Selasa, 11 April 2023

Kesengsaraan Tidak Pernah Bertemu Dengan 6 Keadaan

 


Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa kesengsaraan tidak pernah bertemu dengan 6 keadaan ini. 

1️⃣ - Kesengsaraan tidak bersama dengan yang berbuat baik kepada kedua orang tua ...

وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَتِي وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِي جَبَّارٗا شَقِيّٗا

"dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka." (Surat Maryam (19) Ayat 32)

2️⃣- Kesengsaraan tidak dibersama dengan orang yang berdoa .... 

...... وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا

".....dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku." (Surat Maryam (19) Ayat 4)

3️⃣ - Kesengsaraan tidak menyatu dengan Al-Qur'an....

مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ

"Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar engkau menjadi susah;" (Surat Thaha (20) Ayat 2)

4️⃣ - Kesengsaraan tidak bergabung dengan yang mengikuti petunjuk .... 

.... فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ

".... maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Surat Thaha (20) Ayat 123)

5️⃣ - Kesengsaraan tidak digabungkan dengan takut kepada Allah SWT.... 

سَيَذَّكَّرُ مَن يَخۡشَىٰ، وَيَتَجَنَّبُهَا ٱلۡأَشۡقَى

"orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya," (Surat Al-A'la (87) Ayat 10-11)

6️⃣ - Kesengsaraan tidak digabungkan dengan ketakwaan.... 

فَأَنذَرۡتُكُمۡ نَارٗا تَلَظَّىٰ، لَا يَصۡلَىٰهَآ إِلَّا ٱلۡأَشۡقَى، ٱلَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ، وَسَيُجَنَّبُهَا ٱلۡأَتۡقَى

"Maka Aku memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala, yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa.." (Surat Al-Lail (92) Ayat 14-17)

Macam-macam Hubungan dengan Allah SWT


 

Al-Qur'an menyebutkan macam-macam hubungan manusia dengan Allah Swt yang menciptakannya, memberinya rezeki dan mengatur segala urusannya.

1. Hubungan yang berdiri dengan dasar penentangan kepada Allah dan melampaui batas-batas sebagai seorang hamba. Al-Qur'an menyebut hubungan ini adalah hubungan yang melampaui batas.

Allah swt berfirman :

كَلَّآ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَيَطۡغَىٰٓ - أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ

"Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup." (QS.Al-'Alaq:6-7)

2. Hubungan yang dibangun dengan dasar perasaan berjasa karena telah memeluk Islam. Allah Swt berfirman :

يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْۖ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَيَّ إِسۡلَٰمَكُمۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ

"Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (QS.Al-Hujurat:17)

3. Hubungan yang dibangun dengan dasar penghambaan, rasa cinta, rasa takut dan harap kepada Allah Swt.

Kecintaan itu melahirkan ketaatan dan kekhusyu'an dihadapan Allah Swt. 

Dan ini adalah hubungan yang sehat antara seorang hamba dengan Tuhannya, yang akan mengantarkan seseoeang menuju kebahagiaan dunia dan akhiratnya.

Hubungan inilah yang akan menjaga seorang hamba dari perasaan ujub, congkak dan sombong sehingga akan menyelamatkannya dari siksa Allah Swt.

Dan Al-Qur'an telah menyebutkan banyak sekali ayat tentang hubungan yang satu ini. Yaitu disaat menceritakan para Nabi ataupun disaat memberikan sifat bagi orang-orang mukmin yang sejati.

Seperti dalam Firman-Nya ketika menceritakan para Nabi :

إِنَّهُمۡ كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبٗا وَرَهَبٗاۖ وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ

"Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (QS.Al-Anbiya':90)

Dan Firman-Nya ketika menyifati kaum mukminin. :

إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ خَشۡيَةِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ - وَٱلَّذِينَ هُم بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمۡ يُؤۡمِنُونَ - وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمۡ لَا يُشۡرِكُونَ - وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ - أُوْلَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَهُمۡ لَهَا سَٰبِقُونَ

"Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Tuhannya, mereka sangat berhati-hati, dan mereka yang beriman dengan tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya, dan mereka yang tidak mempersekutukan Tuhannya, dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya, mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya." (QS.Al-Mu'minun:57)

Itulah beberapa hubungan antara seorang hamba dengan Allah Swt yang disebutkan didalam Al-Qur'an.

sumber: Khazanah AlQuran

Apakah Memperingati Maulid Nabi saw itu bid’ah?


Padahal, Rasulullah saw bersabda, “man ‘azhzhama maulidy kuntu syafi’an lahu yaum al-Qiyamah”

artinya: Barangsiapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat. 

(Hadits Riwayat Ibnu Asakir Dalam Kitab Tarikh, Juz 1, Halaman 60). Menurut Imam Dzahabi: sahih sanadnya.

✍️ Apa kata para ulama besar Madzhab Syafi’i?

Simak kutipannya dalam video berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=9_wFSWMzrP4

✍️  Tidak Semua Yang Tidak Dicontohkan Rasulullah Itu Bid’ah Yang Haram

Jika semua yang tidak dicontohkan Rasulullah disebut bid’ah, kita-kita generasi akhir zaman ini, tidak akan bisa mengenal Islam dari sumber terpercaya.

Sumber Islam paling pokok adalah al-Qur’an dan Sunnah, baru kemudian ijtihad ulama melalui ijma’ dan qiyas. 

Kita bisa mengenal Al-Qur’an dan Hadis karena bid’ah yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah. 

Al-Qur’an di zaman Rasulullah dan sahabat tersimpan terutama di dada para penghafal al-Qur’an. Belum ada mushaf utuh. Catatatan al-Qur’an terberai di tangan para sahabat, ditulis di daun lontar, tulang, dan batu.

Seusai perang Yamamah, banyak sahabat penghafal al-Qur’an gugur. Kepada Khalifah Abu Bakar, Sahabat Umar ra usul agar dihimpun mushaf untuk menjaga otentisitas al-Qur’an. 

Abu Bakar menolak dan berkata: “Kaifa naf’alu sya’an lam yaf’alhu Rasulullah?”: “Bagaimana kita melakukan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah?”

Umar bergeming, terus meyakinkan Abu Bakar dan berkata: “Hadzâ wallâhi khairun”: “Demi Allah ini kebaikan.” 

Akhirnya, setelah terus diyakinkan Umar, dada Abu Bakar terbuka, menyetujui usul Umar dan memerintahkan Zaid ibn Tsabit memimpin tim penghimpunan al-Qur’an (Jalaluddîn as-Suyûthi, al-Itqân fî Ulûmil Qur’ân, Beirut: Dar –l Fikr, 2005, Juz 1, hal. 82).

Seandainya kita ikuti kelompok literalis, menganggap semua hal yang tidak dilakukan Rasulullah sebagai bid’ah, kita sekarang tidak bisa baca al-Qur’an! Di zaman Utsman, kodifikasi mushaf digalakkan besar-besaran, dibagikan secara massif keluar tanah Hijaz.

Mushaf telah dihimpun di zaman Abu Bakar, dicetak massif dan dibagikan di zaman Utsman. Orang selain Arab, seperti kita, tetap tidak bisa baca al-Qur’an tanpa bantuan bid’ah para ulama. 

Jangan bayangkan mushaf zaman dulu seperti sekarang. Dulu huruf Arab gundul, betul-betul gundul, tanpa titik dan harakat. 

Kita tidak bisa membedakan huruf Ta’, Ba’ dan Tsa’, karena hanya berupa cengkok tanpa titik. Huruf Shad dan Dhad juga tidak ada bedanya.

Orang yang pertama kali meletakkan titik ke dalam huruf Arab (awwalu man wadha’an nuqoth alal hurûf) adalah Abu-l Aswad ad-Du’ali, pada 62 H. Beliau adalah generasi tabi’in.

Seabad kemudian, Imam Kholil ibn Ahmad al-Farahidi yang wafat pada 185 H, melengkapi dengan harakat sehingga kita mengenal harakat fathah, kasrah, dhammah, sukun, tanwin, dst. 

Tanpa bantuan ‘bid’ah’ dua ulama ini, orang ajam seperti kita tidak akan bisa membaca al-Qur’an.

Kita juga berhutang kepada Abu Ubaid Qosim ibn Salam (w. 224 H) yang menemukan ilmu tajwîd, sehingga untaian ayat al-Qur’an indah dibaca dan didengar. 

Sekali lagi, tanpa bid’ah Sahabat dan ulama, kita tidak bisa mengenal al-Qur’an dan membacanya dengan baik dan benar.

Sumber kedua Islam adalah hadis. Kitab-kitab hadis yang terhimpun seperti al-Muwattha’ karya Imam Malik, Musnad Ahmad karya Imam Ahmad ibn Hanbal, dan kitab-kitab sunan (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibn Majah) adalah produk bid’ah karena tidak diajarkan Rasulullah saw.

✍️  Anjuran Maulid dari Khulafa’urrosyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib ra)

Sumber: Kitab “An-Ni’matul Kubra ‘alal ‘Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam” halaman 5-7, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami (909-974 H. / 1503-1566 M.), cetakan “Maktabah al-Haqiqat” Istambul Turki:

1. Sayyidina Abu Bakar RA. berkata:

من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كان

رفيقي في الجنة

Artinya:

———-

“Barangsiapa membelanjakan satu dirham (uang emas) untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka ia akan menjadi temanku di surga.”

2. Berkata Sayyidina Umar RA.:

من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد أحيا الإسلام

Artinya:

———-

“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.”

3. Berkata Sayyidina Utsman RA.:

من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم فكأنما شهد غزوة بدر وحنين

Artinya:

———-

“Barangsiapa membelanjakan satu dirham (uang mas) untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka seakan-akan ia ikut-serta menyaksikan perang Badar dan Hunain.”

4. Sayyidina Ali RA. berkata:

من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم وكان سببا لقراءته لا يخرج من الدنيا إلا بالإيمان ويدخل الجنة بغير حساب

Artinya:

———-

“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, dan ia menjadi sebab dilaksanakannya pembacaan maulid Nabi, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab”

✍️  Jika Makanan Saja Dijadikan Hari Raya Bagaimana Dengan Kelahiran Rasulullah saw?

Dalam Al-Qur’an Surat Al Maidah ayat 114: “Isa putera Maryam berdoa: Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi Hari Raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama”.

