Selasa, 11 April 2023

Dunia Arab di Sibukan dengan Perpecahan, Amerika yang Diuntungkan

 



Semua Jejak Pertikaian dan Peperangan Ujungnya sama
Kepentingan Amerika dan Zionis


Melihat persamaan antara Perang Ukraina dan Perang Suriah, tidak heran bagi masyarakat untuk berandai bahwa Ukraina adalah Suriah kedua.

Inti utamanya, kedua perang diinisiasi oleh Amerika Serikat dengan kepentingan ‘Demokrasi’ berpaket kepentingan ekonomi dan ‘dagang perang’.

Kedua negara, layaknya Suriah yang dipasok senjata oleh AS (pihak Syrian Democratic Force) dan diawali oleh permasalahan pipa gas Qatar, juga mirip dengan Ukraina yang dipasok senjata oleh AS juga (Militer Ukraina + NATO).

Narasumber Geopolitic Study Club Indonesia(GSC), sekaligus analis geopolitik Suriah, Dina Sulaeman mengatakan AS itu pada dasarnya bermain dengan ‘hegemoni liberalisme’.

“Saya merunut ucapan bapak pemikiran realisme di AS, yakni Mearsheimer, Ia mengatakan demokrasi AS itu sepaket dengan pasar bebas, institusi kebijakan, dan pengaturan kebijakan pertahanan negara,” ujar Dina dalam acara Zoom GSC dengan tajuk “Ukraina adalah Suriah lainnya”, Minggu malam (27/3).


Inti utamanya, kedua perang diinisiasi oleh Amerika Serikat dengan kepentingan ‘Demokrasi’ berpaket kepentingan ekonomi dan ‘dagang perang’.

Kedua negara, layaknya Suriah yang dipasok senjata oleh AS (pihak Syrian Democratic Force) dan diawali oleh permasalahan pipa gas Qatar, juga mirip dengan Ukraina yang dipasok senjata oleh AS juga (Militer Ukraina + NATO).

Narasumber Geopolitic Study Club Indonesia(GSC), sekaligus analis geopolitik Suriah, Dina Sulaeman mengatakan AS itu pada dasarnya bermain dengan ‘hegemoni liberalisme’.

“Saya merunut ucapan bapak pemikiran realisme di AS, yakni Mearsheimer, Ia mengatakan demokrasi AS itu sepaket dengan pasar bebas, institusi kebijakan, dan pengaturan kebijakan pertahanan negara,” ujar Dina dalam acara Zoom GSC dengan tajuk “Ukraina adalah Suriah lainnya”, Minggu malam (27/3).

Dina mengatakan, apa yang terjadi di Suriah dan Ukraina itu sama, yakni hegemoni liberalisme.

“Ukraina adalah salah satu proyek liberalisme AS, begitu pula Suriah, bukti utamanya adalah AS telah membujuk Ukraina untuk masuk ke hegemoni NATO-nya,” jelas penulis buku “Salju di Aleppo” itu.

“Di Suriah, AS memiliki kepentingan pipa gas Qatar, sedangkan di Ukraina itu adalah NordStream 2, bentuk perangnya juga sama, mayoritas hanya memasok senjata,” tambahnya.

Dikatakan Dina, NordStream2 yang intinya membuat Rusia lebih mudah memasok gas ke Eropa, itu dapat membuat Eropa melepas ketergantungan gas alamnya dari AS. Sama seperti Presiden Suriah, Bashar al-Assad, disaat ia menolak pasokan gas dari Qatar dan lebih memilih Iran karakter Assad langsung dibunuh.

Reaksinya juga sama, ketika bujukan dan kepentingan sudah ‘di ujung tanduk’ maka langkah selanjutnya bagi AS adalah ‘koersi demokrasi’.

Mirip juga gerak-geriknya, disaat konflik Suriah, AS menjelekkan nama dari pemimpin dari masing-masing negara.

“Lihat contoh Assad pada zaman itu, di media mainstream ia gambarkan sebagai pemimpin yang kejam dan diktator, ini juga sama bagi Putin untuk saat ini, di laman Wall Street Journal ia diilustrasikan mirip dengan Genghis Khan,” jelas Dina.

