Minggu, 14 Mei 2023

Sjafruddin Prawiranegara : Menteri Keuangan yang Tak Punya Uang



Ironis ...

ketika seorang menteri keuangan 

tidak mampu membeli popok 

Untuk anaknya yang baru lahir. 

Bahkan...., 

istrinya turut membantu perekonomian 

keluarga dengan berjualan sukun.

Adalah Menteri Keuangan kelima 

Sjafruddin Prawiranegara, yg hidup miskin. 

Ketika anak ketiganya lahir, Khalid, 

Syarifuddin tidak mampu 

membelikan popok untuknya. 

Istrinya, Teuku Halimah, 

terpaksa menyobek kain kasur 

demi membungkus tubuh Khalid.

Dalam keadaan seperti itu, 

bisa saja Sjarifuddin dengan 

mudah memakai uang negara. 

Namun, ia tidak melakukannya.

”Ayahmu menteri keuangan, Icah... 

Mengurusi uang negara, 

tetapi tidak punya uang untuk 

membeli gurita bagi adikmu, 

Khalid yang baru lahir.....

"Ayahmu sama sekali tidak 

tergoda memakai uang negara...

meski hanya untuk membeli 

sepotong kain gurita....” 

ujar Lily, istri Sjarifuddin 

menjawab pertanyaan Aisyah, 

putri pertama, seperti tertulis dlm

buku Presiden Prawiranegara, 

karangan Akmal Nasery Basral.

Aisyah bertanya kepada ibunya 

mengapa ayahnya tidak meminta 

bantuan saja kepada pemerintah. 

Sang ibu menjelaskan kalau 

ayah nya tetap menolak menggunakan 

kedekatan itu utk kepentingan pribadinya. 

Dia justru mengajarkan kepada 

anak-anaknya untuk tidak bergantung 

kepada orang lain dan menjadi peminta-minta.

Padahal....

andai saja sang menteri meminta 

bantuan kepada pemerintah, 

kemungkinan besar akn diberikan. 

Sebab....

Sjafruddin merupakan orang 

kepercayaan Presiden Soekarno. 

Bahkan..., 

oleh Soekarno dan Hatta, 

Sjafruddin diperintahkan utk memimpin pemerintahan darurat pada 1948.

Pada saat menjalankan 

pemerintahan sementara di Sumatera, 

Lily turut membantu perekonomian 

keluarga dengan berjualan sukun 

untuk memberi makan anak-anaknya. 

Begitu pun saat pemerintahan 

pindah ke Yogyakarta. 

Mereka hidup berpindah-pindah 

hingga Soekiman, Ketua Masyumi saat itu, 

memberikan tumpangan di Pakualaman.

Sblm menepati rmh dinas

Di Jakarta Sjarifuddin dan keluarga hidup 

berpindah-pindah mengontrak rumah. 

Demi menyambung hidup, 

dirinya kerap berjualan, yakni 

koper berisi pakaian ala kadarnya.

Usai pemerintahan berganti dibawah 

Presiden Soeharto, Syarifuddin lebih 

banyak mengisi waktunya dgn berdakwah. 

Saat tidak lagi menjadi pejabat negara, 

ia mengembalikan rumah dinasnya 

di kawasan Menteng kepada negara. 

Menurutnya, 

rumah dinas itu dibeli dari pajak rakyat, 

segala fasilitas negara dibayar dari 

pajak rakyat, padahal rakyat masih 

banyak yang hidup melarat.

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More