Jika turunnya makanan saja bisa dijadikan Hari Raya, mengapa Kelahiran Rasulullah saw (Maulid Nabi saw), oleh sebagian orang tidak boleh dirayakan?

Fakta-fakta ini mematahkan argumen pokok kelompok literalis yang memukul rata semua bid’ah. 

Lapang Dada, Bekal Terbaik dalam Memikul Beban Kehidupan



Sejak kecil kita sering diajarkan doa Nabi Musa as dalam Al-Qur’an yang berbunyi,

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي – وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي – وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي – يَفْقَهُوا قَوْلِي

Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhan-ku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.” (QS.Thaha:25-28)

Doa yang sangat indah, khususnya disaat kita harus berbicara dan menghadapi sesuatu. 

Namun ada satu pertanyaan, tahukah kita apa arti lapang dada? Apakah kita selama ini berdoa tanpa tau maksud dari doa kita sendiri?

Pada awalnya, Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mendatangi Fir’aun, Raja yang terkenal sangat kejam. 

Tapi anehnya, Nabi Musa tidak meminta bekal senjata, pasukan ataupun bantuan disaat itu. Beliau hanya berdoa dan meminta agar Allah Melapangkan dadanya, Mempermudah urusannya dan Melancarkan bicaranya.

Dari semua doa itu, yang pertama diminta adalah lapang dada. Karena ini adalah bekal yang paling penting untuk memikul tanggung jawab dan menghadapi segala rintangan. Khususnya ketika menyampaikan kebenaran.

Lapang dada adalah perpaduan antara ikhlas, sabar dan tawakal. Apapun yang terjadi tidak akan membuat hatinya sempit dan menyesal.

Jika kita perhatikan, Nabi Musa meminta kepada Allah untuk dilapangkan dadanya. Sementara Baginda Nabi Muhammad saw telah diberi kelapangan dada sebelum beliau meminta. Itulah kemuliaan Rasulullah diatas nabi-nabi yang lain.

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

“Bukankah Kami telah Melapangkan dadamu (Muhammad)?” (QS.as-Syarh:1)

Karena itu, kehidupan Rasulullah saw selalu dipenuhi kesabaran ketika dihadapkan dengan berbagai rintangan dan masalah. 

Bahkan dengan lapang dada Rasulullah saw mendoakan umat yang memusuhi dan memerangi beliau,

“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka belum mengetahui”

Gambaran lapang dada yang dimiliki Rasulullah juga terlihat ketika Fathu Mekah. Disaat Rasulullah telah menguasai mekah, beliau berhadapan dengan orang-orang yang memusuhi bahkan berusaha membunuh beliau selama bertahun-tahun.

Namun beliau tidak membalas perbuatan keji mereka, dengan lapang dada Rasulullah saw melepaskan dan membebaskan musuh-musuhnya. Beliau bersabda,

“Pergilah, sungguh kalian adalah orang-orang yang dibebaskan !”

Kemudian beliau membaca ayat yang dibaca oleh Nabi Yusuf as ketika memaafkan saudara-saudaranya,

قَالَ لاَ تَثْرَيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Dia (Yusuf ) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah Mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS.Yusuf:92)

Semoga kita mendapatkan taufik untuk memiliki hati yang lapang dalam menghadapi segala masalah dalam hidup.

Kisah Mualaf Amerika Robert Dickson Crane



Robert Dickson Crane. Dia adalah mualaf asal Amerika Serikat yang pada mulanya menganggap Islam sangat buruk. "Saya tidak pernah memikirkan Islam secara serius. Yang saya ketahui tentang Islam hanyalah bahwa orang Muslim yang baik harus membunuh orang Kristen dan surga orang Muslim seperti rumah pelacuran. Saya sangat muak," ujarnya. 


Steven Barbosa dalam bukunya berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" menyebut Robert Dickson Crane adalah lulusan Harvard Law School . Dia pernah menjabat sebagai penasihat politik Luar negeri untuk Presiden Richard Nixon dari 1963 sampai 1968, dan untuk waktu yang sangat singkat menjabat wakil direktur Dewan Keamanan Nasional pada masa pemerintahan Nixon, serta menjadi duta besar Presiden Reagan untuk United Arab Emirates (UAE). 


Selanjutnya, Crane memimpin Bagian Hukum di Dewan Muslim Amerika. Organisasi yang berpusat di Washington, D.C. ini mengkoordinnsi akfivitas yang tersebar di seluruh dunia untuk menentang dengan tegas diskriminasi terhadap kaum Muslimin, menimbulkan kesadaran politik orang-orang Muslim, dan membentuk konsensus tentang pokok persoalan yang ada dalam masyarakat Muslim.

-------------------------------------------------------------------------

Awal Mula:

Mendiang presiden Amerika Richard Nixon memiliki seorang konselor penasehat bernama Robert Crane yang memiliki gelar dan jabatan sebagai berikut:

- Pemegang gelar doktor hukum publik.

- Gelar doktor hukum internasional.

- Presiden Harvard Society of International Law.

- Penasihat Presiden Nixon untuk Urusan Luar Negeri.

- Wakil Direktur Dewan Keamanan Nasional AS.

- Pakar politik terkemuka di Amerika.

- Pendiri Pusat Peradaban dan Pembaruan di Amerika.

- Dia fasih dan aktif menguasai enam bahasa.

Suatu hari, Presiden AS Nixon ingin membaca tentang Islam, maka dia meminta intelijen Amerika untuk menyiapkan penelitian untuknya tentang masalah itu. Dan segera mereka menjalankan perintahnya, tetapi penelitian mereka berlangsung agak lama.

Dia meminta penasihatnya, Robert Crane membacakan penelitian dan meringkasnya. Robert membaca penelitian dan kemudian menghadiri seminar dan kuliah Islam untuk mempelajari lebih lanjut tentang subjek Islam.

Dan hanya beberapa hari kemudian, berita tentang Robert Crane masuk Islam bergema di seluruh Amerika Serikat.

Dia menyebut dirinya "Ali Abdul Haq."

Dan dia berkata tentang alasan dia masuk Islam: 

"Sebagai mahasiswa hukum, aku menemukan dalam Islam semua hukum yang aku pelajari. Bahkan selama aku belajar 3 tahun di Universitas Harvard, aku tidak menemukan dalam hukum mereka kata "keadilan", walaupun sekali. Aku menemukan kata ini banyak dalam Islam."

Dia memeluk Islam pada tahun 1981 M dan menamakan dirinya Ali, semoga Allah meridhoinya dan meridhoi (Imam) Ali (kwh) yang merupakan Imam Keadilan setelah Nabi Muhammad Saww.

Kisah : Tragedi Buah Apel



 Seorang lelaki yang sholeh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. 

Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berfikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu, akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat izin pemiliknya. 

Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar meminta dihalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. 

Maka langsung saja dia berkata, "Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda menghalalkannya". 

Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan menjaga dan mengurus kebunnya". 

Dengan nada menyesal Tsabit bin Ibrahim bertanya lagi, "Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkannya apel yang telah ku makan ini." 

Pengurus kebun itu memberitahukan, "Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam". 

Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, "Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa izin pemiliknya. Bukankah Rasulullah s.a.w. sudah memperingatkan kita melalui sabdanya: "Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka" 

Tsabit bin Ibrahim pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata,

"Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah ku makan itu?" 

Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, "Tidak, aku tidak boleh menghalalkannya kecuali dengan satu syarat." 

Tsabit bin Ibrahim merasa khawatir dengan syarat itu kerana takut ia tidak dapat memenuhinya. 

Maka segera ia bertanya, "Apa syarat itu tuan?" Orang itu menjawab, "Engkau harus mengawini putriku !"

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, "Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu?" 

Tetapi pemilik kebun itu tidak mempedulikan pertanyaan Tsabit bin Ibrahim. Ia malah menambahkan, katanya, 

"Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!" 

Tsabit bin Ibrahim amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berfikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? 

Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, "Selain syarat itu aku tidak akan menghalalkan apa yang telah kau makan !" 

Namun Tsabit bin Ibrahim kemudian menjawab dengan mantap, 

"Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul 'alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala".

Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan selesai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui isterinya. 

Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berfikir akan tetap mengucapkan salam walaupun isterinya tuli dan bisu, kerana bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, "Assalamu"alaikum..." 

Tak disangka sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi isterinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi isterinya itu menyambut uluran tangannya. 

Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. "Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula", Kata Tsabit bin Ibrahim dalam hatinya. 

Tsabit bin Ibrahim berfikir, mengapa ayah mertuaya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ? 

Setelah Tsabit bin Ibrahim duduk di samping isterinya, dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa?" 

Wanita itu kemudian berkata, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah". 

Tsabit bin Ibrahim bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli, mengapa?" 

Wanita itu menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. 

"Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?" Tanya wanita itu kepada Tsabit bin Ibrahim yang kini sah menjadi suaminya. 

Tsabit bin Ibrahim mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan isterinya. Selanjutnya wanita itu berkata, 

"aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh kerana kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang boleh menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala". 

Tsabit bin Ibrahim amat bahagia mendapatkan isteri yang ternyata amat soleh dan wanita yang memelihara dirinya. 

Dengan bangga ia berkata tentang isterinya, "Ketika kulihat wajahnya... Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap". 

Tsabit bin Ibrahim dan isterinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia, Beliau adalah Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit.


Generasi Baru Ibnu Muljam, Pembunuh Sayidina Ali Bin Abi Thalib

 


Slogan : “Hukum itu milik Alloh, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”

Itulah teriakan Abdurrohman bin Muljam Al Murodi (Khowarij) ketika menebas tubuh khalifah Ali bin Abi Tholib pada saat bangkit dari sujud sholat Shubuh pada 19 Ramadhan 40 H.

Abdurrohman bin Muljam menebas tubuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan pedang yang sudah dilumuri racun yang dahsyat. Racun itu dibelinya seharga 1000 Dinar.

Tubuh imam Ali bin Abi Tholib mengalami luka parah, tapi beliau masih sedikit bisa bertahan. 

Tiga hari berikutnya (21 Romadlon 40 H) nyawa sahabat yang telah dijamin Rasulullah SAW sebagai penghuni surga itu hilang di tangan seorang muslim yang selalu merasa paling Islam.

Imam Ali  dibunuh setelah dikafirkan.

Imam Ali  dibunuh setelah dituduh tidak menegakkan hukum Alloh.

Imam Ali  dibunuh atas nama hukum Alloh.

Itulah kebodohan dan kesesatan orang Khowarij yang saat ini masih ngetrend ditiru oleh sebagian umat muslim.

