Jumat, 05 Mei 2023

Bagaimana Allah SWT Mengabulkan Doa Hamba-Nya?



Alkisah,

Suatu ketika, seorang dokter spesialis syaraf terkemuka di Pakistan, terbang menggunakan pesawat kecil yang hanya berisi beberapa penumpang saja.

Di tengah penerbangan, cuaca tampak sangat mendung. Bahkan langit mendadak gelap. Awan begitu pekat ditimpali kilat yang menyambar-nyambar.

Sangat terasa turbulensi (guncangan) dalam pesawat. Tiba-tiba mesin pesawat terkena petir, yang membuat satu mesin rusak.

Pesawat pun terpaksa harus mendarat darurat. Beruntung ada sebuah bandara kecil yang dekat lokasi kejadian.

Pesawat berhasil mendarat dengan selamat. Namun ternyata bandara itu berada di wilayah pelosok yang sangat terpencil.

"Apakah kalian bisa memperbaiki pesawat ini?" tanya dokter.

Ternyata tidak ada seorangpun yang dapat memperbaiki pesawat. Jadi semua penumpang harus menunggu.

"Berapa lama kita harus menunggu di sini?" tanya dokter.

"Mungkin cukup lama," jawab pilot.

"Tapi aku harus segera tiba di kota sebelah. Sangat penting", lanjut dokter.

"Untuk ke sana, anda perlu waktu 3 jam jika naik mobil", jawab pilot.

"Oh ya. Aku akan sewa mobil saja".

Akhirnya dokter memutuskan menyewa mobil dari bandara itu untuk menuju kota tujuan.

Mobil mulai bergerak.

Namun cuaca masih tetap mendung. Langit gelap, kilat menyambar dengan kencang. Hujan pun turun, sangat deras. Seakan air diguyurkan dari langit. Sangat lebat.

Mobil pun berhenti, tidak dapat bergerak lebih jauh lagi, karena ternyata harus melewati jalan berlumpur. Air mulai membanjiri jalan tanah becek itu.

Dokter segera sadar, ia tidak bisa kemana-mana lagi.

Dalam situasi gelap, dokter melihat ada sebuah rumah kecil terletak di ujung sana.

"Kita pergi ke sana saja. Kita bisa berteduh sembari menumpang shalat. Mungkin disana juga ada makanan barang sedikit," kata dokter kepada sopir.

Mereka pun memutuskan untuk menuju rumah kecil tersebut. Lokasi rumah itu sungguh sangat terpencil dan jauh dari pemukiman penduduk lainnya.

Dokter mengetuk pintu rumah dengan perlahan. "Assalamu alaikum..."

Seorang nenek tua membukakan pintu sembari menjawab salam.

"Ada apa Nak?" tanya sang Nenek.

Dokter segera menceritakan semua yang dialami barusan.

"Sekarang kami hanya ingin menumpang shalat dan istirahat sebentar Nek. Menunggu hujan reda...." ujar dokter.

"Tidak masalah Nak, kalian boleh masuk..."

Nenek mempersilakan tamu shalat di ruang mushalla kecil di dalam rumahnya.

Di dekat ruang mushalla, tampak seorang anak kecil tengah berbaring. Tiap beberapa waktu tertentu, sang Nenek tampak gelisah menengok keadaan anak kecil itu.

Nenek lantas duduk di ruang mushalla. Ia pun berdo'a dan menunaikan shalat.

Setelah selesai shalat, dokter menyapa Nenek.

"Terima kasih banyak Nek. Kami sudah menumpang sholat di sini. Kalau boleh tahu, apa yang terjadi pada anak kecil itu"? tanya dokter.

"Itu adalah anak yatim. Ia tengah sakit parah. Aku adalah nenek dari anak ini..." jawab Nenek.

"Kami telah mengunjungi banyak dokter di daerah sini. Mereka memberitahu kami, bahwa hanya ada satu dokter spesialis yang dapat menolong anak ini..." lanjut Nenek.

"Kami sudah mencoba untuk menemuinya. Tapi mereka minta kami untuk menunggu enam bulan lagi. Tempatnya pun sangat jauh...."

"Sejak hari itu, aku selalu berdo'a kepada Allah : Ya Allah, mudahkan urusan kami. Anak ini sakit, mudahkan urusan kami ya Allah..." ujar Nenek

"Siapa nama dokter spesialis itu Nek?" tanya dokter.

"Namanya dokter Ishan...." jawab Nenek.

Mendengar jawaban itu, dokter pun langsung menangis.

"Kenapa engkau menangis, Nak?" tanya Nenek.

"Nenek, do'amu baru saja dijawab Allah. Akulah dokter Ishan yang kalian cari itu...."

"Mungkin karena do'amu, petir menyambar mesin pesawat yang aku tumpangi. Kami mendarat darurat. Lalu kami menyewa mobil. Hujan turun lagi menghentikan kami dan seterusnya kami ke sini...."

Mendengar penjelasan itu Nenek menangis terharu. Ia segera bersujud, bersyukur kepada Allah.

Subhanallah....

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Semua alam akan menuruti apapun yang Dia kehendaki untuk menyelesaikan suatu urusan. Untuk mengabulkan sebuah do'a.

Sungguh luar biasa. Seorang dokter spesialis neurologi yang sangat sulit ditemui, bahkan tidak bisa bertemu tanpa perjanjian sebelumnya. Pasien harus antri 6 bulan untuk konsultasi.

Tapi perhatikan, Allah telah menggiring dokter spesialis itu sampai ke rumah Nenek yang terpencil, dengan cara-Nya.

Allah yang menggerakkan dokter Ishan untuk mengetuk pintu rumah Nenek, masuk ke dalam, menunaikan shalat di ruang mushalla, sampai akhirnya melakukan pengobatan terhadap anak yatim yang sakit parah itu....

Subhanallah....

Maka tetaplah terus berdo'a. Yakinlah atas kekuasaan Allah Azza wa Jalla.

Sungguh, Allah Maha Mengabulkan do'a.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

"Dan Tuhan kalian berfirman : berdo'alah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan kalian.

Amin

Pengaruh Lingkungan Rumah Tangga Pada Pendidikan Anak


Masalah lainnya adalah anak-anak. Awal mula terbentuknya jiwa, perasaan, pemikiran dan otak manusia terjadi di dalam rumah tangga. Bahkan terbentuk sebelum kelahirannya dan sejumlah faktor lainnya akan mempengaruhi sarana ini. tentunya, mungkin saja terkadang faktor-faktor luar seperti madrasah, jalan, persahabatan dan pertemanan – seperti guru dan buku yang mempengaruhi pemikiran anak-anak dan remaja di masa muda dan masa remaja- lebih menguasai faktor kekeluargaan. Dalam hal ini tidak diragukan.

Namun yang menyediakan sarana yang ada adalah lingkungan rumah tangga. Di dalam rumah tangga akan terdidik pribadi-pribadi yang mulia, antusias, rajin, penuh kasih sayang, juga pribadi-pribadi sebaliknya. Oleh karena itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa perilaku baik atau tidak baiknya suami dan istri di dalam lingkungan rumah tangga benar-benar mempengaruhi.

Ikatan kekeluargaan dan ikatan perkawinan, memiliki pengaruh yang sangat melekat, penting dan menentukan, baik bagi anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Untuk itu, ini bukan hal yang kecil bahkan sangat penting dan besar dan harus dihargai. Semuanya harusberusaha menjadikan lingkungan rumah tangga sebagai lingkungan yang sehat, penuh dengan kasih sayang dan saling percaya satu sama lainnya.

Poin selanjutnya adalah di dalam rumah tangga, suami dan istri harus saling merasa bertanggung jawab terkait dengan pasangannya. Keduanya bukan dua orang asing, lalu sekarang telah divonis dan harus hidup bersama dalam kondisi tertentu. Tidak. Keduanya merupakan bagian dari satu hakikat seperti sepasang pintu. Keduanya adalah sebuah pasangan;suami istri yakni sepasang. Individual dari keduanya harus disingkirkan dan dihapus. Salah satu dari keduanya adalah tidak lengkap, itulah mengapa masing-masing sebagai pelengkap bagi yang lainnya. Bila mau kita umpamakan, seperti dua orang yang berada dalam sebuah bentengyang sedang mempertahankan benteng tersebut, nasib keduanya bergantung padayang lainnya. Sekarang misalnya yang satunya tidur dan yang lainnya terjaga, kemudian yang lainnya ini tidur dan yang satunya lagi terjaga. Namun tidak satupun dari keduanya keluar dari nasib bersama yang mungkin saja ditentukan oleh keduanya atau salah satu dari keduanya. Keduanya saling terikat dan berkaitan dan harus memandang kehidupan dengan pandangan ini. Semakin keduanya mampu memperkuat kondisi pasangan ini, maka akan bermanfaat bagi keduanya. Boleh jadikalian akan bertanya, bagaimana bisa menjadi kuat? Saya katakan, dengan kasih sayang, kasih sayang.

Ketika kami membacakan akad nikah, di dalam hati-hati kalian; suami dan istri dengan kehendak Allah, akan muncul kasih sayang. Bunga kasih sayang akan bersemi di hati. Jagalah bunga ini. Siramilah. Jagalah kesegarannya. Jangan biarkan layu. Jangan diremas, agar tetap segar.Di mana saja ada kasih sayang, disitulah duri-duri akan menjadi bunga. (Maulawi) Demikianlah.

Kasih Sayang dan Cara Menjaganya



Yang lebih berperan dari yang lainnya dalam menjaga kehangatan lingkungan rumah tangga dan mengokohkannya adalah kasih sayang.

Kasih sayang adalah beton rumah tangga. Beton pilar-pilar besar rumah tangga dan perkara yang mengokohkan benteng ini adalah kasih sayang, kasih sayang. Kalian harus menjaga kasih sayang. Kasih sayang harus dipelihara. Kasih sayang bukan sesuatu yang bisa tetap ada dan dengan sendirinya tetap ada. Kasih sayang harus dijaga. Kasih sayang istri di dalam hati suami harus dijaga oleh istri dan kasih sayang suami di dalam hati istri harus dijaga oleh suami. Jalan keluar sebenarnya adalah kalian harus sama-sama saling menyenangkan. Kalian harus sama-sama menyatu dan saling jujur.

Kalian harus sama-sama saling setia. Gadis dan perjaka yang menjadi pasangan suami istri sama-sama harus saling setia di dalam lingkungan rumah tangga. Kesetiaan akan mewujudkan kasih sayang. Ketika ada kasih sayang, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Tidak ada seorang manusiapun yang tidak beraib. Tidak ada seorang istripun di bawah langit ini yang tidak beraib. Aib-aib yang ada tidak boleh dibesar-besarkan. Bila ada kasih sayang, maka semua aib yang mungkin saja manusia melihatnya pada seseorang akan ditutupinya dan akan menjadi penghalang untuk membesar-besarkan masalah yang kecil dan semoga jangan sampai terjadi, akan menimbulkan berbagai masalah.

Para istri juga para suami harus perhatian bahwa meningkatkan kadar kasih sayang dan memperdalamnya ada ditangan mereka sendiri. Dengan akhlak yang baik, dengan akal, dengan pemikiran, dengan interaksi yang benar dan baik, kasih sayang ini semakin hari bisa semakin lebih ditingkatkan.

