Senin, 27 Maret 2023

Managemen Stress : Al-Qur'an


 Agama-agama langit, khususnya Islam memberi tuntunan kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dalam ayat-ayat suci AlQuran. Melalui pendidikan karakter AlQuran melindungi orang mukmin dari berbagai pengaruh stres yang mungkin dialami dalam kehidupan. Secara umum AlQuran mengajarkan tiga pendekatan untuk menghadapi stres, yaitu:


1. Pendekatan kognitif.

  • Pendekatan afektif – spiritual.
  • Pendekatan motorik/perilaku.
  • Pendekatan Kognitif

Iman

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS Al-Baqarah: 156)


Orang yang hatinya dipenuhi cahaya keimanan tidak akan melihat seluruh alam semesta dan isinya selain daripada kebaikan. Ia memahami sistem yang berlaku sebagai sistem terbaik yang jika tidak demikian tentu telah terjadi kerusakan dan kehancuran di bumi. 


Sedangkan keyakinan yang tidak mengakui hal-hal ghaib dari Tuhan dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada diri seseorang. Ketika orang tidak memiliki hubungan dan kedekatan dengan Sang Penguasa, ia akan selalu berada dalam kecemasan. Ia merasa sendiri ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya orang mukmin saat menghadapi musibah akan menyadari keberadaan dirinya sebagai makhluk yang akan kembali pada Pencipta. Orang beriman tidak akan melihat dirinya terabaikan tanpa penolong. Keimanan juga menepis harapan dan angan-angan panjang yang berasal dari syaitan.


مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

… siapa saja (diantara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Maidah: 69)


فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

… Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (QS Al-An’am : 48)


Telah disebutkan bahwa kecemasan dan ketakutan termasuk salah satu penyebab timbulnya stress. Berbagai kajian dan referensi menyarankan agar menggunakan pendekatan spiritual untuk menghadapi stres. Kita tidak mampu memahami bagaimana sebenarnya kecemasan dan ketakutan tak lain merupakan hasil dari pemikiran kita sendiri.


Pikiran dan persepsi kita bahkan mampu menambah ketakutan dan kekhawatiran tersebut. Ketakutan yang tidak ada di luar pikiran kita dan tidak dapat memengaruhi kecuali ia telah menyelinap dalam pikiran. Hal ini juga terjadi dalam berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Sebenarnya tidak ada satu peristiwa pun yang dapat menyebabkan ketakutan dalam pikiran yang sehat. Sebuah peristiwa akan menjadi menakutkan hanya ketika kita mengizinkannya menakuti pikiran. Tidak ada sesuatu apa pun yang dapat memberi efek terhadap diri kecuali kita membiarkannya berada dalam pikiran kita.


Ketakutan merupakan salah satu hambatan terbesar dalam mengaktualkan potensi manusia. Kecemasan muncul dari rasa rendah diri dan kegagalan yang menyebabkan orang memprediksi kegagalan sebelum kejadiannya. Padahal kita selalu terkoneksi dengan sumber kekuatan yang tidak terbatas. Kita juga diberikan sumber daya yang tak terhingga dan tak pernah punah.


Kesadaran akan keesaan-Nya dan kesadaran akan kesatuan eksistensi makhluk dengan wujud Ilahi akan menghapus segala ketakutan. Ketakutan akan sirna ketika kita merasa mampu bertahan dalam segala kondisi. Hal ini akan terjadi saat kita mendapati bahwa dalam diri terdapat keberadaan yang abadi. Keberadaan yang tidak dapat dirusak oleh sesuatu yang berasal dari luar. Mengatasi ketakutan sama dengan mengatasi salah satu faktor penyebab stress yang paling berpengaruh dalam kehidupan. Kemampuan mengatasi ketakutan tidak akan terwujud tanpa payung keimanan dan peningkatan spiritualitas.


الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al-An’am: 82)


Orang mukmin akan merasakan ketenangan karena keimanannya yang benar kepada Tuhan membangkitkan harapan akan pertolongan-Nya. Perasaan bahwa Tuhan selalu bersama dan membantu hamba-Nya menjamin keberlangsungan rasa aman dalam diri manusia.


Fitrah manusia selalu mencari sandaran yang kekal abadi. Ketika melakukan kesalahan dan kemudian mengandalkan pada hal materi, ia tidak menemukan ketenangan karena bertentangan dengan kebutuhan hakiki. Hal ini tidak akan menyelamatkannya dari kecemasan.


الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS Ar-Ra’d: 28)


Orang yang telah mengenal ajaran Islam memaknai kesuksesan hanya ketika dirinya mengingat Tuhan dan terpaut dengan-Nya. Kekurangan diri mukmin hanya dapat dipenuhi dengan mendekatkan diri kepada-Nya.


Setiap orang tidak dapat menghindari kegagalan dan selalu menimbulkan kekhawatiran bagi manusia. Kebutuhan rasa aman seorang mukmin akan terpenuhi dengan keyakinan terhadap sistem penciptaan dan keimanan. Keimanan akan menghasilkan keseimbangan antara ruh dan fisik tanpa sedikit pun terjadi pertentangan dalam dirinya yang mengganggu.


Iman kepada Allah Swt dan mengikuti jalan hidup Rasulullah salallahu alaihi wa alihi merupakan jalan yang membebaskan manusia dari kecemasan.  Jalan ini mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dan kesuksesannya. Sedangkan mereka yang tiada memiliki iman dan tidak mengikuti jalan Ilahiah akan sampai pada keterasingan dan kehancuran. Keyakinan kepada Tuhan akan meningkatkan derajat keimanan seseorang yang akan membentuk pola pikir dan gaya hidupnya. Ia akan memberi reaksi secara normal sehingga menghasilkan ketenangan dan tak akan membiarkan dirinya tergelincir pada ketakutan. Saat berhadapan dengan kesulitan, insan mukmin akan menghadapinya dengan keyakinan akan janji Allah Swt. Keyakinan ini menumbuhkan harapan hingga tak menjadi celah ia terjatuh saat menghadapi berbagai masalah. Orang seperti ini tidak berisiko mengalami gangguan fisik saat menghadapi stress dan Allah Swt menyediakan fasilitas untuk menyelesaikan masalahnya.


وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS At-Talaq: 2)


Pandangan Dunia

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra’d 11)


Pandangan dunia seseorang (world view) juga menentukan perilakunya ketika menghadapi masalah. Perubahan perilaku memerlukan perubahan pandangan dan pemikirannya tentang dunia. Perubahan cara pandang akan mengantarkan seseorang memahami bahwa masalah yang sebelumnya menyebabkan kecemasan, tidak seberat yang dibayangkan. Sehingga ia tidak perlu lari dan menghindar dari masalah tersebut. Islam mengajarkan bahwa kesulitan akan mengantarkan orang pada kesempurnaan.


فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS An-Nisa: 19)


Tawakal

Tawakal memberi kekuatan dan menghindarkan pengaruh negatif secara psikologis saat seseorang menghadapi kegagalan. Orang tersebut yakin bahwa Tuhan berkuasa memberikan fasilitas yang mendukung keberhasilannya. Tuhan lebih mengetahui urusan yang terbaik baginya. Karena itu, ia menerima kegagalan sebagai hal yang terbaik tanpa beban psikologis. Kedekatan dengan Tuhan sebagai pemilik kekuasaan mutlak merupakan tingkatan tertinggi dalam proses perkembangan sesorang


Kedekatan ini menghasilkan penyerahan sepenuhnya urusan manusia kepada Sang Pencipta sembari terus menjalankan kewajibannya.  Maka segala sesuatu yang terjadi akan menyenangkan serta didasari keyakinan bahwa Tuhan akan melakukan hal terbaik bagi dirinya.


وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS At-Talaq: 2&3)


Ketidakseimbangan perilaku dihasilkan dari disharmoni pikiran dan perasaan individu yang menyebabkan kerusakan bagi ruh.


إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. (Qs An-Nahl: 99)


Ayat ini menunjukkan bahwa sandaran yang kuat seperti iman dan tawakkal bagaikan benteng dihadapan gangguan psikologis, kesulitan dan musibah. Peneliti melaporkan bahwa manajemen stres berbasis tawakkal juga menjadi sumber dan pendukung untuk memaknai hidup secara positif.  Hal ini akan memudahkan sebagian besar orang dalam manajemen stres berikutnya dan bermanfaat bagi kesehatan. Dengan membangun harapan, tawakkal akan membantu seseorang berpikir positif dan menyebabkan ketenangan jiwa. Keyakinan akan keberadaan Tuhan yang mengatur segalanya dan selalu melindungi hamba-Nya dapat mengurangi kecemasan hingga tahap tertentu.