Maka sebagai hukuman atas kejahatannya membunuh imam Ali as, Ibnu Muljam kemudian dieksekusi mati dengan cara qishos .

Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh dramatis. Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada algojo:

“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus. Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Alloh.”

Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya membunuh suami Sayyidah Fathimah az zahro sepupu Rosululloh, dan ayah dari imam Al-Hasan  dan imam Husein  itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah.

Seorang ahli surga meregang nyawa di tangan seorang muslim yang meyakini aksinya itu adalah di jalan kebenaran demi meraih surga Alloh.

Potret Ibnu Muljam adalah realita yang terjadi pada sebagian umat Islam di era modern kini. 

Generasi pemuda yang mewarisi Ibnu Muljam itu giat memprovokasi untuk berjihad di jalan Alloh dengan cara memerangi, dan bahkan membunuh nyawa sesama kaum muslimin.

Siapa sebenarnya Ibnu Muljam?

Diceritakan oleh Syamsuddin ad-Dzahabi (748 H) dalam kitabnya Tarikhul Islam wa Wafayati Masyahiril A’lam bahwa Ibnu Muljam merupakan sosok ahli al-Quran dan ahli fikih. Selain itu, ia merupakan orang yang gemar beribadah.

Ya, Ibnu Muljam adalah lelaki yang terlihat sholih, zahid dan bertakwa sehingga mendapat julukan Al-Muqri’. 

Sang pencabut nyawa imam Ali as ini itu juga seorang hafidz (penghafal Alquran) dan sekaligus orang yang mendorong sesama muslim untuk menghafalkan kitab suci tersebut.

Kholifah Umar bin Khottob pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Alquran kepada penduduk negeri piramida itu.

Dalam pernyataannya, Kholifah Umar bin Khottob bahkan menyatakan: “Abdurrohman bin Muljam, salah seorang ahli Alquran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Alquran kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash” kata Umar. [Nukilan dari Al Ghuluww, Mazhâhiruhu, Asbâbuhu, ‘Ilâjuhu, Muhammad bin Nâshir al ‘Uraini, Pengantar: Syaikh Shâlih al Fauzân, Tanpa Penerbit, Cetakan I, Tahun 1426 H]

Sebelumnya, Ibnu Muljam juga merupakan salah satu pendukung Ali bin Abi Thalib. Bahkan ia juga pernah berperang bersama Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam perang Jamal melawan Aisyah, serta ia juga pergi ke Kufah untuk mengikuti perang Siffin antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Muawiyah.

Namun saat perang siffin berakhir, dan disepakati arbitrase antara Ali dan Muawiyah, Ibnu Muljam menyatakan ketidak setujuannya. 

Ia berpendapat, dengan mengutip al-Quran, bahwa kesepakatan yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah tidak sesuai dengan tuntunan al-Quran dan Rasul Saw.

Ibnu Muljam pun keluar dari barisan pendukung Ali bin Abi Thalib dan memilih untuk menjadi bagian dari kelompok Khawarij. 

Jargon terkenal khawarij “lā hukma illa Allah” (tidak ada hukum yang harus ditaati kecuali hukum Allah) ia gunakan untuk menolak kebijakan Ali yang tunduk kepada arbiterase.

Afiliasinya kepada sekte Khowarij telah membawanya terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit. 

Ibnu Muljam menetapkan klaim terhadap surga Alloh dengan sangat tergesa-gesa dan dangkal. Sehingga dia dengan sembrono melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. 

Alangkah menyedihkan karena aksi itu diklaim dalam rangka membela agama Alloh dan Rosululloh.

Menjelang Kematian Ali bin Abi Thalib as

Ibnu Muljam tidur di masjid dengan menyembunyikan pedang beracun di dalam bajunya. Ia tahu bahwa Imam Ali tidak pernah ketinggalan shalat subuh.

Begitu waktu subuh tiba, sebagaimana biasa Amirul-Mu`minin Ali bin Thâlib keluar dari rumahnya untuk melakukan shalat Subuh dan membangunkan manusia. Imam Ali pula yang membangunkannya dari tidur.

Saat Imam Ali sedang sujud dalam shalatnya, saat itulah Ibnu Muljam pun menghunjamkan pedang beracunnya ke batok belakang kepala Imam Ali.

Ketika Ibnu Muljam menyabetkan pedangnya pada Imam Ali Radhiyallahu ‘anhu, ia berseru: “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, bukan milikmu atau orang-orangmu (wahai ‘Ali),”

lantas ia membaca ayat :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridloan Alloh; dan Alloh Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. al Baqarah/2:207)

Meskipun Ibnu Muljam hafal Alquran, “bertaqwa dan rajin beribadah”, tapi semua itu ternyata tidak bermanfaat baginya. Ia mati dalam kondisi su’ul khotimah, tidak membawa iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yang dimilikinya.

Generasi Baru Ibnu Muljam

Sadarkah kita bahwa saat ini telah lahir generasi-generasi baru Ibnu Muljam yang bergerak secara massif dan terstruktur. 

Mereka adalah kalangan sholeh yang menyuarakan syariat dan pembebasan umat Islam dari kesesatan. Mereka menawarkan jalan kebenaran menuju surga Alloh dengan cara mengkafirkan sesama muslim. 

Ibnu Muljam gaya baru ini lahir dan bergerak secara berkelompok untuk meracuni generasi-generasi muda Indonesia. Sehingga mereka dengan mudah mengkafirkan sesama muslim, mereka dengan enteng menyesatkan kiyai dan ulama.

Raut wajah mereka memancarkan kesalehan yang bahkan tampak pada bekas sujud di dahi. Mereka senantiasa membaca Alquran di waktu siang dan malam. Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi.

Rasulullah dalam sebuah hadits telah meramalkan kelahiran generasi Ibnu Muljam ini:

“Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Alquran dengan lisan mereka tetapi tidak melewati tenggorokan mereka, mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya.” (Shohih Muslim, hadits No.1068)

Kebodohan mengakibatkan mereka merasa berjuang membela kepentingan agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang memerangi Islam dan kaum muslimin.

Apa pesan moral yang kita dapat dari sejarah berdarah ini?

Bahwa pakaian agama tidaklah menjamin akhlak seseorang. Seperti iblis, ia beribadah dengan kesombongan. 

Hebatnya ritualnya bukannya menjadikannya sebagai manusia yang lembut dan pengasih, tetapi menjadikannya orang yang keras hati.

Apa yang menjadikan seseorang itu beragama tapi tidak menjadikannya benar?

Jawabannya mudah. Sombong. Inilah sifat yang membuat iblis di kutuk meski ia dikabarkan mahluk yang paling taat beribadah pada masanya.

Wahai kaum muslimin, waspadalah pada gerakan generasi Ibnu Muljam. Mari kita siapkan generasi muda kita agar tidak diracuni oleh golongan Ibnu Muljam gaya baru. 

Islam itu agama Rohmatan Lil Alamin. Islam itu agama keselamatan. Islam itu merangkul, dan bukan memukul.

Fakta Sejarah :Tanah Palestina di Alkitab Tahun 1905

 


Argumen para zionis untuk membenarkan penjajahan Israel atas Palestina tidak memiliki dasar akal sehat maupun legal dalam sejarah, bahkan dalam agama mereka sendiri. (Malcolm X) 







Tuhan Para Ahli Maksiat


Suatu saat Nabiyullah Musa as. memanggil Allah swt  "Wahai Tuhan Semesta alam!!!" lalu Allah menjawab "labbaik" "Wahai Tuhan orang orang yang taat!!!" Allah menjawab "Labbaik" "Wahai tuhan para ahli maksiat...!!!" Allah menjawab "Labbaik, labbaik, labbaik"  

Nabi musa bertanya, "Tuhanku, hikmah apa kiranya yang terdapat dalam sambutanMu saat aku memanggil-Mu dengan nama nama terbaik-Mu, engkau menjawab hanya sekali. Namun saat kupanggil nama-Mu dengan Tuhannya para ahli maksiat, engkau menjawabku tiga kali?" 

Allah swt. menjawab " Wahai Musa, sesungguhnya para urafa, menggantungkan harapannya pada-Ku dalam pengetahuan mereka. Orang-orang baik bergantung pada kebaikannya. orang orang taat berharap pada ketaatannya. Akan tetapi ya Musa... dengan apa para ahli maksiat itu bergantung selain kepada kasih sayangku? Siapa lagi yang akan mengasih mereka selain Aku?” 

****

 يا محسن قد اتاك المسيء

 و قد امرت المحسن ان يتجاوز عن المسيء

  يارب انت المحسن و انا عبدك المسيء فتجاوز عنا و اغفر لنا و ارحمنا

  فما لنا سواك نهرب منك اليك و نعصيك و نرجوك

Wahai yang Maha Baik, telah datang kepadamu pemaksiat itu.  Kau perintahkan orang-rang baik untuk memaafkan para pendosa.  

Tuhan... Engkaulah yang Maha Baik dan aku adalah hamba-Mu yang bergelimang kemaksiatan. Lemah lembutlah kepadaku, ampuni daku, dan sayangki aku.  

siapa lagi yang bisa berlaku seperti itu kepada pendosa sepertiku selain-Mu. Aku takut kepadamu maka aku mendekati-Mu, aku bermaksiat dan yang kuharap adalah kasih sayang-Mu... 

Engkau mengatakan,  “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada  berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. 12:87) Aku bukanlah orang yang berputus asa dari rahmat-Mu... 

Engkau pula yang mengatakan, “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri  mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah  Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya  Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” 

Akulah, orang yang melampaui batas itu.... ampuni aku ya Allah... Sayangi aku.

Kenapa Sholat Menjadi Amal yang Menjadi Tonggak Diterima Tidaknya Amalan Lainnya


Syekh Muhsin Qiraati pernah ditanya: 

Bagaimana menjelaskan, bahwa pengabulan seluruh amal itu bergantung pada diterimanya satu amal tertentu saja, seperti shalat? 

Beliau menjawab:

Perhatikanlah polisi lalu lintas dalam tugas rutinnya ketika mencegat dan memeriksa kelengkapan pengemudi kendaraan di jalan. Polisi meminta Surat Izin Mengemudi (SIM) pada si pengemudi. Apabila si pengemudi menunjukkan ijazah kedokteran, ijazah sarjana politik, kartu kredit, visa, surat izin bangunan, surat izin usaha, dan bahkan ijazah ijtihad, atau semua ijazah lainnya, maka polisi tentu tidak akan menerimanya. Hanya bagi pengemudi yang bisa menunjukkan SIM-nya sajalah yang akan diizinkan lewat. Dan jika ia tidak dapat menunjukkan SIM yang dimaksud, maka polisi akan menilangnya. 