Suami dan istri semakin keduanya saling menyayangi adalah bukan hal yang berlebihan. Kasih sayang suami dan istrilah yang bila semakin meningkat tidak masalah. Bagus bila kalian berdua semakin saling menyayangi dan kasih sayang itu sendiri akan mewujudkan kepercayaan.Kasih sayang suami dan istri ini juga merupakan bagian dari kasih sayang Allah.Ini merupakan di antara kasih sayang yangbaik. Semakin meningkat, maka semakin baik.

Kasih sayang adalah sesuatu yang harus dijaga. Harus dipelihara. Ia bukan sesuatu yang bisa diletakkan di sebuah tempat danakan tetap ada sampai bertahun-tahun lamanya. Kalian jaga kasih sayang ini agar tetap segar dan hidup. Faktor yang mengikat rumah tangga adalah kasih sayang ini. Ia benar-benar menjadi sumberketenangan hidup. Tentunya kalian yang harus menginginkannya agar kasih sayangterwujud. Yakni bila dia menyayangi Anda, Anda juga harus menyayanginya. Itupun harus sungguh-sungguh dari lubuk hati yang dalam.Cara terbaik agar kasih sayang tetap ada dalam lingkungan rumah tangga adalah dengan mewujudkan kepercayaan. Anda harus menarik kepercayaan istri Anda. Dia harus merasa nyaman di hadapan Anda dan merasa tenang dari segala sisi. Sebaliknya Anda juga harus percaya kepadanya dan pikiran Anda juga tenang. Yakni masing-masing mampu menarik kepercayaan pasangannya. Maka saat itu kasih sayang ini semakin hari akan semakin meningkat.Bila kepercayaan hilang, maka fondasi kasih sayang akan melemah dan goyah. Penghalang dan pemisah yang ada antara suami dan istri dalam Islam berkaitan dengan masalah ini. Suami dan istri harus merasakan bahwa hubungan kasih sayang, naluri dan ketertarikan yang ada diantara keduanya hanya terjadi pada mereka berdua saja, yakni tidak ada pihak ketiga dari keduanya. Maka pada saat itu akan muncul kepercayaan. Kepercayaan ini akan dihasilkan secara sempurna.

Bila Islam menekankan bahwa tundukkan pandangan kalian, jangan memandang non mahram, dengan cara tertentu Islam memperingatkan istri dan dengan cara lainlagi memperingatkan suami. Tujuannya adalah bila mata kalian tertuju pada seseorang, maka pada saat itu bagian dari saham pasangan kalian akan tertuju pada seseorang tersebut. Kalian sebagai suami atau istri tidak ada bedanya. Ketika sebagian dari pandangan kalian tertuju pada seseorang, artinya kalian telah mengurangi saham pandangan kalian untuk pasangan hidup kalian, maka pada saat itu kasih sayang akan melemah. Bila kasih sayang melemah, maka pilar-pilar rumah tangga akan hancur. Pada saat itu, hilanglah apa yang seharusnya menjadi milik kalian, sementara kalian berkhayal telah mendapatkan sesuatu yang hanya sekejap mata itu sebenarnya merugikan kalian.

Di dalam rumah tangga, fondasi kasih sayang berpijak pada kepercayaan. Bila suami dan istri saling kehilangan kepercayaan, istri akan merasa bahwa suaminya berbohong padanya atau suami merasa bahwa istrinya berbohong padanya. Dan keduanya merasa bahwa dalam menyampaikan kasih sayang tidak jujur. Fondasi kasih sayang ini sudah melemah. Bila kalian menginginkan kasih sayang tetap ada, maka jagalah kepercayaan satu sama lainnya.

Dengan perilaku yang baik, dengan menjaga akhlak, dengan menjaga tata krama, dengan menjaga batasan-batasan dan aturan syariat.

Jangan biarkan kasih sayang menghilang. Jangan acuh tak acuh terhadap kasih sayang. Kasih sayang harus dijaga.

Tentunya kasih sayang adalah pemberian Tuhan. Tapi pertama, penjagaan dan kedua, melemahkan atau meningkatkannya tergantung pada diri kitasendiri.

Ayah dan ibu punya peran penting dalam mewujudkan kasih sayang. Ayah dan ibu harus berusaha menjadikan keduanya saling menyayangi. Bila seandaianya ayah dan ibu melihat sesuatu yang tidak menyenangkan dari menantunya, maka jangan sampai menyampaikannya kepada anaknya sendiri. Biarkan keduanya semakin hari semakin akrab dan semakin menyayangi satu sama lainnya.

Ketika ada kasih sayang, maka segalanya bisa dilakukan; kalian bisa membenahi akhlak, kalian bisa membenahi agamanya, kalian bisa saling memaafkan aib yang ada, kalian bisa saling melakukan amar makruf dan nahi mungkar. Dengan kasih sayang, semua masalah bisa terselesaikan. Bagaimana kasih sayang bisa tetap ada? Bila Anda sebagai istri bapak ini, maka Anda harus berusaha agar kasih sayang Anda menetap di hatinya. Bagaimana caranya? Tariklah kepercayaannya terhadap Anda. Yakinkan bahwa Anda setia pada amanat yang diberikannya. Sebagai penjaga rahasianya. Sebagai penjaga kehormatannya. Sebagai penjaga harga dirinya. Sebagai penjaga hartanya. Kalian sendiri [suami] juga harus menjaga dan memelihara kasih sayang kalian di hatiistri kalian. Kalian juga demikian, harus menghormatinya, Bukan penghormatan lahiriah dan juga bukan penghormatan formalitas, akan tetapi penghormatan hakiki.

penghormatan bukan berarti misalnya saling memanggil dengan gelar dan adab tertentu. Tapi suami sepenuh hati ada rasapenghormatan terhadap istrinya dan istri juga demikian.Kalian [suami] harus setia kepadanya. Jangan menghinanya. Jangan mengabaikannya. Bila kalian menunda kepulangan sampai akhir malam, di permulaan malam kalian kumpul dengan teman-teman, kerabat dan famili, kemudian akhir malam baru kembali ke rumah; sementara istri kalian sendirian di rumah, sudah makan malam atau belum makan malam, mengantuksampai kalian kembali ke rumah pukul lima pagi, pukul empat pagi. Ini adalah mengabaikan istri. Kasih sayang bak salju, karena sikap-sikapseperti inilah ia akan mencair.Bila suami kalian menunggu di rumah. Kalian berbincang-bincang dengan saudara, bercanda dan bertamu; sementara suami kalian sendirian di rumah. Apalagi kalian sudah punya anak, dan dia yang menjaga anak beberapa jam lamanya di rumah. Kalian tidak memasak makanan, tidak mencuci pakaiannya, tidak menyetrika, tidak mengerjakan apapun, dengan sikap-sikap tak peduli seperti ini, kalian menghancurkan kasih sayang.

Hati-hatilah jangan sampai terjadi sikap-sikap dari kalian yang membuat kalian saling mengeluh dan benci. Perhatikan dengan baik, suami kalian atau istri kalian sensitif terhadap apa saja. Jauhilah hal-halitu. Sebagian tidak peduli dan mengulangi kebiasan tersebut. Yang demikian ini jelek.Demikian juga para istri. Katakanlah ada istri-sitri yang lebih mementingkan kemauannya– kita harus beli barang tertentu, kita harus pergi ke tempat tertentu dan lain sebagainya- dari pada kenyamanan suaminya. Apa perlunya? Intinya adalah kalian berdua. Sementara semua yang ada di dunia ini adalah cabang kalian. Saling milikilah satu sama lainnya. Saling sayangilah satu sama lainnya.

Kasih sayang bukan gunung sehingga tetap ada. Kasih sayang harus dijaga. Seperti bunga. Harus dijaga. Harus disirami. Harus dipelihara supaya tetap ada. Bila kasih sayang tetap ada, maka kehidupan akan menjadi indah. Pada saat itu berusahalah untuk membesarkan anak-anak yang akan kalian miliki di dalam lingkungan penuh kasih sayang dan menyenangkan. Tentunya kalian juga harus tegas dalam menjaga prinsip. Masing-masing dari kalian jangan sampai mengizinkan pasangannya melakukan perbuatan yang salah, perbuatan dosa, akhlak yang buruk dan kelakuan yang merusak. Anaknya juga harus demikian. Tentunya jangan sampai dengan sikap kekerasan, tapi selesaikanlah masalah-masalah dan ketidakberesan yang ada di antara kalian berdua dengan akal, dengan pemikiran dan dengan manajemen. Bila sudah demikian, maka kehidupan akan menjadi makmur. Bila sudah demikian, maka generasi yang akan datang akan menjadi baik, akan tertib. Kehidupan seperti ini akan langgeng, tidak akan hancur. 

Ali bin Abi Thalib: Demi Tuhan Ka’bah, Sungguh Aku Telah Berjaya


Detik-Detik Terakhir 

Ummu Kaltsum, putri bungsu Fathimah Azzahra ‘alayhas-salam itu, lantas menuturkan apa yang terjadi di detik-detik yg paling mempesona dari kehidupan ksatria langit, kekasih Allah dan Rasulullah ini sebagai berikut.

Ummu Kaltsum berkata :

“Aku melihat ayahku shalat hingga tengah malam. Di serangkaian shalatnya, beliau sebentar-sebentar keluar rumah, menengok sejenak ke langit dan kembali lagi untuk shalat. Tangisannya lebih panjang dari biasanya. Rukuknya lebih lama, sujudnya lebih lama. Lantunan munajatnya pun lebih syahdu dari hari-hari biasanya.”

Imam Ali tenggelam dalam ibadah hingga menjelang subuh. Di sela-selanya, dia beberapa kali seperti berbicara pada dirinya sendiri:

“Sepertinya inilah malam yang dijanjikan kekasihku, Rasulullah.”

“Ya Allah, Engkau tak pernah berbohong dan aku pun tidak akan mengkhianati-Mu. Inilah malam kematian yang Kau janjikan padaku.”

“Lailaha Illallah. Hukum sebab akibat senantiasa terjadi. Sebentar lagi ketetapan Allah akan diputuskan.”

Ummu Kaltsum hanya bisa berurai air mata. Kakeknya Rasulullah saw. Pernah mengatakan bahwa Ali akan Syahid dibunuh :

“Saudara pembunuh onta suci Nabi Shaleh” pada Jumat terakhir bulan Ramadhan. Imam Ali dan semua keluarga dekat Nabi tahu persis siapa orangnya: Abdurrahman Ibnu Muljam.

Nama Ibnu Muljam sebenarnya sudah lama dikenal oleh keluarga Nabi.

Suatu kali Kumayl bin Ziyad, sahabat dekat dan penyimpan rahasia Imam Ali, pernah menemani beliau menelusuri lorong-lorong Kufah di malam hari. Di tengah2 perjalanan, terdengar suara ayat Alquran dari masjid.

Kumayl berkata :

“Ya Amirul Mu’minin, alangkah merdunya suara itu.”

Imam Ali menimpali :

“Ya Kumayl, itulah suara orang (Abdurrahman bin Muljam) yang akan menebas pedangnya ke kepalaku di saat aku sedang shalat subuh.”

Ali sadar tak ada hukum yang bisa dilakukan untuk kejahatan yang belum dikerjakan. Dia juga tahu kematian adalah sesuatu yang menyeramkan tapi perhatian pada Tuhan akan melenyapkan semua ketakutan apapun di alam ini.

Malam itu, dalam perjalanan menuju Masjid Kufah, Imam Ali beberapa kali menengok ke langit.

