KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau akrab disapa Gus Baha, seorang ulama kenamaan Nahdlatul Ulama (NU), di dalam saluran YouTube Santri Gayeng (23/7), membahas Tafsir Jalalain Alquran Surat ar-Rum ayat 30-32.
Berikut ini adalah isi suratnya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, *dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,* yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS ar-Rum [30]: 30-32)
Ketika membahas kalimat “orang-orang yang mempersekutukan Allah” (musyrikiin) dalam ayat di atas, Gus Baha mempertanyakan, “Orang musyrik itu siapa?”
Dia melanjutkan, “Yaitu orang-orang yang memecah belah agamanya.”
Menurut Gus Baha, musyrik di sini artinya bukan orang Islam, sebab meskipun ada banyak golongan di dalam Islam, secara prinsip mereka tidak terpecah belah.
“Orang Islam itu tidak ada yang terpecah belah. Orang Islam itu walaupun ada Syiah, NU, Muhammadiyah, Wahabi, Idrisi, (dan lain-lain) nanti kalau ditanya Tuhannya, tetap Allah. Dan nabinya, Nabi Muhammad,” ujar murid almarhum Kiai Maimun Zubair ini.
“Di dalam komunitas Muslim dunia yang jadi masalah hanya Ahmadiyah, sebab ditambah Mirza Ghulam (pendiri Ahmadiyah yang mengaku menerima wahyu-red). Makanya orang Syiah di Arab Saudi masih bisa melaksanakan haji. Tapi kalau orang Ahmadiyah ngga boleh,” jelasnya.
“Karena orang Syiah pun Tuhannya masih Allah dan Muhammad Nabinya. Jadi masih satu (dalam Islam),” kata Gus Baha.
Berkaitan dengan ayat di atas, Gus Baha menjelaskan, bahwa yang terpecah belah misalnya adalah orang Nasrani. Menurut dia, Tuhan di dalam aliran Katolik, Protestan, dan Anglikan masing-masing sudah benar-benar berbeda.
“Kalau kita ini ngga (Tuhannya sama). Ya tentu kita beda politik dan lain sebagainya, tapi itu kan bukan prinsip. Yang prinsip dalam agama itu kan Tuhan,” ujarnya.
“Makanya yang dikirik terpecah belah (dalam ayat di atas) itu hanya non-Muslim. Paham ya? Jadi sebenarnya kita itu tidak terpecah belah,” pungkasnya.
0 comments:
Posting Komentar