang yang diciptakan Allah untuk menjadi “alat” Tuhan untuk mengingatkan orang lain. Para syuhada ini adalah alat-alat yang dipilih Allah. Itu sebabnya kita baca di dalam Alquran ada istilah ‘ibâdullâh mukhlashîn atau hamba-hamba Allah yang dipilih.

    Sekarang ini banyak orang yang lengah dan lupa kepada Allah. Memang rutinitas sering menjadikan kita lupa kepada Allah. Karena itu kita perlu diingatkan. Ada orang-orang yang tidak menyadari adanya Allah karena melihat segala sesuatu berjalan harmonis. Tuhan ingin mengingatkan orang-orang tersebut, bahwa jangan duga Allah telah lepas tangan. Diingatkannya manusia melalui bencana. Kalau dulu sekian banyak orang yang lupa Allah, sekarang Dia mengingatkan kita melalui rahmat-Nya.

    Itu sebabnya di dalam Alquran, disebutkan: “Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak mengambil pengajaran?” (QS. At-Taubah: 126). Jadi sekali lagi, saya tidak melihat ini sebagai murka Allah. Ini rahmat-Nya kepada kita yang hidup, supaya kita ingat kepada Allah, supaya lebih dalam lagi solidaritas kita, supaya kita lebih dekat lagi kita kepada Allah, supaya lebih terasa lagi kehadiran Allah. Dan yang gugur, yang luka, yang menderita itu dijadikan oleh Allah sebagai alat-alat-Nya untuk mengingatkan kita, itulah mereka yang dinamai dengan ‘ibâdullâh mukhlashîn atau hamba-hamba Allah yang terpilih.

    Dia pilih orang-orang yang gugur, Dia pilih anak-anak, Dia pilih orang-orang tua, untuk Dia jadikan syuhada; Dia jadikan saksi-saksi, Dia jadikan alat-alat-Nya. Untuk siapa? Untuk kita yang hidup. Allah tidak menyia-nyiakan mereka. Di dalam hadis, Allah katakan, “Seandainya bukan karena anak-anak yang masih menyusu, seandainya bukan karena orang tua yang sedang bungkuk, seandainya bukan karena binatang-binatang, niscaya Allah akan menjatuhkan siksa kepada kamu, siksaan yang luar biasa.” Tapi mengapa yang diambil oleh-Nya disana anak-anak, orang tua, binatang? Itu yang menjadikan kita bersangka baik kepada Allah dan menyatakan bahwa ini bukan murka, ini hanya peringatan. Kita terima itu. Peringatan untuk kita yang hidup. Kita tidak perlu larut dalam kesedihan, tetapi kita perlu mengambil pelajaran.

    Salah satu pelajaran adalah kita lihat di televisi, kita lihat badan-badan mereka, rupanya begitulah juga badan kita. Jangan terlalu memberi perhatian kepada badan dengan melupakan ruh. Itu pelajaran yang dapat kita angkat. Jangan menilai orang dari penampilannya. Lihatlah itu semua, dan ingat dalam Alquran; Allah berulang-ulang, “Apakah penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan peringatan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?” (QS. Al-A’râf: 98). Ini yang kita lihat. Sebenarnya tujuannya adalah untuk kita. Allah merahmati kita dengan memberi peringatan.

    Ketika Sayidina Ali bin Abi Thalib ditikam, beliau berteriak: “Demi Tuhan Kakbah, saya telah memperoleh keberuntungan.” Beruntung karena mati. Allah mengangkat derajat beliau. Allah mendudukkan pada kedudukan yang demikian tinggi karena mati syahid. Nah, kalau kita membaca ayat di surah Âli ‘Imrân: … supaya Dia mengangkat diantara kamu syuhadâ` (orang-orang yang menjadi saksi) dan untuk membersihkan hati kamu dari segala macam dosa. Untuk orang-orang yang meninggal, kita antar dengan rasa sedih tetapi dalam saat yang sama beruntunglah mereka. Dan yang tinggal, kita harapkan mendapatkan pelajaran dari ujian ini, dari bencana ini. Mudah-mudahan kita dapat menyusul mereka dalam kematian yang diridai Allah.