Di mesjid Kufah, dia mendapati Ibnu Muljam tidur telungkup. Dia pun menasehatinya:

“Innas sholata tanha ‘anil fahsyai wal munkar. Sesungguhnya shalat mencegah perbuatan fasik dan munkar.

Yang disapa dan dinasehati membantu, tak kunjung beranjak. Lalu Imam Ali berkata lirih:

“Kau sepertinya bertekad mengerjakan sesuatu yg sangat berbahaya, sangat mengerikan. Kalau aku mau, akan kuceritakan padamu apa yang ada di balik bajumu itu.”

Imam Ali tahu di balik baju Ibnu Muljam, semoga Allah swt mengutuknya, tersimpan pedang beracun. Tapi dia tak mempedulikannya untuk sebuah alasan yang belum pernah didengar dunia.

Setelah azan subuh tanggal 19 Ramadhan berkumandang, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib kembali keluar masjid, dan menengok ke fajar yang menyingsing. Kemudian dengan suara parau, beliau mengucapkan selamat berpisah kepada fajar:

Imam Ali berkata :

”Wahai Fajar.. sepanjang Hayat Ali.. Pernahkah engkau muncul dan mendapatkannya tertidur ??

Di mihrab, Ali memulai shalatnya seorang diri. Dia seperti sengaja memperpanjang rukuk dan sujudnya. Ibnu Muljam, seperti orang-orang di zaman itu, tahu persis betapa Ali tak pernah mempedulikan apapun saat shalat. Dia kemudian datang mendekat. Dan dari depan, dia mulai mengayunkan pukulan ke kepala Ali, tepat saat Ali ingin bangun dari sujud partamanya.

Darah lalu mengucur deras. Dahi Ali koyak. Janggutnya meneteskan darah. Tapi tak ada erangan dari mulut Ali. Justru pujian pada Tuhan.

Imam Ali berkata :

“Bismillah, wa billah wa ‘ala millati Rasulillah…

Dengan suara melengking, Imam Ali kemudian berteriak:

“Fuztu wa Rabbil Ka’bah…Demi Tuhan Ka’bah, sungguh aku telah berjaya.”

Seiring dengan suara Imam Ali, seluruh penduduk Kufah mendengar gelegar suara keras Jibril yang mengabarkan berita duka itu, hingga semua warga berhamburan keluar rumah untuk menuju masjid jami Kufah.

Ummu Kalsum yang mendengar suara itu dari rumah sontak menjerit lirih:

“Waaah Abataaah, Waaah Aliyaah” (Oooh Ayahku, Ooooh Aliku).

Yang pertama datang menyaksikan Imam Ali bercucuran darah adalah putra sulungnya, Hasan.

Imam Hasan menuturkan bahwa Imam Ali terus berusaha melengkapi rangkaian shalatnya sambil duduk. Badannya menggigil. Setelah salam, dia mengusapkan tanah sujud ke dahinya yang merekah sembari mengucapkan firman Allah dalam surat Thaha ayat 55:

Imam Ali as berkata :

“Dari tanah, kalian Kami ciptakan, dari tanah pula kalian Kami kembalikan dan bangkitkan.”

Semua kejadian disaksikan oleh seluruh putranya, terutama Hasan yang tak kuasa menahan airmata. Imam Ali meminta Hasan untuk mengimami jamaah shalat. Beliau mengikuti dari belakang dengan gerakan isyarat sambil terus membersihkan cucuran darah dari kening sucinya.

Seusia shalat, Hasan langsung kembali menengok ayahnya, didampingi Husein dan seluruh putra Ali yang lain.

Hasan berkata :

"Duhai Ayahku, tak kuasa aku melihatmu begini…sungguh ini sangat menghancurkan hatiku. Berat sekali bagiku melihatmu seperti ini."

Imam Ali membuka matanya lalu berkata:

"Anakku Hasan…jangan bersedih. Sebentar lagi aku tidak akan merasakan kegetiran apapun. Lihatlah itu, Kakekmu Muhammad Al-Musthafa, Nenekmu Khadijah Al-Kubra, Ibumu Fathimah Azzahra, dan para bidadari berjejer-jejer menyambut kedatangan ayahmu. Tegarlah dan riangkan hatimu."

Hasan kemudian meletakkan kepala ayahnya di pangkuannya untuk membersihkan darah yang tak berhenti mengucur. Tak lama berselang, Imam Ali pingsan dalam pelukan Hasan. Jerit tangis membahana ke seluruh arah. Hasan pun langsung menciumi wajah ayahnya demikian pula putra-putra Imam yang lain.

Derasnya airmata Hasan menyadarkan Imam Ali. Imam pun langsung bertanya:

“Anakku Hasan, untuk apa tangisan ini? Jangan bersedih atas keadaan ayahmu. Apakah kau bersedih atas keadaanku padahal esok kau akan dibunuh dengan cara diracun dan adikmu Husein akan dibunuh dengan tebasan pedang. Lantas kalian semua akan menyusulku bersama kakek dan ibu kalian.”

Setelah kekacauan terjadi, salah seorang di antara khalayak belakangan masuk membawa Ibnu Muljam. Orang curiga dia lari menjauh dari mesjid dengan pedang berlumur darah sementara seluruh penduduk justru menuju masjid.

Kematian telah mendekati Ali. Rekahan di dahinya begitu dalam. Tapi musibah itu tak merusak karakter keadilan yang larut dalam darah dan dagingnya. Dia melarang orang membalas pada Ibnu Muljam.

Imam Ali as berkaat :

“Aku tahu engkau akan membunuhku…Pasti…Tapi sesungguhnya aku masih berharap pada Allah adanya perubahan pada diri dan nasibmu.”

Ibnu Muljam tak kuasa mendengar kalimat setinggi itu. Dia menangis.

Ibnu Muljam berkata :

“Ya Amirul Mukminin, afa anta tunqidzhu man finnaar (apakah engkau bisa menolong orang yang sudah masuk neraka) ?”

Ali menjawab dengan memerintahkan anak-anaknya mencari susu. Dia kehausan dan meminta mereka mempersilahkan Ibnu Muljam meminumnya lebih dahulu……………….sedangkan Imam meminum sisanya………. Inilah minuman susu terakhirnya.

Imam Ali berkata :

”Wahai, putra-putra ‘Abdul Muthalib, sesungguhnya aku tidak ingin melihat kalian menumpahkan darah kaum Muslimin sambil berteriak “Amirul Mukmini telah dibunuh!” Ingatlah, jangan membunuh dengan alasan kematianku, kecuali atas pembunuhku. Tunggulah hingga aku mati oleh pukulannya ini. Kemudian pukullah dia dengan satu pukulan dan jangan rusakkan anggota-anggota badannya, karena aku telah mendengar Rasulullah saw berkata, “Jauhkan memotong-motong anggota badan sekalipun terhadap anjing gila.

Imam Ali lahir di Ka’bah yang suci dan pada bulan yang suci, di mihrab yang suci dan dalam keadaan bersuci pula dia menyambut kematian. Kufah berduka. Rumah-rumah keluarga Nabi gelap selama beberapa malam.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Hakikat Hari Raya Adalah Ketika Ketaatan Bertambah


Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as pada hari raya memakai pakaian yang sederhana dan makanan yang sederhana.

Ketika itu sahabat melihat beliau dalam keadaan tersebut

mereka bersedih dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin bukankah hari ini hari raya?"

Beliau as menjawab,"Ya benar, sekarang adalah hari raya dan setiap hari dimana ketaatanku bertambah bagiku adalah hari raya."

Seraya mengucapkan;

ﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟْﻌِﻴْﺪُ ﻟِﻤَﻦْ ﻟَﺒِﺲَ ﺍﻟْﺠَﺪِﻳْﺪَ، ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﻌِﻴْﺪُ ﻟِﻤَﻦْ ﻃَﺎﻋَﺘُﻪُ ﺗَﺰِﻳْﺪُ

"Hari raya bukanlah bagi orang yang memakai pakaian baru,

Akan tetapi hari raya bagi yang bertambah ketaatannya.."

ﻭ ﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟْﻌِﻴْﺪُ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﺠَﻤَّﻞَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻠْﺒُﻮْﺱِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺮْﻛُﻮْﺏِ، ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ

ﻟِﻤَﻦْ ﻏُﻔِﺮَﺕْ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮْﺏُ ..

"Hari raya bukanlah bagi orang yang memperindah dirinya

dengan pakain dan kendaraan, Akan tetapi hari raya bagi orang yang dosa-dosanya mendapatkan ampunan.."

ﻭﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﺃﻛﻞ ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ ﻭﺗﻤﺘﻊ ﺑﺎﻟﺸﻬﻮﺍﺕ ﻭﺍﻟﻤﻠﺬﺍﺕ، ﻟﻜﻦ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻥ ﻗﺒﻠﺖ ﺗﻮﺑﺘﻪ

ﻭﺑﺪﻟﺖ ﺳﻴﺌﺎﺗﻪ ﺣﺴﻨﺎﺕ ..

"Bukanlah hari raya bagi orang menyantap makanan yang

lezat, Bersenang-senang dengan syahwat dan yang lezat-lezat.

Akan tetapi bagi orang yang diterima taubatnya dan kejelekannya diganti dengan kebaikan.."

ﺻﺪﻗﺖ ﻳﺎ ﺃﺏ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻳﺎ ﺃﻣﻴﺮﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ

Semoga Allah SWT menjadikan kita diantara orang yang

benar-benar berhari raya....

Keyakinan dan Kesabaran di Bungkus dengan Keikhlasan



Keyakinan, adalah kesederhanaan. Sebuah kesederhanaan yang lahir dari kuatnya jiwa dan karakter seseorang. Keyakinan juga yang membuat Rasulullah, tak pernah berhenti berdo’a untuk penduduk thaif meski lemparan batu, hinaan hingga penolakan terhadap beliau bersama risalahnya. Keyakinan juga yang menumbuhkan kecintaan yang membara seorang Salman Alfarisi yang menempuh perjalanan jauh dengan berbagai cobaan hingga bertemu kekasihnya Muhammad saw. Keyakinan pula yang membuat Ali bin abi Thalib dengan berani menggantikan Rasulullah ketika beliau hendak dibunuh oleh kaum Quraisy. Keyakinan itu tumbuh.. kuat mengakar.. Lahir dari keluhuran budi, kokohnya karakter, dan bersumber dari dentuman cinta mengabadi yang tak pernah padam untuk Allah dan jihad di jalan-Nya.

Keyakinan adalah teman setianya gairah yang selalu bersumber dari cinta. Keyakinan adalah kekuatan yang takkan pernah habis untuk selalu memberi energi bagi jiwa untuk menunggu, “membangun”, menguatkan, hingga berbagai defenisi tindakan yang terkadang tak bisa diterima oleh akal. Keyakinan hadir seperti sumber cahaya, ia adalah sumbu lilin yang terus terbakar, ia adalah sumbu sinaran yang menjadi alat untuk memberikan ruang terangnya.