Demikian pula keadaan di hari Pengadilan! Syarat yang harus ditunjukkan terlebih dahulu untuk sampai pada tujuannya (Surga) ialah 'Ijazah' shalat. Jika ijazah shalat ini tidak ada maka seluruh amal yang lain akan menunggu hingga urusan shalat tersebut beres. Boleh dikata, apabila shalat orang tersebut tidak diterima, maka amal² yang lain pun menjadi sia² belaka. Dan itu berarti tidak ada amal lain yang bisa menyelamatkannya dari hisab (perhitungan) Tuhan.


Mari Berani Menguak Sejarah, Membaca Literasi dari Banyak Sumber

Sejarah tidak terlepas dari kekuasaan. Penguasa memerlukan sejarah sebagai legitimasi. Untuk itu dilakukan pembengkokan sejarah.

(Asvi Warman Adam, kata pengantar dalam bukunya sendiri, Membongkar Manipulasi Sejarah 2009)

Sejarah meski telah berlalu, namun perannya sangat penting dalam menentukan langkah untuk perencanaan masa depan. Alquran sendiri pun tidak menafikan pentingnya sejarah untuk dipelajari, dibahas dan didiskusikan. Ada dimensi pencerdasan pada sejarah. 

Alquran sarat dengan kisah umat terdahulu lengkap dengan anjuran untuk umat sekarang mengambil ibrah atas peristiwa-peristiwa masa lalu. Ketika Alquran mengisahkan mengenai Firaun, Namrud, Qarun, Bal'am sampai Abu Lahab, menunjukkan bahwa Alquran ingin agar pelaku-pelaku antagonis itu tetap direkam dan diingat oleh umat lintas generasi untuk tidak diikuti sepak terjangnya, sebab telah menjadi sunnatullah pasti akan berakhir tragis dengan azab yang pedih. Begitupun ketika Alquran mengisahkan tokoh-tokoh teladan.

Dengan mengetahui krusialnya peran sejarah, maka tidak heran, pihak-pihak yang berkepentingan akan berusaha menulis dan mewariskan catatan sejarah yang menguntungkan pihaknya. Rezim tiran untuk mendapatkan legitimasi dan melanggengkan kekuasaannya perlu menulis sejarah yang berpihak padanya meski sampai harus melakukan manipulasi untuk itu. 

Contoh sederhananya pembengkokan sejarah yang dilakukan Orde Baru. Melalui kurikulum pendidikan, buku-buku pelajaran sejarah, museum, monumen, film-film dan berbagai peringatan ditanamkan doktrin ke generasi muda betapa berjasanya Soeharto terhadap negara. Ia digambarkan sebagai sosok pahlawan yang telah berkali-kali memberikan penyelamatan pada negara. Karenanya dengan manipulasi sejarah tersebut, wajar jika Seoharto bisa berkuasa sampai 30 tahun lebih. 

Peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Hari Kesaktian Pancasila dan Serangan Umum 1 Maret 1949 diantara rekayasa sejarah oleh Orde Baru yang saat ini sedang berupaya diluruskan. Dimasa Soeharto berkuasa, hanya sejarah versi militerlah yang berhak hidup. Citra seorang pahlawan selalu diidentikkan dari kalangan tentara. Setelah kekuasaan Soeharto tumbang, bermunculanlah beragam versi sejarah. Tokoh-tokoh yang dulu dibungkam dengan penjara dan popor senjata berlomba-lomba mengungkapkan kesaksian. Dari para saksi hidup itulah terpampang sejarah yang sesungguhnya. 

Dengan lahirnya Reformasi, yang sedikit memberi ruang gerak dan keleluasan untuk mempelajari, mengkaji, mengkritisi dan mendiskusikan sejarah maka terungkaplah banyak kisah yang selama ini ditutup-tutupi. Generasi jadi lebih leluasa mengenal jasa Tan Malaka pada Republik, yang oleh Orde Baru dicap komunis dan dicitrakan sebagai pengkhianat. Kita jadi tahu, peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru betapa telah memakan banyak korban dari anak bangsa. Rakyat jadi tersentak kesadarannya dan akhirnya menolak lupa atas terjadinya tragedi pembantaian massa muslim di Tanjung Priok, Operasi Seroja di Timor Timur dan berbagai kasus pelanggaran HAM  oleh operasi militer di Aceh. 

Hal serupa pun tentu saja berlaku dalam sejarah Islam. Dinasti-dinasti yang pernah berkuasa pada periode kekhalifahan tentu saja memproduksi narasi sejarah versi mereka sendiri. Dengan runtuhnya kekhalifahan maka proyek penulisan sejarah Islam bisa lebih obyektif dan terbuka. 

Sama halnya pasca tumbangnya Orde Baru, maka runtuhnya kekhalifahan terakhir di Turki memicu munculnya beragam versi sejarah Islam yang lebih terbuka untuk didiskusikan, bahkan tidak sedikit diantara versi tersebut ada yang saling berbenturan. Begitupun dengan adanya kondisi yang lebih leluasa mengkaji dan menelusuri sejarah, maka terkuaklah sejumlah narasi penting dalam sejarah Islam yang dulu ditutup-tutupi atau melalui rekayasa politik dan sosial berusaha untuk dihilangkan. 

Sebutlah tragedi Asyura dan tragedi Al-Harrah diantaranya. Dua tragedi kelam dalam sejarah Islam yang terjadi pada masa rezim Yazid bin Muawiyah ini banyak tidak diketahui umat Islam, baik karena sejarahnya hanya disampaikan sekilas lalu atau memang sengaja tidak diperkenalkan sama sekali. 

Tragedi Asyura adalah tragedi pembantaian keluarga Nabi Muhammad saw pada tahun 61 H di Padang Karbala oleh 4 ribu tentara Yazid bin Muawiyah yang dipimpin Umar bin Sa'ad, diantara yang menjadi korban adalah Sayyidina Husain, cucu Nabi Muhammad saw. Tahun 63 H masih saat Yazid bin Muawiyah berkuasa, penduduk Madinah mencabut baiatnya atas Yazid setelah mengetahui kedok Yazid yang banyak menyimpangkan syariat termasuk telah bertanggungjawab atas kematian Imam Husain as di Karbala. 

Akibat dari pencabutan baiat tersebut, Yazid memerintahkan Muslim bin Uqbah membawa 10 ribu pasukan tentara untuk menyerang Madinah. Akibat serangan tersebut, kota Madinah hancur, sejumlah sahabat Nabi dibunuh dan ribuan gadis perawan Madinah dirusak kehormatannya oleh tentara Yazid. Tragedi tersebut dikenal dengan nama Tragedi Al-Harrah. 

Meski sampai saat ini masih ada pihak-pihak yang berusaha menutupi sejarah kelam ini, dan berusaha membersihkan nama Yazid dengan beragam dalih, namun mahkamah sejarah akan tetap mengusut dan mengejar para pelaku kejahatan kemanusiaan tersebut tanpa mengenal batas wilayah dan waktu. Upaya menghapus jejak-jejak berdarah tidak akan berhasil, sebab sudah menjadi tanggungjawab intelektual seorang muslim untuk mempersembahkan catatan sejarah yang benar pada generasi berikutnya. Yang menghalang-halangi penelusuran dan pelurusan sejarah adalah musuh-musuh kebenaran. Alquran saja dalam sejumlah ayatnya mengkritisi versi sejarah yang salah yang terlanjur dipercaya manusia kebanyakan dimasanya. 

Pilihlah Versi Sejarah yang Paling Mendekati Kebenaran

Kalau dulu, sejarah Islam ditulis untuk mempertahankan status quo rezim yang berkuasa. Sekarang, sejarah Islam ditulis untuk melegitimasi mazhab atau untuk menjatuhkan mazhab tertentu yang menjadi rival. Karenanya tidak heran, versi sejarah Islam satu sama lain bisa saja saling bertubrukan. Lantas bagaimana kita mengetahui versi sejarah yang benar, sebab tidak mungkin kesemua versi itu benar semua?. 

Pertama, beranilah keluar dari zona nyaman. Beranilah untuk menyelami kekedalaman lautan ilmu. Baca buku sebanyak-banyaknya. Jangan mencukupkan diri dengan versi sejarah Islam yang selama ini kau dapatkan dan pelajari. Beranilah untuk keluar dari pakem mayoritas, sebab  kebenaran tidak bertumpu pada yang banyak tapi pada rasionalitas dan realitas. 

Kedua, beranilah berpendapat dan beranilah berdebat. Pelajari semua versi yang ada kemudian tabrakkan satu sama lain. Pakailah prinsip, kebenaran tidak mungkin terpental. Jika versi sejarah yang kau yakini bertabrakkan dengan realitas dan fakta, maka itu versi sejarah yang layak buat ditinggalkan. 

Hantamkanlah pandanganmu dengan pandangan orang lain yang berbeda dengan sekeras-kerasnya, dan lihat siapa yang terpental. Ingat, yang diadu dan dihantam adalah pandangan, ide dan keyakinan, bukan baku hantam fisik. Jika ada yang mengajak baku hantam fisik ketika berdebat mengenai sejarah, itu karena versi sejarah yang diyakininya lembek kayak krupuk. 

Ketiga, pakai prinsip ini: Jika ada kelompok yang melarang-larang sejarah untuk dikaji, dikritisi dan  didialogkan yakinlah itu kelompok bayaran dari penguasa tiran yang terlambat lahir. Mereka semestinya tidak lahir dan hidup di era kebebasan dan terbuka seperti saat ini. Mereka harusnya hidup di eranya Firaun dan Bani Umayyah. Betapa banyak kerugian intelektual yang harus kita alami gara-gara kelompok ini. Disaat semua orang tengah berkecimpung dalam pemikiran rasional mereka malah masih berkutat dalam interpretasi literal secara tekstual, itupun dipahami secara sempit dan fanatik. Dari orang-orang arogan inilah, lahir ideologi kekerasan dan teror atas nama Islam. 

