Kamis, 04 Mei 2023

Mengapa Kita Bershalawat?


Rasulullah saw bersabda:

"solawat kalian untukku memiliki 3 keutamaan,

1. Menyebabkan lancarnya hajat-hajat kalian.

2. Allah menjadi ridho kepada kalian.

3. Mensucikan amal-amal kalian.


Dalam ajaran Islam kedudukan shalawat amatlah mulia hingga ia menjadi salah satu kewajiban dan syarat sah dalam shalat. Bahkan, sedemikian mulianya kedudukan shalawat kepada Nabi dan keluarga beliau, Imam Syafi'i sampai menguntai syair terkait hal ini:

كَفاكُمْ عَظيمُ الْقَدْرِ اَنَّكُمُ * مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْكُمْ لا صَلوةَ لَه

"Cukuplah sebagai tanda keagungan kalian, bahwa barangsiapa tidak bershalawat pada kalian di waktu shalat, maka shalatnya tidaklah sah." (Yanaabi' al-Mawaddah, jil. 3, hlm. 103).

Tentu bisa dibayangkan, apabila dalam shalat saja —yang notabene adalah hubungan langsung antara Tuhan dan hamba-Nya— kita tetap diwajibkan untuk menyertakan nama Rasulullah dan Ahlulbayt beliau sebagai wasilah, maka dalam kehidupan sehari-sehari tentu kita sangat perlu bertawassul kepada mereka.

Terlebih lagi, dalam Al-Qur'an difirmankan bahwa Allah Swt. dan malaikat-Nya menyampaikan shalawat pada Nabi. Karena itu, hendaknya bagi orang-orang yang beriman untuk mengirim shlawat serta salam kepada Nabi (Al-Ahzab: 56)

Berangkat dari penjelasan di atas, perlu kiranya disampaikan beberapa poin terkait shalawat:

1. Setiap insan yang berdoa tentu berharap bahwa doanya dikabulkan.

2. Di sisi lain, kita tidak tahu apakah permohonan kita sudah sesuai dengan kepantasan dan akan maslahat untuk dikabulkan atau tidak.

3. Akan tetapi, paling tidak kita tahu bahwa shalawat pada dirinya pasti dikabulkan oleh Allah Swt.

4. Karena itu, seorang yang berakal tentu tidak akan melewatkan kesempatan untuk berdoa terkait sesuatu yang pasti dikabulkan.

5. Ketika kita berdoa untuk Nabi dan Ahlulbayt, pada hakikatnya kita sedang mempersembahkan hadiah kepada mereka dan kita tahu bahwa kemurah-hatian mereka melazimkan mereka untuk 'membalas' hadiah tersebut. Yakni, jika kita berdoa untuk mereka, mereka juga akan berdoa untuk kita.

Hasilnya, jika kita berdoa untuk diri sendiri belum tentu memenuhi syarat untuk terkabul. Namun, bila Nabi dan Ahlulbayt beliau yang berdoa untuk kita, maka doa tersebut pasti terkabul.

Dalam istilah yang lebih filosofis, zat api adalah membakar. Namun, api tersebut bisa membakar bilamana tidak ada sesuatu yang menghalanginya. Begitu pula, rahmat Tuhan telah melazimkan doa untuk dikabulkan, namun keterbatasan penerima 'lah yang menghalangi terkabulnya doa tersebut.

Terkait doa para manusia suci, kedua syarat telah sempurna dan tidak memiliki halangan, yaitu pemberian (dari sisi Tuhan) tidaklah terbatas dan kesiapan (dari sisi Nabi dan Imam Maksum) untuk menerima juga tidak terbatas.

Dengan shalawat kita bertawassul agar Nabi dan Ahlulbayt turut mendoakan kita. Jika hanya kita yang berdoa, kita tidak yakin bahwa doa tersebut dapat terkabul. Namun jika mereka yang berdoa, tentu doa tersebut pasti dikabulkan (dengan syarat bukan permohonan keburukan dan maksiat). Karena itulah, di antara adab penting dalam berdoa atau bermunajat adalah memulai dan mengakhirinya dengan untaian shalawat.

اللهم صل علي محمد و آل محمد و عجل فرجهم

*************************

Ini kisah tentang seorang sholeh yang menjenguk sahabatnya menjelang kematiannya. 

Ia menyaksikan sahabatnya itu dalam keadaan ihtidhar (sakarat), namun ia tidak melihat tanda-tanda sulitnya ihtidhar, maka ia menyempatkan diri bertanya : *"Apa yang engkau rasakan kini? apakah engkau merasakan kepahitan (sulitnya ihtidhar)?"*

Sahabatnya yang sedang mengalami ihtidhar menjawab : *"Aku tidak merasakan sama sekali kepahitan, tapi justru kemanisan dan kemudahan."* 

Orang sholeh itu merasa heran dengan jawaban sahabatnya itu, sebab yang ia tahu bahwa seorang manusia akan merasakan kepahitan ketika berlangsung proses keluarnya ruh dari jasad. 

Mengetahui keheranan orang sholeh itu, sang sahabat berkata : 

*"Jangan engkau merasa heran wahai sahabatku, karena aku pernah membaca hadis Nabi saaw yang bersabda:

*مَنْ أَكْثَرَ مِنَ الصَّلاَةِ عَلَيَّ أَمِنَ مِنْ مَرَارَةِ خُرُوْجِ الرُّوْحِ*

*"Siapa yang banyak bershalawat atasku, ia aman dari kepahitan keluarnya ruh"*

Maka sejak saat itu aku banyak bershalawat atas beliau saaw dan keluarganya. 

Karenanya engkau melihatku tenang dan damai dalam saat-saat keluarnya ruhku."

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More