Jika keyakinan adalah alasan terbesar seseorang untuk bertahan. Maka pasangan jiwanya adalah kesabaran. Kesabaranlah yang membuat orang untuk terus bersama dengan keyakinannya. Jika keyakinan adalah sumbu untuk memberikan cahaya, maka kemampuan untuk menerangi selama mungkin adalah sebuah defenisi sederhana tentang kesabaran. Kesabaran selalu menghasilkan berjuta pesona bagi sejarah. Bilal bib Rabah dan para sahabat nabi lainnya, lebih memilih untuk bersabar bersama dengan siksaan oleh kaum kafir Quraisy , kesabaran merekalah-lah yang membuat cerita jihad menggelora di dalam dada jutaan pejuang di seantero mayapada. Bagaimana Yusuf AS, yang lebih memilih penjara agar mampu terus mengenal-Nya. Bagaimana keluarga Yasir & Sumayyah meneladani semua wanita dengan semangat jiwanya untuk terus bersabar menahan siksaan kaum kafir hingga menjadi syuhada pertama dalam Islam. Mereka adalah karakter-karakter yang menyejarah.. selalu indah untuk dikenang.

Gabungan antara keyakinan dan kesabaran akan menghasilkan semangat yang takkan pernah padam. Keberanian akan menjadi temannya, kesolehan akan menjadi pakaian mereka, kebeningan hati dan keikhlasan akan selalu mengisi hidup mereka, dan hasilnya… Karya-karya besar bagi peradaban akan tercipta dari segala bentuk usaha mereka.

Yakinlah… bahwa Allah takkan pernah menyia-nyiakan segala usahamu.. Bersabarlah, hingga kelak… Ketika sabarmu telah habis masanya.. Perbahuilah terus ia dengan sebuah KEYAKINAN… Bahwa Allah takkan pernah membuatmu kecewa…


Bu, Calon Istriku Tidak Bisa Masak?


Dialog seorang Anak dengan Ibunya disuatu hari.

 "Ibu msak apa? Boleh aku bantu?

"Ini masak ikan Gurame kesukaan bapak"

"Alhamdulillah, pasti lezat. Bu, calon istri ku tidak bisa masak"

"Iya. Lalu kenapa?"

"Ya tidak kenapa-napa bu, cuma mau cerita aja. Takut ibu kecewa. Hehe"

"Apa kamu pikir tugas mencuci, memasak, menyapu, mengurus rumah dll adalah kewajiban wanita?"

Aku menatap ibu tidak paham, lalu beliau melanjutkan, "ketahuilah nak, itu adalah kewajiban lelaki,  kewajibanmu nanti jika mnjadi suami"

"Loh bukannya ibu setiap hari melakukannya?"

"Kewajiban istri adalah taat dan mencari ridho suami. Karena bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah, jadi ibu membantu mengurus rumahnya, bukan atas nama kewajiban, tapi sebagai wujud cinta dan juga wujud istri yg mencari Ridho suami"

"Aku bingung bu"

"Baik sayang, Ini ilmu untukmu yg mau menikah. Menurut kamu, pengertian nafkah itu apa? Bukankah kewajiban laki-laki menafkahi istri? Baik itu sandang, pangan dan papan kan?"

"Iya tentu saja ibu"

"Nah, Pakaian yg bersih itu nafkah, sehingga mencuci adalah kewajiban suami. Makanan itu nafkah jadi kalau masih berupa beras itu masih setengah nafkah, karena belum bisa dimakan, maka memasak itu kewajiban suami.

 Lalu menyiapkan tempat tinggal itu adalah kewajiban suami, maka membersihkan rumah juga kewajiban suami"

"Waah sampai segitunya yah bu? Lalu jika seperti itu mengapa ibu masih tetap melakukn itu semua bu, tanpa menuntut bapak?"

"Karena ibu ingin dapatkan Ridho suami, ibu mencari pahala agar selamat di akhirat sana. Karena ibu mencintai ayahmu, mana mungkin Ibu tega membiarkan ayahmu melakukan itu semua."

Aku mulai paham dan diam terpesona.

"Jadi laki-laki salah sangka yah bu, harusnya suami lebih bersyukur dan berterima kasih kepada istri, tapi bu, kalau calon istriku tau hal ini lalu dia malas-malasan, bagaimana bu?"

"Wanita beragama yg baik tentu tahu bahwa ia ingin mencari Ridho suaminya, sehingga tidak mungkin ia setega itu.

 Sedang laki-laki beragama yang baik tentu tahu bahwa istrinya telah banyak membantu sehingga tidak ada cara lain selain lebih mencintainya.

 Menikah bukan soal menuntut hak, istri menuntut haknya dan suami tuntut haknya pula. Tapi menikah itu berlomba-lomba berusaha melakukan hal yg terbaik, istri membantu suami dan suamipun harus membantu istri. Toh impiannya juga ingin ke syurga sama-sama, maka saling mengasihilah sama-sama....

Semoga ini bermanfaat bagi semua pembaca yang ingin hidup bahagia di atas Ridho Allah SWT..amiin


6 Hal Yang ditanyakan ke Rasulullah SAW Yang Mencakup Kehidupan Dunia dan Akherat


قَالَ اْلاِمَامُ أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلِىٌّ (ع):

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ صَلىَ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ: 

Berkata Imam Ali Amirul Mukminin a.s. : 

“Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata: 

فَقَالَ عَلِّمْنِى عَمَلاً يُحِبُّنِىْ اللهُ تَعَالَىْ عَلَيْهِ، وَيُحِبُّنِىْ الْمَخْلُوقُونَ، وَيُثْرِىَ اللهُ مَالِى، وَيُصِحُّ بَدَنِى

وَيُطِيْلُ عُمْرِى، وَيَحْشُرُنِىْ مَعَكَ

‘Ajarilah aku suatu amalan yang membuat aku dicintai oleh Allah, dicintai oleh para makhluk, Allah memperbanyak hartaku, menyehatkan badanku, memanjangkan umurku, dan membangkitkan aku di Mahsyar bersamamu wahai Nabi.

قَالَ: هَذِهِ سِتُّ خِصَالِ تَحْتَاجُ اِلَى سِتِّ خِصَالٍ: 

Rasulullah SAW kemudian bersabda : 

“Permintaanmu yang enam perkara memerlukan enam perkara lainnya: 

اِذَا أَرَدْتَ أَنْ يُحِبَّكَ اللهُ فَخِفْهُ وَاتَّقِهِ 

Bila engkau ingin dicintai Allah, takutlah kepada-Nya dan bertaqwalah

وَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ يُحِبَّكَ الْمَخْلُوقُوْنَ، فَاَحْسِنْ إِلَيْهِمْ  وَارْفُضْ مَافِىْ اَيْدِيْهِمْ 

Bila engkau ingin dicintai para makhluk, berbuat baiklah kepada mereka, dan jangan berharap sesuatu dari yang mereka miliki

وَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ يُثْرِىَ اللهُ مَالَكَ فَزَكِّهِ 

Dan bila engkau ingin diperkaya dalam harta, maka zakatilah harta bendamu 

وَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ يُصِحَّ اللهُ بَدَنَكَ فَاَكْثِرْ مِنَ الصَّدَقَةِ 

Bila engkau ingin disehatkan badanmu, maka perbanyaklah sodaqoh

وَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ يُطِيْلَ اللهُ عُمْرَكَ فَصِلْ ذَوِى أَرْحَامِكَ 

Dan bila engkau ingin diperpanjang umurmu, maka bersilaturrahmilah kepada keluargamu 

وَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ يَحْشُرَكَ اللهُ مَعِى فَأَطِلِ السُّجُوْدَ بَيْنَ يَدَىِ اللهُ الْوَاحِدِ الْقَهَارِ 

Dan bila engkau ingin dikumpulkan bersamaku di padang mahsyar maka perpanjanglah sujudmu kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Perkasa..

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

احب الناس إلى الله أنفعهم للناس

Orang yang paling Allah cintai adalah yang paling bermanfaat untuk manusia.

وأحب الأعمال إلى الله عز و جل سرور يدخله على مسلم

Dan amal yang paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla kegembiraan yang ia masukkan ke hati muslim.

أو يكشف عنه كربة

Atau menghilangkan kesusahannya.

أو يقضى عنه دينا 

Atau membayarkan hutangnya.

أو يطرد عنه جوعا

Atau mengusir kelaparannya.

ولأن أمشي مع أخ في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في هذا المسجد شهرا

Aku berjalan bersama saudaraku untuk kebutuhannya, lebih aku sukai dari pada beri'tikaf di masjid ini selama sebulan.

ومن كف غضبه ستر الله عورته 

Siapa yang menahan amarahnya, Allah akan menutupi aibnya.

ومن كظم غيظه ولو شاء أن يمضيه أمضاه ملأ الله قلبه رجاء يوم القيامة

Siapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melaksanakannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan pengharapan pada hari kiamat.

ومن مشى مع أخيه في حاجة حتى تتهيأ له أثبت الله قدمه يوم تزول الأقدام

Siapa yang berjalan untuk memenuhi kebutuhan saudaranya sampai terpenuhi, maka Allah akan kokohkan kakinya di hari kaki-kaki terpeleset (dalam neraka).

وإن سوء الخلق يفسد العمل كما يفسد الخل العسل

Sesungguhnya akhlak yang buruk dapat merusak amal sebagaimana cuka merusak madu.

(HR Ath Thabrani dalam Al Mu'jamul Kabiir dan dihasankan oleh Syaikh Al AlBani dalam silsilah shahihah no 905).

Sebuah Dialog : Bagaimana Menunaikan Ibadah Haji Yang Sempurna Secara Maknawi

 


Dialog ini terjadi antara Imam Ali Zainal Abidin dengan Asy-Syibli. Asy-Syibli adalah seorang ulama sufi besar dan terkenal hingga sekarang, khususnya di kalangan para sufi. 

Imam Ali Zainal Abidin adalah putera Al-Husein cucu Rasulullah saw. Dialog ini di terjemahkan dari kitab Al-Mustadrak. Berikut ini dialognya:


Saat pulang ke Madinah usai menunaikan ibadah haji, Asy-Syibli datang kepada gurunya Ali Zainal Abidin (ra) untuk menyampaikan pengalamannya selama menunaikan ibadah haji. 

Dalam pertemuan itu terjadilah dialog antara seorang guru dengan muridnya.

Ali Zainal Abidin : Wahai Syibli, Anda sudah menunaikan ibadah haji?

Asy-Syibli: Ya, sudah yabna Rasulillah (wahai cucu Rasulillah)

Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah berhenti miqat, kemudian menanggalkan semua pakaian terjahit yang dilarang bagi orang yang menunaikan ibadah haji, kemudian Anda mandi sunnah untuk memakai baju ihram?

Asy-Syibli: Ya, semua sudah saya lakukan.

Ali Zainal Abidin : Apakah ketika berhenti di miqat Anda menguatkan niat, dan menanggalkan semua pakaian maksiat kemudian menggantinya dengan pakaian ketaatan?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Pada saat Anda menanggalkan pakaian yang terlarang itu apakah Anda sudah menghilangkan perasaan riya’, munafik, dan semua subhat (yang diragukan hukumnya).

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika Anda mandi sunnah dan membersihkan diri sebelum memakai pakaian ihram, apakah Anda juga berniat membersihkan diri dari segala macam noda-noda dosa?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum berhenti miqat, belum menanggalkan pakaian yang yang terjahit, dan belum mandi membersihkan diri.

Ali Zainal Abidin : Ketika Anda mandi, berihram dan mengucapkan niat untuk memasuki ibadah haji, apakah Anda sudah menguatkan niat dan tekad hendak membersihkan diri dan mensusikannya dengan pancaran cahaya taubat dengan niat yang tulus karena Allah swt?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Apakah pada saat memakai baju ihram Anda berniat untuk menjauhkan diri dari segala yang diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla.