    Itu sebabnya ada doa yang diajarkan Nabi :

Ya Allah, kami bermohon kepadamu, hidup yang sebaik-baiknya, dan kematian yang sebaik-baiknya, serta segala yang baik yang berada diantara hidup dan mati. Ya Allah, hidupkanlah kami dalam kehidupan orang-orang yang Engkau senangi agar dia tetap hidup, dan wafatkanlah dalam wafat orang-orang yang Engkau sukai untuk bertemu dengannya.”

Apa yang Membuat Orang Tua Tega Lakukan Kekerasan Fisik pada Anak?

 


Jakarta, Anak sebagai generasi penerus cita-cita suatu bangsa sudah seharusnya mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Keluarga menjadi inti yang paling penting dalam mendidik anak. Sayangnya, tidak semua orang tua dapat mendidik anaknya dengan baik. Orang tua kerap kali menggunakan tindak kekerasan agar anak-anaknya mematuhi perintah mereka.

    Tindak kekerasan tersebut baik secara fisik maupun psikis bisa terjadi pada anak. Mungkin orang tua tersebut beranggapan bahwa itu merupakan bagian dari pembelajaran agar anak tumbuh menjadi sosok disiplin. Padahal kekerasan pada anak termasuk kekerasan dalam rumah tangga.

    Seperti kasus yang baru-baru ini mencuat, seorang bocah laki-laki bernama Adit (6) ditemukan di kebun sawit, Riau, Minggu (15/12) lalu. Menurut keterangannya ia mengalami kekerasan fisik, kemudian dibuang oleh ibu dan pamannya. Banyak bekas luka di tubuh dan wajahnya, antara lain luka sayat di mulut dan lidah. Di alat kelaminnya juga terdapat bekas luka yang menurut Adit merupakan bekas digunting oleh ibunya.

    Menurut Vera Itabiliana, Psi, seorang psikologi anak, faktor utama yang melatarbelakangi seseorang melakukan kekerasan fisik terhadap orang terdekatnya adalah gangguan jiwa. Bisa saja mental orang tua atau orang terdekat yang melakukan kekerasan pada anak mengalami gangguan. Karena jiwanya terganggu, kerap kali kekerasan yang dilakukan orang tua kepada anak kandungnya dilakukan tanpa disadari.

    "Selain itu, faktor ekonomi juga dapat melatarbelakanginya, di mana kekerasan timbul karena tekanan ekonomi. Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi adalah faktor yang banyak terjadi yang menyebabkan kekerasan pada anak. Tapi tidak serta merta orang yang ekonominya rendah tega melakukan kekerasan fisik kepada anaknya, apalagi sampai menggunting alat kelamin, lidah, dan memukulinya sampai luka-luka," tutur Vera saat di hubungi detikHealth, Rabu (18/12/2013).

    Kemungkinan lain yang jadi penyebab orang tua tega melakukan kekerasan fisik pada anaknya adalah karena pernah menjadi korban kekerasan serupa di masa lalu. Ia tega melakukan kekerasan kepada anaknya karena ingin balas dendam.

    "Apabila orang tua sudah terbukti melakukan kekerasan terhadap anaknya, maka orang tua itu tidak bisa merawat anak itu tersebut. Jika orang tua tersebut mengatakan tidak akan melakukan hal itu lagi, kita perlu memperhatikan apakah itu benar-benar kesungguhan dari dirinya atau ada faktor lain. Yang paling baik menurut saya adalah biasrkan anak itu diurus oleh keluarganya, " ujar Vera.

    Apabila orang tua bersungguh-sungguh tidak akan melakukan kekerasan terhadap anaknya, tidak mengalami gangguan jiwa dan mau merawat anaknya kembali, tetap harus dipertimbangkan kesiapan anak yang mengalami kekerasan itu. Apakah ia siap tinggal bersama orang yang pernah melukainya atau tidak. Apabila memang orang tua ataupun keluarga lainnya tidak ada yang merawatnya, maka anak tersebut akan dirawat olah pemerintah.