Keyakinan pada takdir Allah

manajemen stresKeyakinan terhadap takdir Ilahi merupakan tingkatan iman yang tinggi dalam ajaran Islam.


قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”. (QS At-Taubah: 51)


Keyakinan ini menolong seseorang ketika berhadapan dengan kesulitan. Keyakinan akan kepastian takdir menjauhkan seseorang untuk mencela dan menyalahkan dirinya.  Rasa puas dengan apa yang terjadi memudahkan penyesuaian diri terhadap kondisi yang dihadapi.


Keyakinan Tuhan sebagai Pemberi Rezeki

Orang mukmin tidak takut berkaitan dengan rezekinya, karena ia yakin bahwa Tuhan lah satu-satunya Pemberi Rezeki. Mukmin juga tidak takut terhadap kemiskinan dan rida dengan sedikitnya harta yang dimaknai sebagai takdir Ilahi.


إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS Az-Zariyat: 58)


Keyakinan akan keadilan Tuhan

Keyakinan akan keadilan Tuhan berpengaruh banyak dalam perspektif positif seseorang terhadap dunianya. Keyakinan ini menghasilkan ketenangan psikologis secara umum.


قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَىٰ كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَىٰ

Musa berkata: “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.(QS Taha: 50)


Islam mengajarkan Allah Swt sebagai Pencipta dan Poros segala keberadaan. Dialah yang menciptakan semua makhluk dan menyampaikan seluruh kebaikan kepada hamba-Nya. Orang mukmin meyakini terjadinya segala sesuatu berdasarkan hikmah dan Sang Khalik tidak akan berbuat zalim kepada makhluk-Nya. Demikianlah mereka memaknai dunia dan manusia tidak diciptakan tanpa tujuan mulia. 


2. Pendekatan Afeksi

Mengingat Allah


Manusia secara fitrah mencari Sembahan sebagai tempat berlindung abadi. Namun kadang ia menghabiskan waktunya pada hal yang artifisial. Karena itu, ia tidak meraih kebutuhan hakiki dan tidak terbebas dari kecemasan serta ketidakseimbangan psikologis. Islam memperkenalkan manusia sebagai keberadaan yang memahami bahwa keberhasilannya hanya diperoleh dari Tuhan.


الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS Ar-Ra’d: 28)


Ketika menyebut nama-Nya seorang muslim akan merasa dekat dengan Tuhan dan berada dalam lindungan-Nya. Hal ini akan menyebabkan terbangunnya rasa percaya diri, kuat, nyaman, dan tenang. Seluruh aktivitas ibadah tak lain merupakan bentuk dari zikir kepada Allah yang memuji-Nya. Saat bersedih orang membutuhkan penawar duka dan pemberi ketenangan yang dapat diperoleh dengan mengingat Sang Khalik. 


Mengingat Tuhan juga memiliki berbagai pengaruh lainnya. AlQuran dalam surah Taha ayat 124:


وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.


Mengingat Allah akan mencegah orang dari kecenderungan stres dan mengalihkan perhatiannya dari kesenangan duniawi kepada Tuhan semesta alam. Dengan demikian, orang tidak akan melihat kenyataan hidup sebagai kesulitan yang memicu stres. Sebaliknya, orang yang melupakan Tuhan hatinya terpikat pada dunia dan selalu mencari kesenangan. Orang seperti ini selalu resah dan merasa di bawah tekanan.


Doa

Sebagian dari dokter meyakini bahwa doa memiliki pengaruh dalam proses penyembuhan penyakit dan termasuk salah satu metode therapi. Ketika menghadapi kesulitan manusia mencari perlindungan dari kekuatan supra natural. AlQuran dalam surah Yunus  ayat 12:


وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri,


Doa merupakan salah satu bentuk permohon pertolongan-Nya yang dengan itu manusia mendapatkan kekuatan secara psikologis. Doa tak lain adalah upaya menghadapkan diri kepada-Nya, memohon, dan memutuskan hubungan kepada selain-Nya. Berdoa dan merendahkan diri di haribaan Ilahi dapat mengurangi tingkat kecemasan, karena orang mukmin mengetahui firman-Nya:


وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS Al-Mukminun: 60)