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin (ra): Apakah ketika berada dalam ibadah haji yang terikat dengan ketentuan-ketentuan haji, Anda telah melepaskan diri dari segala ikatan duniawi dan hanya mengikatkan diri dengan Allah swt?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum membersihkan diri, belum berihram, dan belum mengikat diri Anda dalam menunaikan ibadah haji.

Ali Zainal Abidin : Bukankah Anda telah memasuki miqat, shalat ihram dua rakaat, kemudian mengucapkan talbiyah?

Asy-Syibli: Ya, semua itu sudah saya lakukan.

Ali Zainal Abidin : Ketika memasuki miqat apakah Anda berniat akan melakukan ziarah untuk mencari ridha Allah swt?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Pada saat melaksanakan shalat ihram dua rakaat, apakah Anda berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan tekad akan memperbanyak shalat sunnah yang sangat tinggi nilainya?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum memasuki miqat, belum mengucapkan talbiyah, dan belum menunaikan shalat ihram dua rakaat.

Ali Zainal Abidin : Apakah Anda telah memasuki Masjidil Haram, memandang Ka’bah dan melakukan shalat disana?

Asy-Syibli: Ya, semua sudah saya lakukan.

Ali Zainal Abidin : Pada saat memasuki Masjidil Haram, apakah Anda bertekad untuk mengharamkan diri Anda dari mengunjing orang-orang islam?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika sampai di kota Mekkah, apakah Anda menguatkan keyakinan bahwa hanya Allah-lah tujuan hidup?

Asy-Syibli: Tidak

Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum memasuki MasjidilHaram, belum memandang Ka’bah, dan belum melakukan shalat di dekat Ka’bah.

Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah melakukan thawaf, dan sudah menyentuh sudut-sudut Ka’bah?

Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukan thawaf.

Ali Zainal Abidin : Ketika thawaf, apakah Anda berniat untuk lari menuju ridha Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum melakukan thawaf, dan belum menyentuh sudut-sudut Ka’bah.

Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah berjabatan tangan dengan hajar Aswad, dan melakukan shalat sunnah di dekat Maqam Ibrahim?

Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukannya.

Ali Zainal Abidin : Mendengar jawaban Asy-Syibli, Ali Zainal Abidin (ra) menangis dan memandangnya seraya berkata:

“Ya sungguh benar, barangsiapa yang berjabatan tangan dengan Hajar Aswad, ia telah berjabatan tangan dengan Allah. Karena itu, ingatlah baik-baik wahai manusia, janganlah sekali-kali kalian berbuat sesuatu yang menghinakan martabatmu, jangan menjatuhkan kehormatanmu dengan perbuatan durhaka dan maksiat kepada Allah Azza wa Jalla, jangan melakukan apa saja yang diharamkan oleh Allah swt sebagaimana yang dilakukan orang-orang yang bergelimang dosa.

Ali Zainal Abidin : Ketika berdiri di Maqam Ibrahim, apakah Anda menguatkan tekad untuk berdiri di jalan kebenaran dan ketaatan kepada Allah swt, dan bertekad untuk meninggalkan semua maksiat?

Asy-Syibli: Tidak, saat itu tekad tersebut belum kusebutkan dalam niatku.

Ali Zainal Abidin : Ketika melakukan shalat dua rakaat di dekat Maqam Ibrahim, apakah Anda berniat untuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim dalam shalat ibadahnya, dan kegigihannya dalam menentang bisikansetan.

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum berjabatan tangan dengan Hajar Aswad, belum berdiri di Maqam Ibrahim, dan belum melakukan shalat di dekat Maqam Ibrahim.

Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah memperhatikan sumur air Zamzam dan minum airnya?

Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukannya.

Ali Zainal Abidin : Ketika memperhatikan sumur itu, apakah Anda mencurahkan semua perhatian untuk mematuhi semua perintah Allah. Dan apakah saat itu Anda berniat untuk memejamkan mata dari segala kemaksiatan.

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum memperhatikan sumur air Zamzam dan belum minum air Zamzam.

Ali Zainal Abidin : Apakah Anda melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah?

Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukannya.

Ali Zainal Abidin : Apakah saat itu Anda mencurahkan semua harapan untuk memperoleh rahmat Allah, dan bergetar tubuhmu karena takut akan siksaan-Nya?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum melakukan sa’i antara Shafa dan Marwa.

Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah pergi ke Mina?

Asy-Syibli: Ya, tentu sudah.

Ali Zainal Abidin : Apakah saat itu Anda telah sunggu-sungguh bertekad agar semua manusia aman dari gangguan lidah, hati dan tangan Anda sendiri?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum pergi ke Mina.

Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah wuquf di padang Arafah? Sudahkah Anda mendaki Jabal Rahmah? Apakah Anda sudah mengunjungi lembah Namirah dan berdoa di di bukit-bukit Shakharat?

Asy-Syibli: Ya, semuanya sudah saya lakukan.

Ali Zainal Abidin : Ketika berada di Padang Arafah, apakah Anda benar-benar menghayati makrifat akan keagungan Allah? Dan apakah Anda menyadari hakekat ilmu yang dapat mengantarkan diri Anda kepada-Nya? Apakah saat itu Anda menyadari dengan sesungguhnya bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan, perasaan dan suara nurani?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika mendaki Jabal Rahmah, apakah Anda tulus ikhlas mengharapkan rahmat Allah untuk setiap mukmin, dan mengharapkan bimbingan untuk setiap muslim?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika berada di lembah Namirah apakah Anda punya tekad untuk tidak menyuruh orang lain berbuat baik sebelum terlebih dahulu Anda menyuruh diri Anda berbuat baik? Apakah Anda bertekad tidak melarang orang lain berbuat maksiat sebelum Anda mencegah diri Anda dari perbuatan tersebut?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika Anda berada di bukit-bukit itu, apakah Anda benar-benar menyadari bahwa tempat itu merupakan saksi atas segala kepatuhan kepada Allah swt. Dan Tahukah Anda bahwa bukit-bukit itu bersama para malaikat mencatatnya atas perintah Allah Penguasa tujuh langit dan bumi?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Kalau begitu Anda belum berwuquf di Arafah, belum mendaki Jabal Rahmah, belum mengunjungi lembah Namirah dan belum berdoa di tempat-tempat itu. 

Ali Zainal Abidin : Apakah Anda melewati dua bukit Al-Alamain dan menunaikan shalat dua rakaat sebelumnya? Apakah setelah itu Anda melanjutkan perjalanan menuju Muzdalifah, mengambil batu di sana, kemudian berjalan melewati Masy’aril Haram?

Asy-Syibli: Ya, semuanya sudah saya lakukan.

Ali Zainal Abidin : Ketika Anda melakukan shalat dua rakaat, apakah Anda meniatkan shalat itu sebagai shalat Syukur, shalat untuk menyampaikan rasa terima kasih pada malam tanggal 10 Dzulhijjah, dengan harapan agar tersingkir dari semua kesulitan dan mendapat kemudahan?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika melewati dua bukit itu dengan meluruskan pandangan, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, apakah Anda benar-benar bertekad tidak akan berpaling pada agama lain, tetap teguh dalam agama Islam, agama yang hak yang diridhai oleh Allah swt? Benarkah Anda memperkuat tekad untuk tidak bergeser sedikitpun, baik dalam hati, ucapan, gerakan maupun perbuatan?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika berada di Muzdalifah dan mengambil batu di sana, apakah Anda benar-benar bertekah untuk melempar jauh-jauh segala perbuatan maksiat dari diri Anda, dan berniat untuk mengejar ilmu dan amal yang diridhai oleh Allah swt?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Pada saat Anda melewati Masy’aril Haram, apakah Anda bertekad untuk menjadikan diri Anda sebagai keteladan kesucian agama Islam seperti orang-orang yang bertakwa kepada Allah swt?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum melewati Al-Alamain, belum melakukan shalat dua rakaat, belum berjalan menuju Muzdalifah, belum mengambil batu di tempat itu, dan belum melewati Masy’aril Haram.

Ali Zainal Abidin : Wahai Syibli, apakah Anda telah sampai di Mina, telah melempar Jumrah, telah mencukur rambut, telah menyembelih binatang kurban, telah menunaikan shalat di masjid Khaif; kemudian kembali ke Mekkah dan melakukan thawaf ifadhah?

Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukannya.

Ali Zainal Abidin : Setelah tiba di Mina, apakah Anda menyadari bahwa Anda telah sampai pada tujuan, dan bahwa Allah telah memenuhi semua hajat Anda?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Pada saat melempar Jumrah, apakah Anda bertekad untuk melempar musuh Anda yang sebenarnya yaitu iblis dan memeranginya dengan cara menyempurnakan ibadah haji yang mulia itu?

Asy-Syibli: Tidak

Ali Zainal Abidin : Ketika Anda mencukur rambut, apakah Anda bertekad untuk mencukur semua kehinaan diri Anda sehingga diri Anda menjadi suci seperti baru lahir perut ibu Anda?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika melakukan shalat di masjid Khaif, apakah Anda benar-benar bertekad untuk tidak merasa takut kepada siapaun kecuali kepada Allah swt dan dosa-dosa yang telah Anda lakukan.

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika Anda menyembelih binatang kurban, apakah Anda bertekad untuk memotong belenggu kerakusan diri Anda dan menghayati kehidupan yang suci dari segala noda dan dosa? Dan apakah Anda juga bertekad untuk mengikuti jejak nabi Ibrahim (sa) yang rela melaksanakan perintah Allah sekalipun harus memotong leher puteranya yang dicintai?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Ketika Anda kembali ke Mekkah untuk melakukan thawaf ifadhah, apakah Anda berniat untuk tidak mengharapkan pemberian dari siapapun kecuali dari karunia Allah, tetap patuh kepada-Nya, mencintai-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya?

Asy-Syibli: Tidak.

Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum mencapai Mina, belum melempar Jumrah, belum mencukur rambut, belum menyembelih kurban, belum melaksanakan manasik, belum melaksanakan shalat di masjid Khaif, belum melakukan thawaf ifadhah, dan belum mendekatkan diri kepada Allah swt. Karena itu, kembalilah ke Mekkah, sebab Anda sesungguhnya belum menunaikan ibadah haji.

Mendengar penjelasan Ali Zainal Abidin ,Asy-Syibli menangis dan menyesali kekurangannya yang telah dilakukan dalam ibadah haji. Sejak itu ia berusaha keras memperdalam ilmu Islam agar pada tahun berikutnya ia dapat menunaikan ibadah haji secara sempurna.

Adab dan Doa Ziarah Kubur



Pertama: Ketika memasuki areal kuburan mengucapkan salam.

Abdullah bin Sinan pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bagaimana cara mengucapkan salam kepada penghuni kubur? Beliau menjawab: Ucapkan:

اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَنْتُمْ لَنَا فَرْطٌ وَنَحْنُ اِنْ شَآءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ

Assalâmu ‘alâ ahlid diyâr, minal mu’minîna wal muslimîn, antum lanâ farthun, wa nahnu insyâallâhu bikum lâhiqûn.

Salam atas para penghuni kubur, mukminin dan muslimin, engkau telah mendahului kami, dan insya Allah kami akan menyusulmu.