Keempat, ikuti yang paling baik. Alquran mengingatkan, "Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal." (Qs. Az-Zumar: 18). Disini Allah swt menyampaikan bahwa diantara ciri orang yang berakal adalah mendengarkan semua perkataan, beragam pandangan dan perbedaan pendapat lalu mengikuti yang paling baik dari semuanya. Bukan dari tanda keislaman yang baik jika seseorang ngeyel dengan pendapatnya sendiri yang belum tentu benar hanya karena itu yang didapat dari gurunya atau bahan bacaannya. 

Saya sering mendapati orang yang ketika pendapatnya dikritisi dan disodorkan realita lain, akan membantah dengan berkata, "Pendapat apa itu? saya tidak pernah mendapatkan sebelumnya, tidak ada di buku, dan tidak ada ulama yang mengatakan itu." Pertama, dia menjadikan pengetahuannya yang sempit sebagai patokan kebenaran. Artinya, kalau tidak dia ketahui berarti tidak ada dan salah. Kedua, dia menganggap buku yang dibacanya hanya itu buku yang ada di dunia. Ketiga, dia mengira ulama hanyalah yang dia kenal dan ketahui saja, selain itu tidak ada ulama. 

Intinya, jangan phobia dengan adanya suguhan fakta sejarah yang berbeda dari yang selama ini kita telah yakini kebenarannya. Islam adalah proses pencarian kebenaran yang tiada henti. Persiapkan alat-alat dan perangkat yang dibutuhkan dalam penelurusan sejarah, jangan lupa pakai sabuk pengaman. Mari berselancar. 

Ismail Amin Pasannai

Dunia Arab di Sibukan dengan Perpecahan, Amerika yang Diuntungkan

 



Semua Jejak Pertikaian dan Peperangan Ujungnya sama
Kepentingan Amerika dan Zionis


Melihat persamaan antara Perang Ukraina dan Perang Suriah, tidak heran bagi masyarakat untuk berandai bahwa Ukraina adalah Suriah kedua.

Inti utamanya, kedua perang diinisiasi oleh Amerika Serikat dengan kepentingan ‘Demokrasi’ berpaket kepentingan ekonomi dan ‘dagang perang’.

Kedua negara, layaknya Suriah yang dipasok senjata oleh AS (pihak Syrian Democratic Force) dan diawali oleh permasalahan pipa gas Qatar, juga mirip dengan Ukraina yang dipasok senjata oleh AS juga (Militer Ukraina + NATO).

Narasumber Geopolitic Study Club Indonesia(GSC), sekaligus analis geopolitik Suriah, Dina Sulaeman mengatakan AS itu pada dasarnya bermain dengan ‘hegemoni liberalisme’.

“Saya merunut ucapan bapak pemikiran realisme di AS, yakni Mearsheimer, Ia mengatakan demokrasi AS itu sepaket dengan pasar bebas, institusi kebijakan, dan pengaturan kebijakan pertahanan negara,” ujar Dina dalam acara Zoom GSC dengan tajuk “Ukraina adalah Suriah lainnya”, Minggu malam (27/3).


Inti utamanya, kedua perang diinisiasi oleh Amerika Serikat dengan kepentingan ‘Demokrasi’ berpaket kepentingan ekonomi dan ‘dagang perang’.

Kedua negara, layaknya Suriah yang dipasok senjata oleh AS (pihak Syrian Democratic Force) dan diawali oleh permasalahan pipa gas Qatar, juga mirip dengan Ukraina yang dipasok senjata oleh AS juga (Militer Ukraina + NATO).

Narasumber Geopolitic Study Club Indonesia(GSC), sekaligus analis geopolitik Suriah, Dina Sulaeman mengatakan AS itu pada dasarnya bermain dengan ‘hegemoni liberalisme’.

“Saya merunut ucapan bapak pemikiran realisme di AS, yakni Mearsheimer, Ia mengatakan demokrasi AS itu sepaket dengan pasar bebas, institusi kebijakan, dan pengaturan kebijakan pertahanan negara,” ujar Dina dalam acara Zoom GSC dengan tajuk “Ukraina adalah Suriah lainnya”, Minggu malam (27/3).

Dina mengatakan, apa yang terjadi di Suriah dan Ukraina itu sama, yakni hegemoni liberalisme.

“Ukraina adalah salah satu proyek liberalisme AS, begitu pula Suriah, bukti utamanya adalah AS telah membujuk Ukraina untuk masuk ke hegemoni NATO-nya,” jelas penulis buku “Salju di Aleppo” itu.

“Di Suriah, AS memiliki kepentingan pipa gas Qatar, sedangkan di Ukraina itu adalah NordStream 2, bentuk perangnya juga sama, mayoritas hanya memasok senjata,” tambahnya.

Dikatakan Dina, NordStream2 yang intinya membuat Rusia lebih mudah memasok gas ke Eropa, itu dapat membuat Eropa melepas ketergantungan gas alamnya dari AS. Sama seperti Presiden Suriah, Bashar al-Assad, disaat ia menolak pasokan gas dari Qatar dan lebih memilih Iran karakter Assad langsung dibunuh.

Reaksinya juga sama, ketika bujukan dan kepentingan sudah ‘di ujung tanduk’ maka langkah selanjutnya bagi AS adalah ‘koersi demokrasi’.

Mirip juga gerak-geriknya, disaat konflik Suriah, AS menjelekkan nama dari pemimpin dari masing-masing negara.

“Lihat contoh Assad pada zaman itu, di media mainstream ia gambarkan sebagai pemimpin yang kejam dan diktator, ini juga sama bagi Putin untuk saat ini, di laman Wall Street Journal ia diilustrasikan mirip dengan Genghis Khan,” jelas Dina.

“Ingat loh, Assad itu Istrinya dari Inggris, juga sekolah di sana, jelas ia didikan barat. Namun setelah Assad menolak pasukan gas Qatar, media mainstream dengan cepat ‘mendemonisasikan’ identitasnya,” tegasnya.

Ada juga kemiripan dari Suriah dan Ukraina seperti proxy AS yang digunakan dalam memulai perang.

“Di sisi Suriah itu adalah ‘jihadis’ yang berkumandang demokrasi, kalau di Ukraina ini adalah kelompok ultra-kanan dan Neo-nazi,” ujarnya.

Namun demikian, AS terpaksa bergerak adalah ancaman bagi kepentingan ekonominya.

“AS itu diuntungkan oleh perang, kontraktor perang seperti Raytheon, Boeing, General Dynamics, dan Lockheed Martin itu mendanai lobbying elite politik di sana, sama juga seperti perusahaan migas raksasa AS,” ujar Dina merujuk kepada data OpenSecrets yang dirilis pada 2020.

“Lihat sekarang di Ukraina, kini AS meninggalkan mereka. AS hanya mengirim senjata dan peralatan ke Perang itu, ini sama seperti Suriah. Kalau di Suriah itu pipa Qatar dengan kepentingan lobbyist Israel, di Ukraina ini adalah NordStream2 yang mengancam pasokan gas AS ke Eropa,” tambahnya.

Dina mengatakan bahwa aktor ‘sebenarnya’ dibalik kedua perang tersebut adalah AS.

“Suriah itu bukan Suriah vs Teluk, melainkan AS dibantu oleh Teluk vs Suriah, begitu pula Ukraina, itu adalah AS dibantu Ukraina dan NATO vs Russia,” pungkasnya. 

Catatan: Dina Sulaiman 

-----------------------------------------------------------------------------------

Amerika Serikat menyerang Irak, menjatuhkan Saddam, dengan gelontoran biaya yang luar biasa besar dan korban militer yang tidak sedikit, tapi begitu misi perang selesai, Irak justru lebih dekat ke Iran, dan AS tidak mendapatkan apa-apa....

Amerika Serikat memborbardir Afghanistan, menjatuhkan Taliban, dengan dana perang trilyunan dollar dan militer yang harus kehilangan banyak personil, tapi begitu misi perang selesai, dan militer AS meninggalkan Afghanistan, Taliban kembali berkuasa dan cenderung lebih dekat ke Iran, China dan Rusia.... AS kembali gigit jari...

Amerika Serikat membentuk ISIS, membiayai logistik dan mendanai perang melawan pemerintah Suriah, dengan dana yang begitu besar, tapi yang didapat, rezim Bashar Assad bukannya keok, malah makin kuat legitimasinya, disaat AS tidak mendapat apa-apa... Iran dan Rusia yang berpotensi meraup keuntungan besar, dengan perjanjian-perjanjian bisnis yang menggiurkan...

Amerika Serikat menggelontorkan dana 55 trilyun Dollar hanya untuk mendanai militer Israel. Targetnya HAMAS keok, dan mau lebih moderat seperti Fatah yang mengakui Israel. Hasilnya, justru HAMAS dan FATAH menyusun rekonsiliasi untuk Palestina bersatu yang anti Zionis... HAMAS dan FATAH bergabung dengan pakta muqawamah yang dipimpin Iran...

Dengan semua kenyataan ini, para pengamat dan pakar menyebut, Amerika Serikat menderita kekalahan yang memalukan di Timur Tengah...

Satu-satunya yang tersisa dan masih memberi keuntungan bagi AS, adalah konflik Yaman... AS tuai keuntungan dengan senjata-senjata yang dijualnya ke Arab Saudi...

AS juga meraup keuntungan dari menjual teknologi untuk mengawasi perbatasan yang digunakan Arab Saudi... Dari dua bisnis itu saja, AS mendapat untung besar...

Iran menyebut AS mendapat untung dari bisnis darah....

Catatan : Ismail Amin Pasannai




Ditikam Belasan Kali, Penulis Salman Rushdie Pakai Ventilator

 

TEMPO.CO, Jakarta - Penulis novel "The Satanic Verses" (Ayat-ayat Setan), Salman Rushdie, kini menggunakan ventilator untuk bertahan hidup setelah ditikam belasan kali di leher dan perut saat berada di sebuah panggung di sebuah acara di New York pada Jumat.


Pria berusia 75 tahun itu langsung dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani operasi selama beberapa jam. 


Agennya, Andrew Wylie, mengatakan penulis menggunakan ventilator sejak Jumat malam. Akibat serangan tersebut, Rushdie mengalami kerusakan hati, saraf terputus di lengan dan kemungkinan besar akan kehilangan salah satu mata.


Polisi mengidentifikasi penyerang adalah Hadi Matar (24) dari Fairview, New Jersey.  Dia ditangkap di tempat kejadian dan sedang menunggu dakwaan. Matar lahir satu dekade setelah “The Satanic Verses” diterbitkan. 


