Jakarta - Nama Mischka Aoki dan Devon Kei Enzo muncul di media sosial hingga televisi setelah meraih lebih dari 40 medali olimpiade matematika dan sains internasional untuk Indonesia pada 2021. Di awal 2022, kakak-adik kelas 7 dan 8 SMP ini sudah memenangkan 6 medali matematika olimpiade dari olimpiade internasional.
Tahun ini, Mischka dan Devon berencana untuk mendedikasikan diri dengan berbagi ilmu pengetahuan, ilmu, dan pengalamannya berkompetisi dengan jagoan matematika dan sains dari berbagai negara.
"Di tahun ini, instead of focusing our self mengikuti banyak olimpiade olimpiade seperti tahun-tahun sebelumnya. We want to dedicate this year as the year of giving back. Kami berdua ingin bisa lebih berbagi apa yang kami miliki," kata Mischka dan Devon pada detikedu, Rabu (16/2/2022).
Sebelumnya, peraih rekor MURI pada Januari 2022 untuk prestasi bidang Matematika dan Science International ini diketahui sudah mulai muncul di kanal YouTube dengan video-video latihan soal bersama subscribers. Keduanya juga berkolaborasi dengan YouTuber peraih beasiswa dan alumnus Matematika Terapan Waseda University Jepang Jerome Polin Sijabat untuk bermain cepat-cepatan mengerjakan soal matematika.
Kedua peraih medali emas South East Asian Mathematical Olympiad (SEAMO) 2021 ini menuturkan, matematika juga menjadi games seru lewat kuis dan brain games bersama orang tuanya di rumah. Di samping mencoba kuis matematika dari YouTube, sambungnya, mereka juga bermain Monopoli, Scrabble dan Clue do.
"Kebetulan memang kami sekeluarga sangat senang matematika ya. Jadi selain mengikuti olimpiade, kami memang really enjoy doing activities yang related to math. Seperti misalnya terkadang di saat weekend, kita bersama sama mengerjakan brain games, matematika quizzes di YouTube, dan kegiatan kegiatan fun yang berhubungan dengan matematika," kata Mischka dan Devon.
"Sering juga kami mengasah kemampuan menghitung cepat kami bersama sama, adu cepat bersama orang tua kami. I guess our family really love maths in so many ways," imbuhnya.
Mischka dan Devon: Penyuka Matematika, Teknologi, hingga Public Speaking
Ilmu pasti yang menantang dan berguna
Bagi Devon, belajar matematika juga jadi cara belajar logika, berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Menurutnya, matematika jadi menyenangkan karena menantang, seru, dan hakikatnya sebagai ilmu pasti.
"Matematika itu seperti black and white ya, matematika itu ilmu pasti. Jadi either itu hitam atau putih, benar atau salah. 1+1 pasti 2, 5 x 5 pasti 25, jadi tidak ada yang namanya grey area, jadi ini kenapa saya suka dengan matematika," kata Devon.
Menurut Mischka, matematika menyenangkan karena di samping menantang, juga berguna dalam kehidupan.
"Salah satu contoh misalnya, jika kita ingin menjadi seorang dokter, akuntan, arsitek, pasti kita membutuhkan skill matematika atau sains yang cukup baik ya, jadi itu alasan mengapa saya suka matematika," kata Mischka.
Belajar komitmen dan penyelesaian masalah
Sementara itu, mengikuti puluhan ajang olimpiade internasional menurut keduanya tidak hanya untuk asah otak dan pemecahan soal matematika. Mischka dan Devon menuturkan, ikut kompetisi merupakan cara belajar berkomitmen dan berdedikasi meraih keinginan.
"Setelah itu, tentunya kita belajar determination and persistence. Jadi jika di dalam perjalanan kita mau meraih goals kita, terkadang mendapatkan challenges on the way. Kita belajar untuk tidak menyerah ya. Persistence, terus mencoba lagi, never give up," tuturnya.