Atau mengucapkan salam seperti yang diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa):

اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا اَهْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ بِحَقِّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ كَيْفَ وَجَدْتُمْ قَوْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ بِحَقِّ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ اِغْفِـرْ لِمَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، وَاحْشَـرْنَا فِي زُمْرَةِ مَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ عَلِيٌّ وَلِيُّ اللهِ

Assâlamu ‘alâ ahli lâ ilâha illallâh min ahli lâ ilâha illallâh , ya ahla lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh kayfa wajadtum qawla lâ ilâha illallâh min lâ ilâha illallâh, ya lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh ighfir liman qâla lâ ilâha illallâh, wahsyurnâ fî zumrati man qâla lâ ilâha illallâh Muhammadun Rasûlullâh ‘Aliyyun waliyullâh.

Salam bagi yang mengucapkan la ilaha illallah dari yang mengucapkan la ilaha illallah, wahai yang mengucapkan kalimah la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah, bagaimana kamu memperoleh kalimah la ilaha illallah dari la ilaha illallah, wahai la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah ampuni orang yang membaca kalimah la ilaha illallah, dan himpunlah kami ke dalam golongan orang yang mengu¬cap¬kan la ilaha illallah Muhammadur rasululullah Aliyyun waliyyullah.

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang memasuki areal kuburan, lalu mengucapkan (salam tersebut), Allah memberinya pahala kebaikan 50 tahun, dan mengampuni dosanya serta dosa kedua orang tuanya 50 tahun.”

Kedua: membaca:

1. Surat Al-Qadar (7 kali),

2. Surat Al-Fatihah (3 kali),

3. Surat Al-Falaq (3 kali),

4. Surat An-Nas (3 kali),

5. Surat Al-Ikhlash (3 kali),

6. Ayat Kursi (3 kali).

Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar (7 kali) di kuburan seorang mukmin, Allah mengutus malaikat padanya untuk beribadah di dekat kuburannya, dan mencatat bagi si mayit pahala dari ibadah yang dilakukan oleh malaikat itu sehingga Allah memasukkan ia ke surga. Dan dalam membaca surat Al-Qadar disertai surat Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlash dan Ayat kursi, masing-masing (3 kali).”

Ketiga: Membaca doa berikut ini (3 kali):

اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْئَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ اَنْ لاَتُعَذِّبَ هَذَا الْمَيِّتِ

Allâhumma innî as-aluka bihaqqi Muhammadin wa âli Muhammad an lâ tu’adzdziba hâdzal may¬yit.

Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad janganlah azab penghuni kubur ini.

Rasulullah saw bersabda:

“Tidak ada seorang pun yang membaca doa tersebut (3 kali) di kuburan seorang mayit, kecuali Allah menjauhkan darinya azab hari kiamat.”

Keempat: Meletakkan tangan di kuburannya sambil membaca doa berikut:

اَللَّهُمَّ ارْحَمْ غُرْبَتَهُ، وَصِلْ وَحْدَتَهُ، وَاَنِسْ وَحْشَتَهُ، وَاَمِنْ رَوْعَتَهُ، وَاَسْكِنْ اِلَيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ يَسْـتَغْنِي بِهَا عَنْ رَحْمَةٍ مِنْ سِوَاكَ، وَاَلْحِقْهُ بِمَنْ كَانَ يَتَوَلاَّهُ

Allâhumarham ghurbatahu, wa shil wahdatahu, wa anis wahsyatahu, wa amin raw‘atahu, wa askin ilayhi min rahmatika yastaghnî bihâ ‘an rahmatin min siwâka, wa alhiqhu biman kâma yatawallâhu.

Ya Allah, kasihi keterasingannya, sambungkan kesendiriannya, hiburlah kesepiannya, tenteramkan kekhawatirannya, tenangkan ia dengan rahmat-Mu yang dengannya tidak membutuhkan kasih sayang dari selain-Mu, dan susulkan ia kepada orang yang ia cintai.

Ibnu Thawus mengatakan: Jika kamu hendak berziarah ke kuburan orang-orang mukmin, maka hendaknya hari Kamis, jika tidak, maka waktu tertentu yang kamu kehendaki, menghadap ke kiblat sambil meletakkan tangan pada kuburannya dan membaca doa tersebut.

Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah ke orang-orang yang telah meningga? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang baca ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini:

اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ عَنْ جُنُوبِهِمْ وَ صَاعِدْ إِلَيْكَ أَرْوَاحَهُمْ وَ لَقِّهِمْ مِنْكَ رِضْوَانًا وَ أَسْكِنْ إِلَيْهِمْ مِنْ رَحْمَتِكَ مَا تَصِلُ بِهِ وَحْدَتَهُمْ وَ تُونِسُ بِهِ وَحْشَتَهُمْ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْ‏ءٍ قَدِيرٌ

Allâhumma jâfil ardha ‘an junûbihim, wa shâ’id ilayka arwâhahum, wa laqqihim minka ridhwânâ, wa askin ilayhim mir rahmatika mâ tashilu bihi wahdatahum, wa tûnisu bihi wahsyatahum, innaka ‘alâ kulli syay-in qadîr.

Ya Allah, luaskan kuburan mereka, muliakan arwah mereka, sampaikan mereka pada ridha-Mu, tenteramkan mereka dengan rahmat-Mu, rahmat yang menyambungkan kesendirian mereka, yang menghibur kesepian mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Penggalan Khotbah Jum'at Dr Adnan Ibrahim

 Penggalan Khotbah Jum'at Dr Adnan Ibrahim* (Imam Masjid di Swiss - bermazhab Syafi'i).

Dalam khotbah Jum'at-nya yg berjudul "Keluarga Muhammad Saw. Antara Kecintaan dan Kebencian (nushub/kemunafikan)

Mengutip bait2 Syair dari Penyair2 Kristen yg mencintai keluarga Nabi Muhammad saw setelah mempelajari sejarah dan kehidupannya.

Diantaranya: 

*Habib Ghottas

*Edward Murkus

*Boulus (Paulus) Salamah.

Ironis memang Banyak Nasrani yang kagum terhadap  akhlaq dan kehidupan pribadi-pribadi keluarga Nabi saw. Sementara banyak muslimin tidak mengenal sejarah kehidupan keluarga  Nabi saw..

Penyair Kristen Habib Ghottas terkagum-kagum terhadap pribadi Putri kesayang Nabi  Fatimah as. Dan menggubah syair pujian buat beliau as.

Sementara kaum muslimin banyak yang tidak mengenal sejarah hidup nya padahal Fatimah as. disebut Nabi saw dalam sabdanya sebagai "Penghulu wanita ahli sorga" (Shahih Bukhari & Shahih Muslim)

*Khotbah lengkap Dr. adnan Ibrahim* tentang masalah ini bisa ditonton di youtube sbb:



Jangan Berdebat Dengan Orang-Orang Bodoh


 Imam Syafi’i berkata :

مَا نَاظَرْتُ أَحَدًا قَطُّ عَلَى الْغَلَبَةِ

“Aku tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan” [Tawali Ta’sis hlm.113 oleh Ibnu Hajar]

Namun, jika yang kita hadapi ternyata adalah orang2 jahil, maka lain perkaranya. Bahkan Imam Syafi'i rahimahullah berkata :

"Aku MAMPU BERHUJAH dengan 10 orang yang BERILMU, tetapi aku PASTI KALAH dengan SEORANG YANG JAHIL, karena orang yang jahil itu TIDAK PERNAH FAHAM LANDASAN ILMU."

Maka dari itu, kita mending MENGALAH saja dengan orang yang jahil. Jika tidak, maka kita akan sama2 TURUT JAHIL. Maka DIAM saja itu PENYELAMAT, daripada diteruskan saling berbantahan yang TIADA KESUDAHAN.

Lengkapnya dari Imam Syafi'i Rahimahullah dalam SIKAP MENGHADAPI ORANG-ORANG JAHIL :

ﺍِﺫَﺍ ﻧَﻄَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻪُ ﻭَﺗُﺠِﻴْﺒُﻬُﻔَﺦٌﺮْﻳَ ﻣِﻦْ ﺍِﺟَﺎﺑَﺘِﻪِ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮْﺕُ

"Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi"

ﻓَﺎِﻥْ ﻛَﻠِﻤَﺘَﻪُ ﻓَﺮَّﺟْﺖَ ﻋَﻨْﻬُﻮَﺍِﻥْ ﺧَﻠَّﻴْﺘُﻪُ ﻛَﻤَﺪًﺍ ﻳَﻤُﻮْﺕُ

"Apabila kamu melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hati"

ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﺳَﻜَﺖَّ ﻭَﻗَﺪْ ﺧُﻮْﺻِﻤَﺖْ ﻗُﻠْﺖُ ﻟَﻬُﻤْﺎِﻥَّ ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﺏَ ﻟِﺒَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺮِ ﻣِﻔْﺘَﺎﺡُ

"Apabila ada orang bertanya kepadaku,“jika ditantang oleh musuh, apakah engkau diam ??”

Jawabku kepadanya : “Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya.”

ﻭَﺍﻟﺼُّﻤْﺖُ ﻋَﻦْ ﺟَﺎﻫِﻞٍ ﺃَﻭْ ﺃَﺣْﻤَﻖٍ ﺷَﺮَﻓٌﻮَﻓِﻴْﻪِ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻟِﺼَﻮْﻥِ ﺍﻟْﻌِﺮْﺽِ ﺍِﺻْﻠَﺎﺡُ

"Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan"

Lalu Imam Syafi'i berkata :

ﻭَﺍﻟﻜَﻠﺐُ ﻳُﺨْﺴَﻰ ﻟَﻌَﻤْﺮِﻯْ ﻭَﻫُﻮَ ﻧَﺒَّﺎﺡُ

"Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam ?? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong ??"

[“Diwan As-Syafi’i” karya Yusuf Asy-Syekh Muhammad Al-Baqa’i]

Beliau rahimahullah menambahkan :

"Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek

Maka aku tidak ingin untuk menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku bertambah lembut, seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wangi" [Diwan Asy-Syafi’i hal. 156]

Maka : Tidak perlu kita berdebat dengan orang2 yang nantinya hanya akan menghinakan diri kita sendiri, bahkan bisa jadi juga menghinakan para ulama.

Untuk itu Imam Syafi'i berkata kepada orang jahil yang menantangnya berdebat :

"Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku, toh diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukanlah artinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi Singa meladeni anjing"

Dan Nabi Muhammad shållallåhu ‘alayhi wa sallam juga telah bersabda :

“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” [HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah [273] as-Syamilah].

Sudaraku.. Berdebat tidaklah terlarang secara mutlak, karena terkadang untuk meluruskan sebuah syubhat memang harus dilalui dengan berdebat. Dan debat itu terkadang terpuji, terkadang tercela, terkadang membawa mafsadat (kerusakan), dan terkadang membawa mashlahat (kebaikan), terkadang merupakan sesuatu yang haq dan terkadang merupakan sesuatu yang bathil. Namun jika debat dilakukan orang jahil, maka jelas hanya mafsadat-lah yang akan tertampil sebagai hasil.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

خُذِ العَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الجَاهِلِيْنَ

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang jahil" (QS. Al-A’raf: 199).


Aku Tidak Lupa Kepada Hambaku Yang Lupa Kepadaku


 Pada suatu saat  nabi Musa as pergi ke bukit tursina untuk bermunajat kepada Allah Swt, dan bertanya kepada Allah Swt tentang seberapa besar kasih sayang Allah kepada hambanya. 