“Ingat loh, Assad itu Istrinya dari Inggris, juga sekolah di sana, jelas ia didikan barat. Namun setelah Assad menolak pasukan gas Qatar, media mainstream dengan cepat ‘mendemonisasikan’ identitasnya,” tegasnya.

Ada juga kemiripan dari Suriah dan Ukraina seperti proxy AS yang digunakan dalam memulai perang.

“Di sisi Suriah itu adalah ‘jihadis’ yang berkumandang demokrasi, kalau di Ukraina ini adalah kelompok ultra-kanan dan Neo-nazi,” ujarnya.

Namun demikian, AS terpaksa bergerak adalah ancaman bagi kepentingan ekonominya.

“AS itu diuntungkan oleh perang, kontraktor perang seperti Raytheon, Boeing, General Dynamics, dan Lockheed Martin itu mendanai lobbying elite politik di sana, sama juga seperti perusahaan migas raksasa AS,” ujar Dina merujuk kepada data OpenSecrets yang dirilis pada 2020.

“Lihat sekarang di Ukraina, kini AS meninggalkan mereka. AS hanya mengirim senjata dan peralatan ke Perang itu, ini sama seperti Suriah. Kalau di Suriah itu pipa Qatar dengan kepentingan lobbyist Israel, di Ukraina ini adalah NordStream2 yang mengancam pasokan gas AS ke Eropa,” tambahnya.

Dina mengatakan bahwa aktor ‘sebenarnya’ dibalik kedua perang tersebut adalah AS.

“Suriah itu bukan Suriah vs Teluk, melainkan AS dibantu oleh Teluk vs Suriah, begitu pula Ukraina, itu adalah AS dibantu Ukraina dan NATO vs Russia,” pungkasnya. 

Catatan: Dina Sulaiman 

-----------------------------------------------------------------------------------

Amerika Serikat menyerang Irak, menjatuhkan Saddam, dengan gelontoran biaya yang luar biasa besar dan korban militer yang tidak sedikit, tapi begitu misi perang selesai, Irak justru lebih dekat ke Iran, dan AS tidak mendapatkan apa-apa....

Amerika Serikat memborbardir Afghanistan, menjatuhkan Taliban, dengan dana perang trilyunan dollar dan militer yang harus kehilangan banyak personil, tapi begitu misi perang selesai, dan militer AS meninggalkan Afghanistan, Taliban kembali berkuasa dan cenderung lebih dekat ke Iran, China dan Rusia.... AS kembali gigit jari...

Amerika Serikat membentuk ISIS, membiayai logistik dan mendanai perang melawan pemerintah Suriah, dengan dana yang begitu besar, tapi yang didapat, rezim Bashar Assad bukannya keok, malah makin kuat legitimasinya, disaat AS tidak mendapat apa-apa... Iran dan Rusia yang berpotensi meraup keuntungan besar, dengan perjanjian-perjanjian bisnis yang menggiurkan...

Amerika Serikat menggelontorkan dana 55 trilyun Dollar hanya untuk mendanai militer Israel. Targetnya HAMAS keok, dan mau lebih moderat seperti Fatah yang mengakui Israel. Hasilnya, justru HAMAS dan FATAH menyusun rekonsiliasi untuk Palestina bersatu yang anti Zionis... HAMAS dan FATAH bergabung dengan pakta muqawamah yang dipimpin Iran...

Dengan semua kenyataan ini, para pengamat dan pakar menyebut, Amerika Serikat menderita kekalahan yang memalukan di Timur Tengah...

Satu-satunya yang tersisa dan masih memberi keuntungan bagi AS, adalah konflik Yaman... AS tuai keuntungan dengan senjata-senjata yang dijualnya ke Arab Saudi...

AS juga meraup keuntungan dari menjual teknologi untuk mengawasi perbatasan yang digunakan Arab Saudi... Dari dua bisnis itu saja, AS mendapat untung besar...

Iran menyebut AS mendapat untung dari bisnis darah....

Catatan : Ismail Amin Pasannai




0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More