Shalat

Shalat termasuk salah satu upaya mencari pertolongan dari Allah Swt dengan ritual yang ditentukan. Ketika berdiri untuk memulai shalat dan fokus mengingat-Nya, kita akan berpaling dari tekanan kesulitan menuju ketentraman. Ruh yang menguat karena shalat memberikan rasa tenang kepada seseorang sebagaimana etika shalat mengajarkan ketenangan kepada manusia. Setiap bacaannya yang mengingat kebesaran dan pertolongan Allah sangat membantu memberikan rasa tentram. (Baca: SafinahQuote: 4 Perkara Membantu Beramal)


Setelah shalat seseorang segera menghadap Tuhan dengan memanjatkan doa-doa yang membantunya terus berada dalam suasana tenang. Mengadukan segala kesulitan dan kepedihan kepada Tuhan akan membebaskannya dari kecemasan sehingga mendapatkan ketenangan psikologis. AlQuran surah Al-Baqarah ayat 153:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.


Dikisahkan bahwa ketika Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib menghadapi kesulitan, ia akan melakukan shalat kemudian menyelesaikan masalahnya sambil membaca ayat tersebut di atas.


Abraham Maslow menyatakan bahwa aktualisasi diri merupakan kebutuhan puncak manusia setelah kebutuhan dasarnya terpenuhi. Orang biasa hanya termotivasi memenuhi kebutuhan dasar, sedangkan mereka yang istimewa mengejar kesempurnaan diri. Shalat dapat dimaknai sebagai jalan tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan tingkat tinggi. Dengan demikian dapat dipahami bagaimana shalat memberi ketenangan batin dan kekuatan menghadapi stres.


AlQuran

Allah Swt memberi petunjuk agar manusia melaksanakan ajaran dan aturan Islam. Maka AlQuran akan membuka keberkahan langit dan bumi serta mengantarkan seluruh manusia pada kebahagiaan sempurna. Pada kondisi demikian, manusia tidak lagi mengalami kecemasan dan rasa tidak nyaman.


Sumber ajaran Islam mengutamakan keseimbangan antara kebutuhan fisik dan kebutuhan ruh sehingga menghasilkan ketentraman. AlQuran diturunkan untuk menghidayahi manusia pada kebenaran dan mengajarkan pola pikir serta perilaku yang mengantarkannya pada kesempurnaan.


وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS Al-Isra:82)


Tidak diragukan bahwa AlQuran memiliki kekuatan spiritual yang memiliki pengaruh pada jiwa manusia. Energi ini menghidupkan kesadaran dan hati nurani manusia.


Taubat dan Memohon Ampunan


Mukmin sejati tidak akan terjebak pada kecemasan yang disebabkan oleh dosa karena ia tidak mudah tergoda melakukan perbuatan yang dilarang. Seseorang yang melakukan perbuatan mungkar akan dicengkram rasa bersalah (guilty feeling). Namun seorang mukmin akan segera bertaubat saat melakukan dosa karena ia mengetahu bahwa Tuhannya Maha Pengampun.


لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا

… janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. (QS Az-Zumar 53)


Ayat ini melarang berputus asa dari rahmat Allah karena Dia mengampuni segala dosa. Manusia mampu ber-revolusi dan menentukan langkahnya untuk mencapai kesempurnaan tertinggi. Secara psikologis dosa yang tidak terampuni akan meningkatkan kriminalitas. Karena itu lah Allah Swt berkali-kali menyatakan ketika seorang hamba bertaubat, akan diampuni-Nya seolah sang hamba tak pernah berbuat dosa.


AlQuran menempatkan taubat sebagai therapi atas rasa bersalah (guilty feeling) karena taubat menyebabkan terampuninya dosa. Taubat juga menguatkan harapan seseorang untuk meraih rida Ilahi sehingga mengurangi kecemasan. Pertaubatan mengantarkan insan pada kematangan, menjaganya dari kesalahan, menambah kepercayaan diri, dan mendatangkan ketenangan.


Ibadah Haji

Secara psikologis ibadah haji memberi kekuatan yang besar bagi ruh sekaligus menenggelamkan insan ke dalam lautan ketenangan. Pelaksanaan ibadah haji tak ubahnya  sebagai latihan untuk menanggung kesulitan dan rendah hati.


Puasa

Puasa merupakan upaya perbaikan diri, penyembuhan berbagai penyakit fisik dan ruh serta latihan berperang melawan nafsu. Dengan berpuasa seseorang akan memiliki karakter sabar yang merupakan penolong terbaik untuk bertahan dalam kesulitan. Selain itu, kesehatan fisik yang diperoleh melalui puasa juga akan memengaruhi kesehatan mental seseorang.