Tahap Perkembangan Psikologi Anak


 

Menurut Erik Erikson (1963), ada 4 tahap perkembangan psikosial anak, antara lain:

1. TRUST vs MISTRUST (dari sejak lahir-1 tahun)

Sikap dasar psikososial yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya memberikan kasih sayang dengan tulus, anak ajan berpendapat bahwa dunianya (lingkungannya) dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan mencurigai lingkungannya

2. AUTONOMY vs SHAME and DOUBT (antara 2-3 tahun)

Segera setelah anak belajar ‘trust’ atau ‘mistrust’ terhadap orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6-3 tahun) mendapat kesempatan dan memperoleh dorongan untuk melakukan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan supervisi orang tua dan guru yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan menimbulkan sikap ragu-ragu terhadap lingkungannya. Sebaiknya orang tua menghindari sikap membuat malu anak apabila anak melakukan tingkah laku yang tidak disetujui orang tua. Karena rasa malu biasanya akan menimbulkan perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri

3. INISIATIVE vs GUILT (antara 4-5 tahun)

Kemampuan untuk melakukan partisipasi dala berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Tetapi tidak semua keinginan anak akan disetujui orang tua dan gurunya. Rasa percaya dan kebebasan yang baru saja diterimanya, tetapi kemudian timbul keinginan menarik rencananya/kemauannya, maka timbul perasaan bersalah.

Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan dianggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah.

4. INDUSTRY vs INFERIORITY (6-11 tahun)

Dimensi polaritasnya adalah: memperoleh perasaan gairah dan di pihak lain mengatasi perasaan rendah diri. Dalam hubungan sosial yang lebih luas, anak menyadari kebutuhan untuk mendapat tempat dalam kelompok seumurnya. Anak harus berjuang untuk mencapai hal tersebut. Bila dalam kenyataannya ia masih dianggap sebagai anak yang lebih kecil baik di mata orang tua maupun gurunya, maka akan berkembang perasaan rendah diri. Anak yang berkembang sebagai anak yang rendah diri, tidak akan pernah menyukai belajar atau melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual. Yang lebih parah, anak tidak akan percaya bahwa ia akan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya.


Pesan Ulama Robbani


1. Sedapat-dapatnya berpuasalah setiap hari Senin dan Kamis.

2. Shalat lima waktu tepat pada waktunya, dan berusahalah shalat Tahajjud.

3. Kurangilah waktu tidur, dan perbanyaklah membaca Al-Qur’an.

4. Perhatikan dan tepatilah sungguh-sungguh janji Anda.

5. Berinfaklah kepada fakir-miskin.

6. Hindarilah tempat-tempat maksiat.

7. Hindarilah tempat-tempat pesta pora, dan janganlah mengadakannya.

8. Berpakaianlah secara sederhana.

9. Janganlah banyak bicara dan seringlah berdo’a, khususnya hari Selasa.

10. Berolahragalah (senam, marathon, mendaki gunung dan lain-lain).

11. Banyak-banyaklah menelaah berbagai buku (agama, sosial, politik, sains, falsafah, sejarah, sastra dan lain-lain).

12. Pelajarilah ilmu-ilmu tehnik yang dibutuhkan negara Islam.

13. Pelajarilah ilmu Tajwid dan Bahasa Arab, serta perdalamlah.

14. Lupakan pekerjaan-pekerjaan baik Anda, dan ingatlah dosa-dosa Anda yang lalu.

15. Pandanglah fakir-miskin dari segi material, dan ulama dari segi spiritual.

16. Ikuti perkembangan umat Islam.

Cerita Ekstrim Dari Pak Kasub

 


Ada orang-orang yang membuat keputusan ekstrim hanya untuk membela keyakinannya yang dia pandang itu benar.

Jakarta, Aktual.co — Ini adalah kisah nyata yang sangat ekstrim dari seorang pemulung bernama Pak Kasub. 

