Mengenal Sosok Wiji Thukul, Aktivis dan Penyair Era Orba
Siapa sosok Wiji Thukul sebenarnya? Wiji Thukul adalah seorang penyair sekaligus aktivis di masa pemerintahan Orde Baru (Orba). Thukul terkenal aktif menghasilkan karya-karya kritis terhadap pemerintahan Orde Baru kala itu.
Lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di kampung Sorogenen, Solo, Jawa Tengah, pria bernama asli Widji Widodo ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang penarik becak, ibunya terkadang menjual ayam bumbu untuk membantu perekonomian keluarga.
Pada Oktober 1989, Wiji Thukul menikah dengan Siti Dyah Sujirah alias Sipon yang kala itu berprofesi sebagai buruh. Pasangan Thukul-Sipon dikaruniai dua orang anak, yakni Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah.
Wiji sudah menulis puisi sejak awal 1980-an, dan sering membacakan karya-karyanya di Taman Budaya Jawa Tengah di Solo. Pada 1994, buku kumpulan puisinya berjudul 'Mencari Tanah Lapang' terbit dengan kata pengantar dari sosiolog dan mantan aktivis 66 Arief Budiman.
Pada 2000, penerbit Indonesia Tera dari Magelang mengumpulkan hampir semua puisi Wiji yang pernah terbit, dan diterbitkan kembali dengan judul 'Aku Ingin Menjadi Peluru'. Dalam edisi cetak ulangnya, ditambahkan beberapa puisi Wiji yang ditulis dalam pelariannya sebagai 'buron politik' pemerintah Orde Baru. Salah satunya berjudul 'Baju Loak Sobek Pundaknya', sebuah puisi sedih ditujukan untuk istrinya.
Pada 2013, Majalah Tempo menerbitkan buklet 'Para Jendral Marah-marah' dalam edisi khusus Wiji Thukul. Buklet setebal 37 halaman berjudul sampul 'Teka-teki Wiji Thukul' itu memuat 49 buah puisi yang merupakan karya Wiji selama dalam pelariannya.
Wiji Thukul diburu penguasa Orde Baru di Jakarta karena aktivitasnya di panggung politik praktis, terutama di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jaker), di bawah Partai Rakyat Demokratik (PRD). Dari puisi-puisinya, lahir slogan-slogan perlawanan yang sangat terkenal, seperti 'satu mimpi, satu barisan' dan 'hanya ada satu kata: lawan!'
Dalam pelariannya sejak 1996, Wiji Thukul bersembunyi dengan berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Nama Wiji Thukul masuk dalam daftar orang hilang pada tahun 2000.
Kisah Wiji Thukul yang Menghilang secara Misterius
Menurut catatan KontraS, sebanyak 13 orang hilang dan belum jelas nasibnya hingga kini. Nama-nama tersebut yaitu Yani Afri (Rian), Sonny, Deddy Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Wiji Thukul, Suyat, Herman Hendrawan, Petrus Bima Anugrah, Ucok Munandar Siahaan, Yadin Muhidin, Hendra Hambali dan Abdun Nasser.
Setelah kerusuhan Mei 1998, nasib Wiji Thukul tak jelas. Diduga kuat, Wiji hilang diculik aparat. Semenjak bulan Juli 1996, Thukul memang sudah berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat. Dalam pelariannya Wiji tetap aktif menulis.
Berdasarkan investigasi Tempo, Thukul hilang setelah peristiwa bom tanah tinggi. Sejak itulah Wiji Thukul diyakini hilang. Sang istri, Sipon, pada tahun 2000 melapor ke KontraS.
Pada tahun 2009, DPR merekomendasikan sejumlah hal terkait orang hilang ini. Namun belum ada yang terealisasi. Hingga kini, kisah Wiji Thukul masih jadi misteri.
0 comments:
Posting Komentar