Setelah mendengarkan keluhan Nabi Musa as, kemudian Allah Swt menyuruh Nabi Musa as untuk turun dari bukit dan melihat kejadian yang akan terjadi di kaki bukit, 

Dan dalam perintah ini Nabi Musa as tak boleh ikut campur atas kejadian itu, tetapi hanya boleh melihat saja. 

Kemudian Nabi Musa as melaksanakan perintah Allah Swt, dan sesampainya di kaki bukit, Nabi Musa as melihat seseorang berjalan sempoyongan sambil mabuk berjalan menuju ke salah satu rumah, 

Sesampainya di rumah tersebut, dia memukul-mukul pintu sambil berteriak, ”buka….buka….” tak lama kemudian pintu dibuka oleh seorang perempuan tua yang bersinar wajahnya, 

Ketika melihat perempuan itu, si pemabuk langsung memukul orang tersebut sampai babak belur, kemudian ketika orang tua itu jatuh si pemabuk menendang-nendang, masih tak puas juga si pemabuk menyeret orang tua yang tak lain adalah ibunya itu ke bukit yang terjal dan dipenuhi oleh banyak batu-batu yang tajam, 

Ketika sampai diatas bukit si pemabuk (anak durhaka) melempar orang tua itu (ibunya) ke bawah bukit, kemudian setelah puas si pemabuk durhaka itu turun sempoyongan sambil kesakitan terkena bebatuan yang tajam, ketika melihat hal itu si ibu yang  tergeletak dengan penuh luka berteriak: 

“Hati-hati anakku.. 

Jangan sampai kakimu terluka terkena batu-batu yang tajam, rasanya aku ingin jadi alas kakimu biar aku yang terluka dan kakimu tak terluka." 

Ketika melihat hal ini, Nabi Musa as berteriak:

”Ya Allah.. Kasih sayang macam apa ini yang tak ada dendam sama sekali..” 

Kemudian Allah Swt berfirman kepada Nabi Musa as:

”Wahai musa.. Ketahuilah kasih sayangku terhadap hamba-hambaku lebih besar dari kasih sayang seorang ibu itu kepada anaknya, 

Wahai musa.. Beritahu hamba-hambaku untuk bertobat atas dosa-dosanya, dan suruhlah mereka (hamba-hambaku ) untuk menemuiku dan meminta kepadaku, aku akan kabulkan do'anya…”

Ada hadis dari Nabi Muhammad saw : 

“Allah Swt berfirman dalam hadist gudsi: 

'Aku tidak lupa kepada hambaku yang lupa kepadaku, 

Bagaimana aku terhadap hambaku yang datang kepadaku.' 

(Allah Swt pasti akan memuliakan hamba-hambanya yang datang kepadanya.)"

Kalau kita ingin bertemu kepada orang-orang yang berpangkat atau orang-orang yang terkenal, maka kita harus membikin janji terlebih dahulu, 

Kita memiliki Tuhan (ALLAH SWT) dialah dzat yang maha mulia, tak ada yang bisa menandinginya, 

Dan kita bisa bertemu dengannya setiap saat tanpa janji terlebih dahulu, kenapa kita melupakannya, 

Sungguh benar orang-orang yang masuk neraka itu karena ulahnya sendiri bukan orang lain.

Belajar Kesabaran dari Anak Kecil



Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkisah;

*تعلمتُ الصبر من صبي صغير ,*

*ذهبت مرة إلى المسجد فوجدت امرأة داخل دارها تضرب ابنها,* 

*وهو يصرخ ففتح الباب وهرب* . 

*فأغلقت عليه الباب فلما رجعتُ نظرت*ُ , 

*فلقيت الولد بعدما بكى قليلاً , نام على عتبة الباب يستعطف أمه , فرَقّ قلب الأم ففتحت له الباب*

"Aku belajar kesabaran dari seorang anak kecil, suatu ketika aku pernah berjalan ke masjid.

Aku mendapati seorang wanita (Ibu) di dalam rumahnya sedang memukuli anaknya.

Anak itu berteriak, lalu membuka pintu dan kemudian lari.

Maka wanita (Ibu) itu pun mengunci pintu rumahnya..

Tatkala aku pulang (dari masjid), aku (kembali) memperhatikan.

Aku mendapati anak itu telah tertidur di dekat daun pintu, sesudah menangis beberapa saat.

Dia sedang berharap belas kasihan ibu-nya, maka luluhlah hati sang ibu dan ia pun membukakan pintu itu untuk anaknya.."

Kemudian Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib menangis lalu Beliau berkata 

*سبحان الله ! لو صبر العبد على باب الله - عز وجل - لفتح الله له*

"Subhanallah, kalau seorang hamba bisa bersabar di depan pintu (rahmat) Allah, niscaya Allah akan membukakan pintu itu untuknya."

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata 

*جدوا بالدعاء فإنه من يُكثر قرع الباب يوشك أن يفتح له*

"Bersungguh-sungguhlah dalam memanjatkan do'a, karena siapa yang banyak mengetuk pintu (rahmat Allah), niscaya pintu itu akan dibukakan untuknya..."


Tangisan Rasulallah saw mengguncang Arash


Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawafdi Ka’bah, beliau mendengar seseorang dihadapannya bertawaf, sambil berzikir:“Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah s.a.w. menirunya membaca“Ya Karim! Ya Karim!”

Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi:“Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya“Ya Karim! Ya Karim!”

Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. 

Orang itu Ialu berkata: “Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab baduwi? Kalaulah bukan karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar kata-kata orang baduwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” 

“Belum,” jawab orang itu. “

Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”

“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab baduwi itu pula.

Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” 

Melihat Nabi dihadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.“Tuan ini Nabi Muhammad?!” 

“Ya” jawabNabi s.a.w. 

Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. 

Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.

Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” 

Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Maka orang Arab itu pula berkata:“Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab baduwi itu.“

Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya. “

Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,“ jawab orang itu. “Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!“

Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi janggutnya. 

Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehinggala bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!” 

Betapa sukanya orang Arab baduwi itu, mendengar berita tersebut, lalu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.

4 Hal Yang Tersembunyi Di Sisi Allah SWT



Suatu saat Imam Ali as ditanya: "Wahai Ali, di dalam kitab Zaburnya Nabi Daud tertulis bahwa Tuhan menyembunyikan empat hal dalam empat hal. 

Apa yang dimaksud dari empat hal yang tersembunyi dalam empat hal tersebut?"

Imam Ali as menjawab: 

Pertama, Tuhan menyembunyikan kekasihnya diantara hamba-hamba-Nya.

Maka jangan sekali-sekali kalian meremehkan atau menyakiti seseorang. Karena bisa jadi ia lah kekasih Tuhan tersebut.


Kedua, Tuhan menyembunyikan kerelaan dan keridhoannya di dalam perbuatan baik dan ibadah-ibadah kepada-Nya.

Maka jangan sekali-sekali kalian meremehkan perbuatan baik dan ibadah walaupun terlihat kecil. Karena bisa jadi disitulah tempat keridhoan Tuhan memancar kepada kalian.


Ketiga, Tuhan menyembunyikan murka dan amarahnya di dalam perbuatan buruk dan maksiat kepada-Nya.

Maka jangan sekali-sekali kalian meremehkan perbuatan buruk dan maksiat walaupun terlihat kecil. Karena bisa jadi dari situlah kemarahan Tuhan akan menimpa kalian.


Keempat, Tuhan menyembunyikan ijabah dan pengkabulan di dalam doa-doa kepada-Nya.

Maka jangan sekali-sekali kalian meremehkan doa-doa walaupun pendek. Karena bisa jadi dibalik doa-doa tersebut Tuhan meletakkan istijabah doa-doa kalian.

Inilah maksud dari empat hal yang tersembunyi dalam empat hal dalam Kitab Zabur,"

Tidak Penting Apa atau Siapa Kita, Tetapi Apa Yang Telah Kita Perbuat?


Hari  ini, Prof Dr Ravik Karsidi, Rektor UNS, melakukan perjalanan dari Jogya ke Jakarta naik pesawat.

Karena keberangkatan  pesawat ditunda 1 jam beliau menunggu di salah satu lounge bandara Adisucipto dgn sekedar minum kopi. 

Di depannya duduk seorang ibu sudah agak tua, memakai pakaian Jawa tradisional kain batik dan kebaya, wajahnya tampak tenang dan keibuan.

Sekedar mengisi waktu, diajaknya ibu itu bercakap.

"mau pergi ke Jkt, bu ?"

"Iya nak, hanya transit di cengkareng terus ke Singapura."

"Kalau boleh bertanya, ada keperluan apa ibu pergi ke Singapura ?"

"Menengok anak saya yang nomor dua nak, istrinya melahirkan di sana terus saya diberi tiket dan diuruskan paspor melalui biro perjalanan. Jadi saya tinggal berangkat tanpa susah mengurus apa2."

"Puteranya kerja di mana, bu ?"

"Anak saya ini insinyur perminyakan, kerja di perusahaan minyak asing, sekarang jadi kepala kantor cabang Singapura."

"Berapa anak ibu semuanya?"

"Anak saya ada 4 nak, 3 laki, 1 perempuan. Yang ini tadi anak nomer 2. Yang nomer 3 juga laki, dosen fakultas ekonomi UGM, sekarang lagi ambil program doktor di  Amerika. Yang bungsu perempuan jadi dokter spesialis anak. Suaminya juga dokter, ahli bedah dan dosen di universitas Airlangga Surabaya."

"Kalau anak sulung ?"

"Dia petani, Nak, Tinggal di Godean, menggarap sawah warisan almarhum bapaknya."

Sang Profesor tertegun sejenak lalu dengan hati2 bertanya:

_"Tentunya ibu kecewa kepada anak sulung ya bu, Kok tidak sarjana spt adik2nya."_

*"Sama sekali tidak, nak. Malahan kami sekeluarga semuanya hormat kepada dia, karena dari hasil sawahnya dia membiayai hidup kami dan menyekolahkan semua adik2nya sampai selesai jadi sarjana."*

Kembali sang Profesor merenung :

"Ternyata yang penting bukan Apa atau Siapa kita, tetapi apa yang telah kita perbuat.

Allah tidak akan menilai Apa dan Siapa kita tetapi apa *"amal dalam ibadah"*kita."

Sebuah pelajaran hidup yg mengajarkan, agar kita melakukan yg terbaik tanpa berharap pujian......

Tanpa terasa air mata profesor mengalir di pipinya...

*LAKUKAN YANG TERBAIK YANG BISA KITA LAKUKAN KARENA MANUSIA YANG MULIA BUKAN TERLETAK PADA KEDUDUKAN ATAU JABATANNYA TETAPI TERLETAK PADA SEBERAPA BESAR DIA BISA BERBUAT YANG TERBAIK BAGI SESAMA*

Belajar Diam Jauh Lebih Susah dari Belajar Bicara

 


Rata-rata manusia membutuhkan waktu paling lama dua tahun dari sejak ia dilahirkan untuk dapat berbicara. Namun butuh puluhan tahun untuk belajar diam dan menjaga lisannya.

Islam telah memberi rambu-rambu tentang kapan kita harus berbicara dan kapan kita harus diam. Tidak semua yang kita ketahui harus diungkapkan. Tidak semua yang kita dengar harus dibicarakan. Karena seringkali diam adalah pilihan terbaik yang membawa maslahat yang lebih besar.

Terkadang kita perlu bersikap “pura-pura tidak tahu” atau “pura-pura tidak dengar”, apalagi demi menjaga persatuan dan kedamaian.

Bila semua yang kita ketahui selalu kita ungkapkan, maka seringkali ada hati yang tersakiti dan masalah semakin bermunculan.