    Dulu, pria kelahiran 47 tahun silam ini sempat bekerja sebagai guru TK dan SD. Namun,  dia memutuskan berhenti karena prinsipnya tidak sejalan dengan Kepala Sekolahnya saat itu. 

    Pada 1992, Pak Kasub, mengadu nasib dengan mendaftar pada sebuah perusahaan swasta. Pak Kasub berhasil mencapai kedudukan tinggi di bidang administrasi pada perusahaan tersebut. Sempat perusahaan itu memberinya rumah dan mobil dinas.

    Suatu ketika Pak Kasub mendapati atasannya ternyata mengambil beberapa persen uang gaji karyawan. Ia tidak percaya atasannya tega melakukan hal tersebut. “Ternyata korupsi emang di mana-mana,” keluhnya. 

    Tak bisa menerima alasan atasannya tersebut, Pak Kasub untuk kedua kalinya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Keputusannya itu membuat ia "dihakimi" keluarga dan lingkungan sekitarnya. Apalagi ketika dia memutuskan untuk menjadi seorang pemulung untuk menyambung hidupnya. 

    Ujian demi ujian pun datang silih berganti. Dua kali Ia berpindah kontrakan karena diusir oleh warga yang tak ingin lingkungannya dihuni oleh seorang pemulung. Namun Ia tidak pantang menyerah hingga akhirnya menetap di sebuah kontrakan kecil dimana warga mau menerimanya.

    Pak Kasub mengaku dia merasa nyaman dengan kehidupannya sekarang. Ia juga mengaku bahwa apa yang dijalankan saat ini adalah upaya dia untuk melaksanakan wasiat dan amanah ayahnya sebelum berpulang ke hadirat Ilahi: "Jangankan barang berharga, sebatang paku pun jangan kau raih apabila hasil curian". 

    Meski terbilang aneh dan membuat kita bertanya-tanya kenapa dia memutuskan menjadi pemulung, namun cerita ini bisa jadi pembanding buat kita: Bahwa ada orang-orang yang membuat keputusan ekstrim hanya untuk membela keyakinannya yang dia pandang itu benar.

Faizal Rizki 


Adab Makan, Agar Tidak Ikut Bisikan Setan

 


Masih ingat dengan pesan Rasulullah untuk makan dikala lapar, dan berhentilah sebelum kenyang. Makanlah secukupnya serta tidak berlebih-lebihan

    Jakarta, Aktual.com — Saat lapar rasanya keinganan untuk melahap makanan berlebih menjadi dorongan yang sangat kuat. Eits..Tunggu dulu. Masih ingat dengan pesan Rasulullah untuk makan dikala lapar, dan berhentilah sebelum kenyang. Makanlah secukupnya serta tidak berlebih-lebihan.

     Pesan ini bukan hanya sekadar kiasan untuk mengingatkan tapi dalam kenyataan ada sebuah kisah yang diambil dari kitab Minhajul Abidin karangan Imam Al-Ghazali yang mengisahkan Nabi Yahya as bertemu dengan iblis yang sedang membawa sesuatu barang. Kepada iblis Nabi Yahya menanyakan untuk apa barang itu? Iblis menjawab, barang itu syahwat untuk memancing anak cucu Adam.

    "Adakah dalam diriku sesuatu yang dapat engkau pancing?" tanya Nabi Yahya. Jawab Iblis, "Tidak ada. Hanya pernah terjadi pada suatu malam, engkau makan agak kenyang, dan kami dapat menarikmu sehingga engkau merasa berat mengerjakan shalat."

    "Kalau begitu, aku tidak akan makan terlalu kenyang lagi selama hidupku," kata Nabi Yahya. "Wow, sungguh menyesal sekali kami buka rahasia ini. Mulai saat ini, kami tidak akan menceritakan rahasia ini kepada siapapun." Kata iblis.