"In real life, dengan mengikuti olimpiade-olimpiade ini, itu juga train kita untuk find solution in everyday life. Jadi memang banyak sekali manfaatnya," sambungnya.
Tidak dibiasakan les
Kendati mengikuti berbagai kompetisi tingkat internasional, Mischka dan Devon menuturkan, kedua orang tuanya membiasakan untuk tidak les. Dengan demikian, menurutnya, mereka belajar menyelesaikan masalah pelajaran dan masalah sehari-hari secara mandiri.
"Orang tua kita membiasakan kita untuk tidak les supaya kita dari kecil, terbiasa untuk mencari sendiri, solusi untuk semua soal-soal. Baik dalam matematika maupun mencari solusi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalam hidup kita," tuturnya.
Mischka dan Devon menuturkan, orang tuanya menghargai proses keduanya belajar berpikir kreatif untuk menyelesaikan soal maupun situasi sehari-hari.
"Kalau kita les kan biasanya guru les akan langsung tuh jelasin cara pengerjaannya. Of course tentunya setiap orang pasti punya preference yang berbeda-beda ya, dengan cara ini pun juga tidak salah," tekannya.
Menghalau bosan
Mischka dan Devon mengaku pernah bosan dan jenuh dengan matematika laiknya anak-anak pada umumnya. Ketika bosan datang, keduanya mengerjakan kegiatan lain yang tidak kalah seru.
Devon mencontohkan, ia senang dengan eksperimen penciptaan dan proyek desain dari bahan karton. Sementara itu Mischka menjelajahi ilmu public speaking dan speech art.
"Setelah refreshing, kita kembali menempatkan pikiran back to our goal. Kembali ke purpose dan komitmen kita, dan berjuang kembali sampai tujuan kita tercapai. Jika kita menempatkan pola pikir kita dengan tepat, kita akan termotivasi lagi untuk kembali memberikan dan melakukan yang terbaik to reach our goal," tuturnya.
Asah kreativitas dengan eksperimen
Devon menuturkan, sejak kecil ia juga suka belajar menciptakan sesuatu yang bisa berguna bagi kehidupan. Salah satu ciptaan Devon yaitu prosthetic arm 100% dari bahan karton daur ulang yang bisa bekerja. Ia juga belajar membuat helikopter dari karton yang benar-benar bisa terbang hingga vending machine yang berfungsi.
"Saya suka teknologi karena dengan adanya teknologi, it changes the way we live, improve the way we do things. Lets take an example, electric car misalnya. Atau solar panel, or the development of mobile phone, kemajuan internet, dan masih banyak lainnya. Technology makes our life easier and it improve many aspects in our life," kata Diamond Medal Winner di kompetisi World Mathematic Invitational (WMI) ini.
Belajar Komunikasi Publik
Mischka dan Devon menuturkan, keduanya senang belajar seni berbicara atau speech art di sekolah. Di sana, mereka belajar kecakapan berbicara di depan publik lebih lanjut setelah diajarkan orang tua di rumah.
Mischka menuturkan, penting bagi anak-anak sepertinya untuk bisa membawa diri dan berkomunikasi pada orang lain di depan publik. Juara pertama International Sustainability Challenges Climate Actions ini menambahkan, di samping belajar percaya diri, ia jadi bisa belajar menyampaikan pesan.
Peraih penghargaan Kader Bela Negara dari Kementerian Pertahanan RI pada Oktober 2021 ini menambahkan, berbekal kesenangannya dengan komunikasi publik dan strategi, ia juga berencana untuk berkarier di bidang ilmu politik dan hukum. Menurutnya, dengan suara mampu membuat perubahan di bidang yang dibutuhkan untuk membuat dunia lebih baik dalam menangani masalah lingkungan hingga kemiskinan.
"Seperti air pollution, water pollution, climate change, dan juga problems seperti gender inequality, poverty, inequality of education, racism, dan banyak lainnya. Saya ingin menjadi bagian dari solusinya, bagian dari orang orang yang bisa have a voice to make a change," kata Mischka.