"Motif serangan itu tidak jelas," kata polisi negara bagian Mayor Eugene Staniszewski.


Koresponden Associated Press menyaksikan penyerang menghampiri Rushdie di atas panggung saat ia hendak memberikan kuliah umum di Chautauqua Institution. Menurutnya, penyerang meninju atau menikamnya 10 hingga 15 kali. Penulis didorong sampai jatuh ke lantai, dan pria itu ditangkap.


Dr Martin Haskell, seorang dokter yang termasuk di antara mereka yang bergegas untuk membantu. Ia mengatan luka Rushdie serius tetapi dapat dipulihkan. Moderator acara, Henry Reese (73) salah satu pendiri organisasi yang menawarkan residensi kepada penulis yang menghadapi penganiayaan, juga diserang. 


Reese menderita cedera wajah dan dirawat dan telah keluar dari rumah sakit. Dia dan Rushdie dijadwalkan membahas Amerika Serikat sebagai tempat perlindungan bagi para penulis dan seniman lain di pengasingan.

Fatwa Mati Salman Rushdie Sampai Sekarang

 

34 Tahun Fatwa Mati Salman Rushdie

Tanpa terasa, fatwa hukuman mati Salman Rushdie yang dikeluarkan oleh Imam Khumaini (qs) telah berumur 34 tahun. Pada masa dikeluarkannya fatwa tersebut tidak ada yang membayangkan Imam Khumaini akan menyikapi buku Ayat-Ayat Setan sekeras itu. Karena pada waktu itu, Iran baru saja menerima resolusi PBB nomor 598 yang berarti gencatan senjata dengan Irak. 

Dengan itu, Iran tentu disibukkan dengan usaha untuk melakukan perdamaian.

Semua lupa akan prinsip² berpikir Imam Khumaini. Pikirannya melewati batas² teritorial Iran dan orang² Iran. Imam Khumaini dalam segala urusannya hanya untuk Allah dan agama. Beliau senantiasa berusaha untuk itu dan tidak pernah menunjukkan keletihan dalam masalah ini. 

Ketika Imam Khumaini mengetahui isi buku Ayat-Ayat Setan, beliau langsung mencap kebatilan buku ini. Ada rencana dibalik penerbitan buku itu. Itulah yang membuat beliau mengeluarkan fatwa bersejarahnya.

Lebih jauh tentang Salman Rushdie

Salman Rushdie lahir di kota Devanegari, Bombai India pada tanggal 19 Juni 1947. Setelah Pakistan berdiri sendiri, ia bersama keluarganya pindah ke Karachi dan setelah itu berimigrasi ke Inggris. Ia ke Inggris ketika berumur 13 tahun dan menyelesaikan sekolahnya disana. Setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan sejarah di universitas Cambridge, ia kembali ke Pakistan. Dengan menulis artikel selama di Inggris, ia dapat membayar sebagian biaya sekolahnya sendiri. Akhirnya ia pindah warga negara Inggris.

Tujuh tahun setelah menulis artikel, ia akhirnya berhasil menulis novel berjudul Midnight’s Children tahun 1981. Dengan buku itu ia mendapat hadiah sastra Inggris Booker Prize. Buku ini isinya mengkritik perlawanan rakyat India untuk merdeka dari tangan Inggris. Sekitar setengah juta naskah terjual. Pada tahun 1983 ia menulis buku Shame tentang kondisi Pakistan. Buku The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey 1987 adalah hasil dari perjalanan 3 minggunya ke Nikaragua.

Gaya penulisannya adalah Realisme, namun dengan mengubah semua tokoh asli, begitu juga tempat kejadian. Gaya penulisannya tidak mengikuti pakem yang ada selama ini. Dengan ini, ia sesuka hati ia menulis apa saja dan menisbatkannya kepada siapa saja yang disukainya. Bukunya yang paling menyedot perhatian adalah The Satanic Verses yang dikenal dengan nama Ayat-Ayat Setan. Buku ini ditulisnya pada tahun 1988.

Latar belakang penulisan buku Ayat-Ayat Setan

Menganalisa cara berpikir Salman Rushdie dapat lacak dari keluarganya. Ibunya adalah seorang penari bernama Vanita. Pada masa remajanya ia disukai oleh seorang pemuda bernama Raju. Vanita beberapa kali lewat Salim Khan, gubernur Bombai, melakukan penghinaan terhadap Masjid. Pernah ia meletakkan kepala babi di undak²an Masjid, kemudian lari menyembunyikan dirinya. Ia juga pernah membakar upacara orang² Hindu dan menyebarkan bahwa itu dilakukan oleh kaum Muslimin. Setiap kali ia melakukan penghinaan, ia mendapat bayaran dari Salim Khan.

Rupanya Salim Khan juga tertarik dengan Vanita dan hendak mempersuntingnya. Sebagai jawabannya ia menjawab: “Aku menikah karena uang dan kalau engkau punya uang aku menjadi milikmu.”

Setelah setuju, ia akhirnya menikah dan dibawa ke istana. Ia menghabiskan malamnya di istana Lord William dan sejak malam itu, ia tidak keluar² dari istana.

Ketika Lord William dipanggil untuk kembali ke Inggris, ia berkata kepada Vanita: “Aku punya istri di Inggris dan ayahnya punya pengaruh kuat disana. Aku tidak dapat membawamu kesana.”

Lord William pergi. Vanita kembali ke pelukan Raju yang masih menantinya. Setelah Vanita melahirkan anaknya ia meninggal. Raju membawa anak itu dan meninggalkannya di Masjid. Seorang bernama Safdar menemukan bayi tersebut dan membawanya pulang ke rumahnya. Ia kemudian memberinya nama Salman. Ia besar di keluarga Muslim.

Semenjak kecilnya ia terkenal nakal. Pada umur tiga belas tahun ia sudah tiga belas kali ditahan polisi. Pada masa itu, istri Lord William meninggal. Karena tidak punya anak dari istrinya, ia kemudian mengingat Vanita dan anaknya. Ia mengirim surat kepada Salim Khan untuk menemukan anaknya. Lewat Raju, Lord William menemukan Salman. Ketika tahu bahwa dia adalah anak dari seorang perwira Inggris, ia sangat senang. Ia kembali ke rumah. Di rumah ia menemukan ibu angkatnya tengah menunaikan shalat. Ketika sujud, ia menginjak kepala ibu angkatnya sehingga kepalanya terluka. Ia keluar dari rumah dan kemudian berangkat ke Inggris.

Ia kemudian dimasukkan asrama melanjutkan sekolahnya di Inggris. Disana ia berkenalan dengan Umar, anak Mesir. Mereka kemudian menjalin percintaan dan sepakat untuk menikah. Mereka akhirnya membuka ajaran² agama yang memperbolehkan perkawinan sesama jenis. Mereka tidak menemukan ajaran yang memperbolehkan. Ketika Madame Rosa ibu asrama mengetahui gelagat ini, ia menyurati ayah Umar yang berpangkat jenderal. Ayahnya datang untuk membawa anaknya pulang ke Mesir. Umar yang begitu cinta kepada Salman akhirnya membakar dirinya. Setelah Umar meninggal, Salman sangat terpukul dan memutuskan untuk membalaskan dendamnya terhadap agama².

Ayat-Ayat Setan

Salman Rushdie menulis banyak buku. Bila jeli melihat karangan²nya, kebanyakan isinya menghina agama dan keyakinan masyarakat setempat. Dalam bukunya Grimus (1975), secara terang²an ia menghina keyakinan orang² India. Buku Shame (1983) ditulisnya juga dengan isi yang sama. Midnight’s Children (1981) ditulis mengkritik perjuangan rakyat India untuk mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris. Bukunya The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey (1987) terkait dengan situasi politik di Nikaragua dan keyakinan masyarakatnya.

Puncak penghinaannya terhadap agama dengan menulis novelnya yang berjudul The Satanic Verses (1988). Ia menulis buku ini pada usia 47 tahun. Sebelum ia menulis buku ini, ia ikut hadir dalam sebuah pertemuan yang bermaksud untuk menghancurkan agama tidak lagi dengan senjata, tapi dengan tulisan. Tujuan itu terealisasikan dengan diterbitkannya buku ini.

Untuk pertama kalinya ketika dicetak dalam 547 halaman. Buku ini dicetak oleh penerbit Viking anggota jaringan penerbit Penguin. Salman Rushdie menulis buku ini karena pesanan pimpinan Viking, seorang Yahudi, dengan bayaran gila²an 850 ribu pound.

Buku Ayat-Ayat Setan bukanlah buku ilmiah, melainkan hanya sekedar fantasi penulis. Sekalipun demikian, penghinaannya terhadap keyakinan yang disucikan oleh kaum Muslimin tidak dapat dibiarkan begitu saja.

Untungnya, Imam Khumaini cepat tanggap rencana besar dibalik penerbitan buku ini. Beliau kemudian mengeluarkan fatwa hukuman matinya yang bersejarah. Fatwa ini membuat skenario besar itu prematur. Umat Islam tersadar dan ini membuat Barat lebih berhati². Inggris sebagai pembela nomor satu Salman Rushdie mencoba menekan Iran dengan ancaman ekonomi dan politik agar Imam Khumaini menarik kembali fatwanya. Tidak cukup itu saja, dengan menggerakkan 12 negara lainnya mereka kemudian memburukkan citra Iran dan Imam Khumaini.

Dibalik tekanan dari negara² Barat, keteguhan Imam Khumaini membuat mereka lelah dan kemudian pasif menerima. Di sisi lain, ini seperti meniupkan semangat baru ke dalam dunia Islam.

Penerbit buku Ayat-Ayat Setan, Viking, langsung mengeluarkan pernyataan: “Penerbit dan penulis tidak punya maksud menyakiti kaum Muslimin. Kami sangat menyesal dengan kejadian ini. Penerbitan buku Ayat-Ayat Setan dilakukan karena ditulis oleh seorang penulis top dan isinya fiktif. Penerbitannya karena menghormati kebebasan berekspresi. Salah satu prinsip demokrasi.”

Salman Rushdie sendiri dalam wawancaranya dengan CBS mengatakan:

“Buku ini punya dua khayalan yang coba saya hubungkan dengan munculnya sebuah agama yang mirip dengan Islam. Tapi ini sebuah Islam khayalan. Tokoh yang berkhayal dalam buku itu, pada intinya akalnya telah hilang, gila. Bila seorang berkhayal semacam ini, sangat aneh bila tulisan ini dianggap menghina Islam. Sama sekali saya tidak berniat itu.”