     Nah, dari kisah tersebut dapat ditarik sebuah makna bahwa selapar-laparnya perut kita, sebaiknya jangan menuruti nafsu yang disarankan setan untuk makan hingga kekenyangan karena hal tersebut dapat menimbulkan efek negatif bagi diri Anda sendiri. Menurut Alphonse Dougan, PhD, ilmuwan biomedis yang juga menulis buku Time Management in the Life of the Prophet, semakin banyak makanan yang dikonsumsi maka waktu yang diperlukan untuk mengunyah, mengolah, dan mencernanya semakin panjang. Inilah yang kemudian menimbulkan efek samping pada hormon, organ pencernaan, otak, dan waktu tidur. Saat perut terlalu kenyang, maka rasa kantuk langsung menyerang. Jika terlalu banyak tidur, metabolisme tubuh menjadi lambat. Ini kemudian mempengaruhi suasana hati karena tubuh dan pikiran kita menjadi lesu.

    Jadi, Makanla sesuai dengan porsinya, jangan terlalu berlebihan dan jangan terlalu cepat, agar pencernaan Anda pun dapat terkendali dengan baik. Menurut Ibrahim bin Adam, Barang siapa mampu mengendalikan perutnya, maka ia mampu memelihara agamanya, dan barang siapa yang mampu menguasai rasa laparnya, maka ia mampu menguasai akhlak yang baik, sebab maksiat kepada Allah itu terhindar dari orang yang lapar dan dekat kepada orang yang kenyang.


Saya Lelah dan Besok Ingin Istirahat Sehari

 


Bagaimana seekor kerbau bisa mati hanya karena sebuah opini:...

1. Sehabis pulang dari sawah kerbau rebahan dikandang dengan wajah lelah dan nafas yang berat. Datanglah seekor anjing, kemudian kerbau berkata: "aah..temanku aku sungguh lelah dan kalau boleh besok aku ingin istirahat sehari saja"

2. Anjing pergi dan ditengah jalan dia berjumpa dengan kucing yang sedang duduk di sudut tembok, kemudian anjing berkata: "tadi saya bertemu dengan kerbau dan dia besok ingin beristirahat dulu. Sudah sepantasnya sebab boss beri kerjaan terlalu berat"

3. Kucing lalu bercerita kepada kambing: "kerbau komplain boss kasi kerjaan terlalu banyak dan berat, besok dia tdk mau kerja lagi"

4.Kambing pun bertemu ayam dan dia berkata: "kerbau tidak senang bekerja dgn boss lagi , mungkin ada pekerjaan yang lebih baik lagi".

5. Ayam pun berjumpa dengan monyet dan dia bercerita pula: "kerbau tidak akan kerja lagi untuk boss dan ingin kerja ditempat yg lain".

6. Saat makan malam monyet bertemu boss dan berkata: "boss si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifat nya dan ingin meninggalkan boss untuk kerja di boss yg lain"

7. Mendengar ucapan monyet sang boss marah besar dan tanpa bertanya terlebih dahulu dia lalu menyembelih si kerbau karena dinilai telah berkhianat kepadanya.

Ucapan asli kerbau: SAYA LELAH DAN BESOK INGIN ISTIRAHAT SEHARI.

Lewat beberapa teman ucapan ini telah berubah dan sampai kepada sang boss menjadi: "si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan bossnya dan kerja pada boss yg lain".

Sangat baik utk disimak:


1. Adakalanya satu pembicaraan berhenti hanya sampai telinga kita saja dan tidak usah sampai kepada telinga orang lain.

2. Jangan telan bulat-bulat atau percaya begitu saja setiap berita atau perkataan orang lain sekalipun itu keluar dr mulut orang terdekat kita. Kita perlu check and recheck kebenarannya sebelum bertindak atau memutuskan sesuatu, konfirmasi dan crosscheck kepada sumbernya langsung.

3. Kebiasaan meneruskan perkataan / berita dari orang lain bahkan dengan menambah atau menguranginya atau menggantinya dengan persepsi dan asumsi kita sendiri bisa berakibat fatal.

4. Bila ragu ddengan ucapan / berita dari seseorg atau siapapun sebaiknya kita bertanya langsung kepada yg bersangkutan utk menanyakan kebenaran informasi tsb.