Zakat

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At-Taubah: 103)


Zakat mengajarkan kemanusiaan kepada kaum muslimin agar melepaskan diri dari sifat sombong dan kikir yang menimbulkan penerimaan diri.


Harapan

Ajaran Islam menempatkan putus asa sebagai dosa besar dan orang yang berputus asa digolongkan sebagai tidak beriman.


قَالُوا لَا تَوْجَلْ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ

Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim”. (QS Al-Hijr: 53)


Mukmin selalu fokus pada kesempurnaan hakiki dirinya dan menganggap semua peristiwa yang terjadi sebagai pengantar bagi kesempurnaan itu. Ia tidak akan putus asa ketika dihadapkan pada berbagai kekurangan, tekanan dan konflik psikologis.


Shalat Malam

Beribadah pada sepertiga akhir malam kemudian melanjutkannya hingga terbit fajar berpengaruh baik bagi kesehatan mental, akal dan fisik. Riwayat dari Imam Shadiq menyatakan bahwa shalat malam memperindah wajah, memperbaiki akhlak, mewangikan tubuh, menjadikan mata bercahaya dan mengurangi kesedihan.


3. Pendekatan motorik/perilaku

Sabar

Seorang mukmin tidak akan menunjukkan kelemahan ketika menghadapi masalah, musibah dan peristiwa yang menyakitkan sebagaimana Allah Swt memerintahkannya untuk bersabar. Musibah dunia merupakan ujian Ilahi untuk mengetahui mukmin yang sabar. AlQuran dalam surat Ali Imran ayat 200:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.


Menikah dan Silaturahmi

Menikah merupakan salah satu sebab yang bersifat keduniaan untuk menciptakan ketenangan. Orang juga akan menjadi kuat dengan melaksanakan kewajibannya di masyarakat. Dalam perkawinan, laki-laki dan perempuan akan saling menjaga ketika menghadapi tekanan hidup. Keakraban antara pasangan membuat keduanya tidak merasa sendiri ketika menghadapi masalah.


Dukungan ekonomi secara sosial

Ajaran Islam menekankan untuk membantu menghilangkan kesulitan saudara mukmin. Dukungan ekonomi dan sosial tidak hanya dikhususkan bagi orang-orang miskin. Selain itu, bentuk dukungan emosional juga dapat memberikan ketenangan bagi seseorang, misalnya memberi waktu satu atau beberapa jam untuk seseorang.


Hubungan kekerabatan

AlQuran dalam surah An-Nisa ayat 1:


وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.


AlQuran menekankan hubungan kekerabatan dan membuat aturan berkaitan dengan harta. Adanya aturan bagi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan nafkah cucu, kakek, ibu, nenek dapat memberi ketenangan bagi seseorang dari satu sisi. Anggota keluarga, teman, rekan kerja dan ahli psikologi dapat menjadi dukungan saat seseorang mengalami stres. Berbagi dengan orang lain saat mengalami kesulitan, akan bermanfaat. Tidak saja melakukan katarsis atau mengosongkan bebab psikologis, berbagi juga memanfaatkan pendapat orang lain. Salah satu penelitian di Negara Arab melaporkan bahwa orang yang mendapat dukungan sosial lebih sedikit mengalami penyakit jantung. 

Hubungan dengan masyarakat

Secara khusus Islam menekankan agar seseorang memiliki hubungan yang baik dengan sesama. Dukungan sosial dapat terwujud dalam beberapa tindakan berikut:


  • mengutamakan urusan muslimin: membantu muslimin sehingga tidak merasa sendirian meskipun tidak memiliki keluarga dan kerabat.
  • menghormati anak kecil: menghormati dan menjalin relasi yang memenuhi kebutuhan emosional anak-anak sehingga mampu menghadapi stres.
  • dukungan emosional terhadap sesama: rasa keakraban menunjukkan keimanan seseorang.

Keseimbangan pemenuhan kebutuhan fisik

Prinsip keseimbangan sangat penting bagi manusia baik dalam bekerja dan mengamil langkah di jalan yang lurus. Hal ini berarti insan juga harus memenuhi kebutuhan ruh, fitrah dan akhiratnya sebagaimana terpenuhinya kebutuhan materi dan dunianya.[*]


Rujukan: Rasekhon.net dan berbagai sumber

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More