Sempat muncul bisik² di Iran, bahwa bila Salman Rushdie bertobat, mungkin saja tobatnya diterima. Namun, hal ini ditolak oleh kantor Imam Khumaini. Bahkan disebutkan seandainya Salman Rushdie kemudian menjadi orang paling zuhud di muka bumi pun, membunuhnya adalah wajib.

Hukuman mati telah dihapus?

Imam Khumaini pada tahun itu juga, 1987, berbicara dihadapan para ruhaniwan:

“Masalah buku Ayat-Ayat Setan adalah rencana yang telah disiapkan dengan baik untuk menghancurkan akar ajaran Islam dan keberagamaan umat Islam. Puncak dari semua itu adalah Islam dan ruhaniwan.”

Ketika fatwa Imam Khumaini tidak lagi diulang-ulangi, Barat mulai berani mengeluarkan isu bahwa fatwa Imam telah ditarik kembali. Isu ini dimunculkan tidak hanya sekali, tetapi dimuat berulang².

Ayatollah Sayyid Ali Khamenei bereaksi dengan keras. Pada musim haji dua tahun lalu beliau mengeluarkan pernyataan:

“Hukuman mati yang dikeluarkan oleh Imam Khumaini terhadap Salman Rushdie berlandaskan ayat² Al-Qur'an. Sebagaimana ayat² lain yang kokoh dan tidak dapat dihapus, hukum ini tetap dan tidak dapat dihapus.”

Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saww tidak pernah berhenti di Barat. Benar, Imam Khumaini pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati atas Salman Rushdie. Namun, penghinaan terhadap Nabi Islam, Muhammad Saww tidak pernah selesai. Permusuhan Barat terhadap Islam masih tetap berlangsung. Pemuatan karikatur yang menghina Nabi Muhammad Saww di Denmark masih satu jalur dengan Ayat-Ayat Setan Salman Rushdie. Sekalipun didemo dimana², masih saja di sebagian negara² seperti Inggris, Azerbaijan dan terakhir Prancis yang proses pengadilannya tengah berlangsung, melakukan penghinaan.

Masihkah Barat tidak ingin mengambil pelajaran dari fatwa ulama Islam seperti Imam Khumaini? Bila ditanya, mengapa kalian melindungi dan membiarkan orang² menghina keyakinan orang lain? Jawabannya adalah kebebasan berekspresi. Kebebasan berekspresi yang selalu dijajakan untuk menghina keyakinan orang lain. Pertanyaannya, adakah kebebasan yang memperbolehkan menghina keyakinan orang lain?

(Saleh Lapadi)

Figur Ksatria Imam Ali Bin Abi Thalib


 

Ketika  ditanya: "Ya Imam, tidakkah tuan ingin memiliki 

seekor kuda yang mampu berlari kencang?"

Imam 'Ali as menjawab, 

"untuk apa...? 

Aku takkan mengejar musuh yang lari... 

dan takkan lari dari kejaran musuh."

Imam Ali as memiliki sebuah baju besi yang 

hanya menutupi tubuh bagian depannya saja 

tidak sampai menutupi punggungnya,

Orang yang merasa heranpun bertanya,

"Ya Ali (as) kenapa anda tidak memakai baju besi yang melindungi seluruh tubuh termasuk punggung anda,tidakkah anda merasa takut seseorang akan menyerang dari belakang anda?"

Beliau Imam Ali menjawab,

"Aku tidak pernah membelakangi musuhku 

dan tidak pernah lari dari medan perang,

dan ALLAH SWT tidak akan membiarkan 

hal itu terjadi padaku."

Gelar yang disematkan di pundak 

imam Ali as adalah Karrâr ghairu Farrâr 

(Menerjang terus dan tidak pernah kabur)

Musik Apa yang Haram Bagi Islam?

 

Dalam sebuah kesempatan mengajarnya, Jalaludin Rumi pernah berkata kepada murid-muridnya tentang keharaman sebuah musik. Hal inipun membuat murid-murid Jalaludin Rumi bertanya-tanya perihal keharaman music yang dimaksud oleh Jalaludin Rumi. Setelah beberapa saat membiarkan muridnya menerka-nerka, Jalaludin Rumi pun melanjutkan statemennya. “Musik yang haram itu adalah beradunya sendok dan garpu orang kaya di meja makan yang terdengar oleh tetangganya yang miskin”.

Terlepas dari apakah bunyi yang dihasilkan oleh sendok dan garpu yang beradu dengan piring atau tidak, pernyataan Jalaludin Rumi ini menjadi sebuah pesan yang penuh makna. Setidaknya hal ini menunjukkan kepedulian Jalaludin Rumi terhadap keadaan tetangga-tetangganya, terutama mereka yang berada di bawah garis kemiskinan.

Penggunaan diksi “beradunya sendok dan garpu” yang dianggap sebagai sebuah musik merupakan sebuah perumpamaan. Dalam dunia syair, hal ini biasa disebut dengan majas simile. Dan tentu saja, hal ini tidak bisa diartikan secara tekstual dan ditelan mentah-mentah begitu saja.  


Merasakan Kesadaran Di Awasi Oleh Allah SWT


15 Desember 2022  · 

MERASA DIAWASI

Alangkah bahagianya kita, apabila setiap hari, setiap detik memiliki perasaan MERASA DIAWASI oleh Allah swt Yang Maha Melihat segala sesuatu.

Yang membuat kita berani berbuat dosa atau maksiat, yg menyebabkan kita begitu leluasa mengeluarkan kata-kata yg menyakiti orang lain, yg bikin kita merasa aman ketika berbuat hal-hal yg tidak berguna dan tak bermanfaat (lalai), yg membuat kita shalat asal-asalan, yg bikin kita tak pernah mau tobat ….

bisa jadi karena jiwa/ruhani kita tak merasakan adanya atau hadirnya Allah swt.

Secara konsep kita tahu Allah swt itu ada, tahu Dia Maha Melihat … Maha Mendengar ..

Namun pengetahuan konseptual tsb belum turun secara AKTUAL ke dalam ruhani (diri abadi) kita.

Mungkin, jika dibuat dlm bentuk perumpamaan … ILMU itu Ibarat TINTA yg masih berada di dalam pena.

Sifatnya masih potensial. Belum AKTUAL. Begitu juga ilmu/pengetahuan kita tentang Tuhan. Masih potensial.

Setelah tinta dlm pena itu dituliskan ke atas kertas, menyusun kalimat demi kalimat, merangkai makna demi makna … barulah tinta itu menjadi AKTUAL terwujud. Barulah ILMU itu termanifestasi

Artinya ILMU (konseptual) itu baru menjadi AKTUAL jika ilmu itu kita AMALKAN.

Ketika kita tahu bahwa Allah swt itu Maha Melihat .. maka kita perlu mengamalkannya dalam bentuk MENGHADIRKAN Allah swt dalam setiap perbuatan kita.

Berlatihlah minimal dimulai pada waktu kita shalat.

Ketika shalat, berlatihlah untuk MENGHADIRKAN Allah swt.

Shalatlah dengan jiwa/ruhani kita. Bukan hanya gerakan fisik semata.

Munculkan perasaan Allah sedang Melihat kita. Munculkan perasaan kita sedang berhadapan dengan Sang Penguasa Yang Maha Pengasih.

Munculkan kesadaran kita sedang berkomunikasi dengan Sang Maha Pemberi.

Ini memang tidak mudah. Tapi mintalah taufik pada Allah swt agar kita bisa.

Sebelum shalat .. siapkan jiwa kita. Duduklah sebentar. Lalu berdoalah agar Allah swt membantu kita agar bisa khusu’ dlm shalat kita. Agar bisa merasakan kehadiran Allah.

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS AlMukminun: 1-2)

Ayat ini menyebutkan, salah satu ciri/tanda MUKMIN itu adalah khusu’ shalatnya.

Latihan ini pasti seumur hidup. Tak ada habisnya. Ada jutaan “tangga” yg siap kita naiki Teruslah naik.

Berjuanglah agar kita terus bisa naik mendekat ke haribaan Allah swt.

Bukankah shalat itu adalah mi’raj nya kaum mukminin seperti yg disabdakan Rasul saw.

Jika berhasil, maka pengaruh/efek shalat akan mulai aktual dalam kehidupan nyata. Aktual dalam keseharian kita. Dan terus meningkat seiring peningkatan kualitas shalat kita.

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (Q$. AlAnkabut: 45)

Itulah mungkin, mengapa Rasul saw mengatakan bahwa shalat adalah tiang agama. Pondasi kehidupan keberagamaan kita.

Mari kita memohon pada Allah swt semoga kita semua mampu meningkatkan kualitas khusu’ kita dalam shalat, sehingga kita bisa merasakan kehadiran Allah dalam setiap perbuatan kita,

… dan akhirnya membuat kita benar-benar tercegah dari berbuat dosa, atau lalai dari mengingatNya.

Amin ya Allah ya Rabbal ‘Alamiin

FB: Teladan Keluarga Rasulullah SAW

Detik-detik Polisi Israel Serang Jemaah di Masjid Al-Aqsa Sebelum Subuh

 



Kepolisian Israel menyerang puluhan jemaah di kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem yang sedang beribadah pada Rabu (5/4/2023) sebelum subuh. Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa beberapa jemaah mengalami cedera. Namun badan tersebut tidak merinci jumlahnya. 


Secara terpisah, kepolisian Israel mengatakan bahwa penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa merupakan respons atas adanya kerusuhan. Kepolisian Israel menuturkan, personel mereka terpaksa masuk ke dalam kompleks setelah adanya agitator mengunci diri di dalam masjid sambil membawa kembang api, tongkat, dan batu.

Detik-detik Kekejaman Tentara Israel Bubarkan Warga Palestina di Masjid Al Aqsa

 




Detik-detik Kekejaman Tentara Israel Bubarkan Warga Palestina di Masjid Al Aqsa | tvOne Minute.

Jakarta, https://www.tvOnenews.com - Detik-detik Kekejaman Tentara Israel Bubarkan Warga Palestina di Masjid Al Aqsa | tvOne Minute

Sebuah video menunjukkan kekejaman tentara Israel yang membubar paksa warga Palestina yang sedang Ibadah di area Masjid Al Aqsa (FH).