Note: jadikan diri kita filter sehingga kita tidak mendatangkan celaka bagi orang lain.
Semoga bermanfaat

Bersikap dengan hujatan orang bodoh

 


" Hadapilah ( hujatan ) orang bodoh dengan cara mengabaikan dan tidak menanggapinya, supaya orang-orang berpihak kepadamu "

Sayangi Ibumu

 


" Sesiapa yang ingin berumur panjang dan rezekinya berlimpah, hendaknya ia menyayangi IBUNYA"

Tinggalkan Ghibah!

 

" Meninggalkan ghibah ( menggunjing ) disisi Allah lebih utama dari seribu rakaat salat mustahab/sunah"

Memuliakan orang lain


 " Muliakan orang yang memuliakanmu. Jika kau dihina seseorang, jangan tempatkan dirimu diposisinya "

Adab Bertetangga?

 


" Saat kau membeli buah, berbagilah dengan tetanggamu. Jika tidak, bawalah kedalam rumah secara diam-diam. Jangan sampai anakmu membawa keluar rumah sehingga membuat sedih anak tetanggamu"

Kemuliaan dengan menyombongkan diri adalah kehinaan

 


" Kemuliaan ( yang diperoleh ) dengan cara menyombongkan diri adalah kehinaan "

Bukan hal sia-sia jika hartamu yang hilang bisa membuatmu mengambil pelajaran

 


" Bukan hal sia-sia jika hartamu yang hilang bisa membuatmu mengambil pelajaran "

Perasaan seorang Pendengki

 


" Aku tak pernah melihat orang zalim yang lebih mirip dengan orang mazlum daripada PENDENGKI: Jiwanya gelisah, hatinya resah dan gundahnya abadi "

Jauhkan Otakmu dari aib orang lain

 


" Seseorang sudah cukup untuk disebut "sehat" ketika ia tidak menyimpan aib-aib orang lain dipikirannya "

Pendidikan tidak mungkin dilakukan dengan amarah

 


" Pendidikan tidak mungkin dilakukan dengan amarah "

Hindari pria fasik untuk pasangan hidup putrimu

 


" Sesiapa menikahkan putrinya dengan pria fasik, tiap hari dia dilaknat seribu kali, amalnya tidak naik ke langit, doanya tidak dikabulkan, dan fidyahnya serta tobatnya tidak diterima "

Tinggalkan "JARKONI"

 


" Lakukan terlebih dahulu apa yang kau perintahkan ( kepada selainmu) "

Jika Duniamu luput darimu?

 


" Hal duniawi apapun yang kaucari dan tak kau dapatkan, anggaplah bahwa itu tak pernah terlintas dibenakmu "

Puncak Keberakalan dan Kebodohan

 


" Berpikir sebelum bertindak adalah puncak keberakalan. Tindakan terburu-buru adalah puncak kebodohan "

Berilmu butuh dengan Pengorbanan

 


" Sesiapa yang tidak bisa menahan derita mencari ilmu untuk sesaat, akan menanggung derita kebodohan untuk selamanya "

Nikmat akan berlanjut jika di dermakan

 


" Nikmat akan berlanjut jika di dermakan "

Semua Kebaikan Kembali ke Dirimu

 


" Ketika kau menghormati selainmu, sebenarnya kau memuliakan dirimu dan menghias citramu sendiri. Sebab itu, jangan mengharap terima kasih orang lain atas penghormatan yang diberikan untuk dirimu "

Siapakah Temanmu?

 


" Hindarilah berteman dengan orang pelit, sebab ia tidak akan membantumu saat kau benar-benar membutuhkannya "

Kerjakanlah Kewajibanmu

 


" Jangan sampai rezeki yang sudah dijamin ( Allah ) menghalangimu melakukan kewajiban "

Akibat Kelalaian buatmu

 


" Jangan sampai orang-orang membuatmu lalai, karena akibat kelalaian ini ditanggung olehmu, bukan mereka "

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More