PENGHAFAL DAN PENGAMAL AL-QURAN
Dalam kitab al-Jami' Liahkam al-Quran juz 1 diceritakan bahwa Abdullah bin Mas'ud berkata: "Kami (para sahabat) sulit menghafal al-Quran,
tapi kami dipermudah untuk mengamalkannya.
Sedangkan orang-orang setelah kami (dalam riwayat lain dikatakan, "Dan sesungguhnya ummat akhir zaman, seperti anak kecil bahkan orang buta)
akan mudah menghafal al-Quran dan sulit mengamalkannya. Itulah kenapa, sebagian sahabat, Umar bin Khaththab misalnya, dia baru
selesai mempelajari al-Baqarah dalam 8 tahun.
Status ini hanya agar kita tidak masuk dalam ummat akhir zaman itu: Berbondong-bondong membuat pesantren tahfidz al-Quran, tapi lupa bahwa yang lebih penting lagi adalah membuat pesantren pengamal al-Quran. ًSedangkan para sahabat yang betul-betul hafal al-Quran di jaman Nabi SAW hanya berjumlah kurang dari 30 orang saja. Yang lainnya, tidak hatam hafalan al-Quran, tapi sangat mendalami ayat-ayat yang dihafalnya untuk diamalkan. Itulah sebabnya Ibu Mas'ud mengatakan seperti di paragraf pertama tadi.
Yang sudah membuat pesantren tahfidz,
marilah juga membuat kurikulum pemahaman
dan pengamalannya juga. Keren kan, punya pesantren tahfidz yang bukan hanya melahirkan para penghafal, melainkan juga para pengamal. Lulus dari sana, sudah siap merubah Indonesia. Minimal akhlaknya. Bahkan, kalau bisa melahirkan generasi gress, yang terputus dengan generasi korup, malas, reaktif, hedon, dan seterusnya.
Setuju ma stts ust Mustafit Ahmad