Gadis Cilik Hafiz Al-Quran Ditanya Ihwal Ayahadanya: Ayahandaku Gugur Syahid

 



Musabaqah Mendadak Pilu, Gegara Gadis Cilik Hafiz Al-Quran Ditanya Ihwal Ayahadanya



Malam Lailatul Qodar adalah Maqam Kedekatan dengan Alloh SWT

 

Dalam hadis yang panjang dari Rasulullah saw dikatakan, bahwa Nabi Musa as berdoa kepada Allah Swt, 

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu maqam kedekatan dengan-Mu.” 

Lalu datang jawaban, “Maqam kedekatan dengan-Ku hanya bagi orang yang bangun pada malam qadar.”

Nabi Musa as kembali berdoa, “Ya Allah, aku memohon rahmat-Mu.” 

Maka datang jawaban, “Sesungguhnya rahmat-Ku hanya bagi orang yang mengasihi orang-orang miskin pada lailatulkadar.”

Nabi Musa as kembali berkata, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dapat melewati jembatan shirath.” 

Lalu datang jawaban, “Kemampuan melewati shirath hanya bagi orang yang memberi sedekah pada malam qadar.”

Nabi Musa as kembali berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan segala kenikmatannya.” 

Lalu datang jawaban, “Itu bagi orang yang mengucapkan tasbih pada malam qadar.”

Nabi Musa as berdoa kembali, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu selamat dari api neraka.” 

Lalu datang jawaban, “Keselamatan dari api neraka hanya bagi orang yang beristighfar pada malam qadar.

Di akhir, Nabi Musa as berkata, “Ya Allah, aku memohon keridaan-Mu.” 

Maka datang jawaban, “Orang yang memperoleh keridaan-Ku adalah orang yang salat dua rakaat pada malam qadar.”


Subuh Berdarah di Bulan Ramadhan, Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam



Tidak ada yang menyangka seorang laki-laki muslim, shalih bahkan huffadz alias penghafal Alquran dan motivator bagi muslim lainnya untuk menghafal Al Qur’an ternyata seorang yang tega membunuh salah satu Khulafa’ur Rasyidin, sahabat Nabi SAW bahkan suami dari seorang puteri Rasulullah, Ali bin Abi Thalib.

Tidak hanya itu, peristiwa tragis yang benar-benar melukai umat Islam itu terjadi di bulan suci Ramadhan. Pada bulan itu, hidup dan perjuangan sahabat Ali Karromallahu Wajhah itu harus berakhir oleh seorang muslim ta’at yang meyakini kalau perbuatannya adalah jihad di jalan Allah: Abdurrahman bin Muljam Al Murodi.

Seraya  meneriakkan kata “Hukum itu milik Allah, wahai Ali, bukan milikmu dan para sahabatmu”,  Ibnu Muljam membunuh Ali bin Abi Thalib ....

Kontan saja, peristiwa memilukan itu menjadi duka mendalam bagi kaum muslimin saat itu. Siapa yang tidak sedih, nyawa sahabat pilihan yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. 

Ali bin Abi Tholib, menantu Rasulullah SAW itu dibunuh di bawah pekikan takbir dengan mengatas namakan hukum Allah dan demi surga yang ia yakini hanya milik jihadis sepertinya. 

Tidak hanya itu, ayat Al Qur’an yang suci juga disertakan saat Ibu Muljam menghabisi Ali. 

Saat ia melakukan aksi biadabnya, tanpa henti ia melafalkan Surat Al Baqarah ayat 207:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Dengan mengatasnamakan Agama dan keyakinan, Ibnu Muljam  telah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin, sedikitpun ia tak ragu untuk menghabisi nyawa sang Khalifah. 

Maka atas aksinya, Ibnu Muljam harus membayar mahal dengan hukuman qishas yang harus diterimanya. Pembunuh Ali itu kemudian dieksekusi mati dengan cara qishas. Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh drama. 

Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada algojo:

“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus. Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah.”

Pesan itu disampaikan karena Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya mencabut nyawa ayah dari Al-Hasan dan Al-Husein itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah. 

Keyakinan itulah yang telah menyebabkan seorang sahabat terbaik, khalifah bahkan menantu Nabi Muhammad SAW gugur di ujung pedang seorang Muslim demi meraih surga dari jalan jihad yang diyakininya.

Kisah terbunuhnya Ali bin Abi Tholib di tangan seorang Muslim yang taat, shaleh, istiqomah puasa Senin-Kamis bahkan seorang hafidz menyadarkan tentang kebenaran hadist Nabi :

يَخْرُجُ فِـي هَذِهِ اْلأمَّةِ -وَلَمْ يَقُلْ مِنْهَا- قَوْمٌ تَحْقِرُونَ صَلاَتَكُمْ مَعَ صَلاَتِهِمْ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَـاوِزُ حُلُوقَهُمْ أَوْحَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ.

“Akan keluar di dalam umat ini -beliau tidak mengatakan di antaranya- suatu kaum yang kalian menganggap remeh shalat kalian dibandingkan shalat mereka, mereka membaca al-Qur-an namun tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama bagaikan anak panah yang keluar dari busurnya.” [HR. Al-Bukhari]

Ibnu Muljam adalah potret nyata yang terjadi pada sebagian umat Islam di era modern. Pada masa ini generasi yang mewarisi Ibnu Muljam itu giat memprovokasikan untuk berjihad di jalan Allah dengan cara memerangi, dan bahkan membunuh nyawa sesama kaum muslimin.

😡 Mengenal Sosok Ibnu Muljam

Ibnu Muljam dikenal sebagai lelaki yang shalih, zahid, bertakwa, istiqomah puasa Senin-Kamis dan mendapat julukan Al-Maqri’. 

Sang pencabut nyawa Sayyidina Ali itu seorang huffadz alias penghafal Alquran dan sekaligus orang yang mendorong sesama muslim untuk menghafalkan kitab suci tersebut.

Keshalihan dan kecerdasan Ibnu Muljam mendapat apresiasi dari Khalifah Umar bin Khattab,  sehingga ia pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Alquran kepada penduduk negeri piramida itu.

Atas kehebatannya, sampai-sampai Khalifah Umar bin Khattab menyatakan:

“Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Alquran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Alquran kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash”, kata Umar kepada Ambr bin ‘Ash dalam suatu kesempatan. 

Sayangnya, meskipun Ibnu Muljam seorang hafidz Al Quran dan ahli Ibadah, tapi semua seperti tiada guna karena ia mati dalam keadaan su’ul khotimah, mati di tangan algojo dengan membawa aqidah yang salah. 

Hidup Ibnu Muljam berakhir dengan tidak membawa iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yang dimilikinya. Afiliasinya kepada sekte Khawarij telah membawanya terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit. 

Padahal terhadap sekte ini Rasulullah SAW sudah menegaskan untuk melawan dan memunsnahkannya : 

يَنْشَأُ نَشْءٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، كُلَّمَا خَرَجَ قَرْنٌ قُطِعَ. قَالَ ابْنُ عُمَرَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: كُلَّمَا خَرَجَ قَرْنٌ قُطِعَ أَكْثَرَ مِنْ عِشْرِينَ مَرَّةً حَتَّى يَخْرُجَ فِي عِرَاضِهِمُ الدَّجَّالُ.

“Akan tumbuh para pemuda yang membaca al-Qur-an akan tetapi (al-Qur-an itu) tidak melewati kerongkongan mereka. Setiap kali sekelompok dari mereka muncul, maka mereka pantas untuk dihancurkan.” Ibnu ‘Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Setiap kali sekelompok dari mereka keluar, maka mereka pantas untuk dihancurkan,’ lebih dari dua puluh kali hingga Dajjal keluar di dalam kelompok terakhir.”[]

Gambaran tentang sosok yang mengklaim surga adalah miliknya dengan membabi buta sehingga muslim lainnya dianggap kafir, tercermin dalam diri Ibnu Muljam. 

Karena pemahaman agama yang dangkal, Al Quran hanya dilafalkan di mulut dan kerongkongannya, menyebabkan ia tak ragu melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. Membunuh salah seorang sahabat dan keluarga Rasulullah dengan alasan membela agama Allah dan Rasululllah. Sungguh ironi dan menyedihkan.

***

Membaca sejarah berdarah tersebut, diakui atau tidak,  saat ini dimana-mana telah lahir generasi-generasi baru Ibnu Muljam yang bergerak secara massif dan terstruktur. 

Mereka adalah kalangan saleh yang menyuarakan syariat dan pembebasan umat Islam dari kesesatan. Mereka menawarkan jalan kebenaran menuju surga Allah dengan cara mengkafirkan sesama muslim. 

Ibnu Muljam gaya baru ini lahir dan bergerak secara berkelompok untuk meracuni generasi-generasi muda Indonesia. Sehingga mereka dengan mudah menyesat-nyesatkan bahkan mengkafirkan sesama muslim, mereka dengan enteng menyesatkan kiai dan ulama. Parahnya, sikap seperti itu mendapat dukungan dari generasi yang belum banyak memahami Islam secara utuh. 

Raut wajah mereka memancarkan kesalehan yang bahkan tampak pada bekas sujud di dahi. Mereka senantiasa membaca Alquran di waktu siang dan malam. Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi sebagaimana telah diingatkan Rasulullah dalam hadist-hadistnya di atas.

Kedangkalan dalam memahami agama, kejumudan dan berfikir dan memahami Al Quran dan Hadist mengakibatkan mereka selalu merasa paling benar. Bak pahlawan mereka merasa paling berjuang membela kepentingan agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang memerangi Islam dan kaum muslimin. Membunuh sambil bertakbir, merasa paling Islam sambil tak henti menyebar kebencian. 

Saat ini kita menyaksikan bagaimana negara-negara Islam sedang mengalami kehancuran karena ulah para generasi Ibnu Muljam itu. Irak, suriah, libya, Yaman dan lainnya porak-poranda berawal dari perasaan diri dan kelompoknya paling benar, sementara  yang lain kafir hingga darahnya dihalalkan.

Maka tidak ada pilihan lain bagi kaum muslimin selain harus terus waspada pada gerakan generasi Ibnu Muljam ini dengan menyiapkan generasi yang kuat dan tangguh. Mempelajari dan memahami agama dengan benar,  agar tidak diracuni oleh golongan Ibnu Muljam gaya baru. 

Islam itu agama cinta damai, Islam itu agama Rohmatan Lil Alamin.  Islam itu merangkul, dan bukan memukul. Islam itu agama yang ramah bukan marah. Islam itu agama yang Rahman bukan penyebar ketakutan. 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More