Karena itu Islam merangkum pembicaraan yang baik dalam tiga hal. Allah swt berfirman,

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ

Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali :

1. Menyuruh (orang) bersedekah,

2. Atau mengajak berbuat kebaikan,

3. Atau mengadakan perdamaian di antara manusia. (QS.An-Nisa’:114)

Jika kita menengok pada sejarah para nabi, kita akan menemukan banyak sikap mereka yang memilih untuk diam. Kecuali pada hal-hal yang harus disampaikan.

Terkadang mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi mereka memilih diam agar masalah itu tidak menjadi semakin besar dan cepat berlalu.

Setelah anak-anak Nabi Ya’qub membuang Yusuf ke dalam sumur, mereka pulang dan menghadap kepada ayah mereka. Mulailah bermacam alasan diungkapkan dan kebohongan disampaikan.

Nabi Ya’qub tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi beliau lebih memilih diam dan berpaling dari mereka.

وَتَوَلَّىٰ عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ

Dan dia (Yakub) berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, “Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf,” (QS.Yusuf:84)

Nabi Yusuf pun ketika mendengar kebohongan-kebohongan yang disampaikan oleh saudara-saudaranya, beliau tidak langsung menegur mereka. Yusuf tau persis bahwa semua yang mereka katakan itu bohong tapi Yusuf lebih memilih diam.

فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِي نَفْسِهِ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْ

Maka Yusuf menyembunyikan (kejengkelan) dalam hatinya dan tidak ditampakkannya kepada mereka.” (QS.Yusuf:77)

Begitupula yang dilakukan oleh Sayidah Maryam as, ketika beliau berpuasa dari berbicara kepada siapapun.

فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

“Maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS.Maryam:26)

Artinya, tidak semua yang kita ketahui bisa kita ungkapkan. Karena itu belajar diam jauh lebih sulit dari belajar berbicara.

Selamat Atas Maulid Nabi Muhammad SAW



Manusia yang kita peringati kelahirannya itu bukan melankolis, klimis dan necis tapi berhari raya dengan gelandangan dan bermain dengan anak-anak yatim.

Dia mestinya dipuji bukan karena ketampanannya dan rupanya yang bersinar tapi karena menghadiahkan pelipis dan rahangnya demi risalah yang diembannya.

Dia hadir untuk memperkenalkan metode jadi manusia sekaligus prototipenya. Memperingati kelahirannya berarti memperingati kelahiran “manusia”.

Agama adalah konsep yang harus bersanding dengan produknya. Agama adalah “apa” dan Muhammad adalah “siapa”nya. Begini orang-orang yang disesatkan itu memandangnya.

Dia dihadirkan sebagai bukti bahwa agama bila diterapkan siapapun bisa menjadi “manusia”. Memperingati kelahirannya berarti menolak absurditas.

Maulid Nabi harusnya jadi momen penyatuan pengiman risalahnya. Ironis! Sekelompok pengimannya sekarang jadi sasaran adu tangkas pengkafiran dari semua arah.

Memberi Ketika Tidak Diminta & Menjaga Kehormatan Yang Meminta


 

Dikisahkan, suatu hari seorang yg dalam kondisi membutuhkan mendatangi Imam Ali bin Abi Thalib (sa). Dia datang untuk meminta sesuatu agar dapat tertunaikan kebutuhannya. Namun Imam Ali (sa) memalingkan wajahnya dan menyuruh orang tersebut untuk menuliskan hajatnya di atas tanah dan setelah itu diperintahkan untuk pergi.

Mendapat perlakuan yg dianggapnya "ganjil" tersebut dia merasa tak enak hati. Walaupun hajatnya telah dipenuhi oleh beliau (sa), tapi sempat terlintas dalam pikirannya buruk sangka terhadap beliau (sa).

"Wahai Amirul Mukminin, mengapa kau memalingkan wajahmu, menyuruhku untuk menuliskan hajatku di atas tanah lalu setelah terpenuhi kau menyuruhku untuk segera meninggalkanmu?"

Imam Ali (sa):

 والله اني لأستحي ان ارى عليك ذل السائل و أرى في نفسي عز المسؤول.

"Demi Allah, sesungguhnya aku benar² malu untuk melihatmu merasa terhina sebagai seorang yg meminta, dan melihat diriku merasa mulia sebagai seorang yg diminta."

Sebuah akhlak yg agung, bahkan disaat memberipun beliau tidak ingin menghinakan kehormatan orang yg dibantunya.

Dalam hadits yg lain beliau (sa) bersabda:

ماء وجهك جامد يقطره السؤال، فانظر إلى من تقطره.

"Kehormatanmu itu beku yg akan mencair karena meminta. Maka lihatlah kepada siapa kau mencairkannya."

Kisah yg lain tentang Imam Hasan Al-Mujtaba (sa). Suatu hari seorang yg dalam kondisi membutuhkan mendatangi beliau sambil bersyair:

سيدي ما يبقى عندي ما يباع بدرهم *

يكفيك عني منظري من مخبري

Tuanku, tidak tersisa lagi milikku yg dapat kujual demi mendapat uang,

Cukuplah bagimu penampilanku daripada kabar beritaku.

الا بقايا ماء وجه صنته *

ألا يباع و قد وجدتك مشتري

Kecuali sisa² kehormatanku yg selalu kujaga,

Takkan kujual namun kini ku mendapatkanmu sebagai pembeli.

Lalu beliau (sa) menjawabnya:

 لا عاجلتنا فأتاك وابل برنا *

 و انت تعلم اننا لم نقصِّرِ

Jangan kau mendahului (kedermawanan) kami, karena kau akan mendapatkan derasnya kebaikan kami,

Dan kau mengetahui bahwa kami takkan lalai.

الا فاحفظ ماء وجه صنته *

فكأنك لن تبيع و كأننا لن نشتري

Tetap jagalah kehormatanmu dan tetap lindungilah,

Seolah kau tak pernah menjual dan kami tak pernah membeli.

Demikianlah akhlak Beliau. Beliau mengajarkan agar siapapun yg dalam kondisi mampu memberi, usahakan jangan sampai didahului permintaan dari orang yg diketahui sedang membutuhkan. Kalaupun memang terpaksa telah didahului oleh permintaan orang yg membutuhkan, maka hendaknya tetap menjaga kehormatan orang tersebut dan tidak menghinakannya.

Musyawarah Dengan Orang Yang Pandai?


 Rasulullah (saww) bersabda :

"Musyawarah dengan orang pandai dan tulus merupakan kebahagiaan, petunjuk, dan taufiq dari-NYA. Apabila orang yang tulus dan pandai itu menunjukkanmu (tentang suatu hal) maka hati-hatilah jangan sampai kamu menentangnya, sesungguhnya hal itu (bisa mendatangkan) bencana."


Musyawarah dengan orang yang pandai dan berpengalaman dapat memberikan banyak manfaat. Orang2 yang memusyawarahkan urusan mereka yang penting dengan orang lain, sedikit sekali yang terjerumus dalam kesalahan dan penyesalan. Namun, musyawarah tidak boleh dilakukan dengan sembarang orang. 

*Musyawarah harus dilakukan dengan syarat, sbb 

_1) Orang Yang Pandai._

Karena, orang yang pandir tidak mengetahui kemaslahatan yang sesungguhnya, sehingga ia tidak dapat menjelaskan kpd orang yang mengajaknya bermusyawarah.

_2) Orang Mukmin Yang Taat Agama._

Karena, orang tak-beriman tidak dapat dipercaya. Di samping itu, ia tidak dapat menilai kemaslahatan yang sesuai agama, sehingga bisa jadi ia menggiring orang yang bermusyawarah dengannya itu ke cara-cara non-agamais.

_3) Orang Yang Jujur Dan Tulus Pada Manusia._

Karena, jika kejujuran dan ketulusan tidak diketahui maka pendapat dan keyakinannya tidak boleh dipercaya. Bisa jadi ia menyesatkan orang yang bermusyawarah dengannya dan membuka rahasianya.

*Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib S.A berkata:*

"Barangsiapa menipu orang muslim dalam bermusyawah maka aku berlepas diri darinya."

Dakwah Itu Mengajak, Bukan Memaksa!



"Kalau seandainya Tuhanmu menghendaki, tentu berimanlah semua manusia di bumi. Maka apakah engkau (Muhammad) akan memaksa manusia hingga mereka menjadi orang-orang yang beriman semua?"

(QS Yunus 10:99).

Banyak yang kaget rupanya ketika disodorkan ayat ini. Misi utama Nabi itu sejatinya bukan untuk menaklukkan dunia dan mengislamkan semua orang.

Misi Nabi itu dijelaskan oleh al-Quran sebagai rahmat untuk semesta alam. "Dan tiadalah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam"

(QS. Al-anbiya 21/107).

Dan dijelaskan sendiri oleh Nabi dalam satu riwayat Hadis Sahih:

"Sesungguhya aku diutus untuk meyempurnakan akhlak yang mulia." Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq (HR Bukhari).

Menebar Rahmat dan memperbaiki Akhlak itulah misi utama Nabi, bukan maksa-maksa orang lain masuk Islam atau memaksa mengikuti fatwa dan tafsiran kita sendiri, atau bahkan memaksa orang lain mengikuti pilihan politik kita.

Pemaksaan terhadap orang lain itu bukan rahmat dan bukan pula akhlak yang mulia. La ikraha fi al-din. Tidak ada paksaan dalam beragama.

Tafsir Ibn Katsir menjelaskan: "tidak perlu memaksa mereka. Barangsiapa dibukakan pintu hatinya oleh Allah maka mereka akan memeluk Islam. Barang siapa dikunci hati, pendengaran dan penglihatannya maka mereka tidak akan mendapat manfaat jikalau dipaksa masuk Islam".

Tafsir Fi Zhilalil Qur'an mengonfirmasi bahwa "manusia telah diberi tanggung jawab untuk memilih jalannya sendiri, dan mereka pula lah yang akan bertanggungjawab atas pilihannya tersebut."

Keimanan itu tidak perlu dipaksakan. Dakwah itu mengajak, bukan memaksa. Maka hindari cara-cara yang memaksa. QS al-Nahl 16/125 memberi kita petunjuk metode dakwah yang harus ditempuh:

- Pertama, dengan hikmah,

- Kedua, dengan mauizah (nasehat/pelajaran) yang baik dan

- terakhir kalau harus berdialog dgn santun & penuh persaudaraan,  & beri penjelasan argumentasi yang lebih baik.

Tidak perlu pula menjelekkan atau menghina kepercayaan orang lain. Bahkan standar moral yang luar biasa ditegaskan dalam QS al-An'am 6/108:

"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan." Kita dilarang dengan tegas untuk menistakan Tuhan dan sesembahan agama lainnya. Inilah akhlak yang diajarkan al-Qur'an.

Mari kawan ...Kita tunjukkan pada penduduk dunia akan ketinggian ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi semesta dan membentuk pribadi-pribadi yang berakhlak mulia. Begitu mereka tahu maka biarkan mereka sendiri yang akan berbondong-bondong masuk Islam.

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat". (QS al-Nashr 110/1-3)

Salam hangat dan selamat melanjutkan misi Nabi Muhammad saw......dengan penuh kasih sayang karena semua manusia adalah mahluq Allah ketika diciptakan dengan penuh cinta karena itu hargai & hormati dengan tulus ihklas apapun agama keyakinanya

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More