KERTAS PUTIH DAN CRAYON
Oleh: A.R.M
Pagi yang sejuk, asri, damai dan cuaca yang bersahabat adalah sebuah komposisi dan alasan yang sempurna untuk dinikmati. Menjauhi kasur dan menggantinya dengan mengaspal menjelajahi jalanan kota, menjadi opsi yang patut dipilih demi menikmatinya. Tapi sayangnya tak banyak manusia yang ditemui di pagi yang seperti itu. Mungkin karena kebanyakan mereka lebih memilih opsi mengasur daripada mengaspal, hehehe...
Dalam kesepian jalanan, berbagai fenomena tetap dapat dijumpai. Ada orang yang baru mengatur barang dagangan, ada yang bahkan sudah sibuk bertransaksi, ada yang membersihkan jalanan, ada yang berolah-raga dan lain sebagainya. Disela-sela berbagai fenomena yang terpampang, juga terlihat pemandangan yang bagi sebagian orang itu penuh pelajaran, yaitu ketika menyaksikan seorang pemuda yang terlihat berpenampilan rapi berjalan namun tapi tak jelas arah tujuannya. Dia terlihat linglung, berbicara sendiri, senyum dan tertawa sendiri. Dalam hati bergumam, betapa dunia yang luas ini mungkin telah merenggut sesuatu yang sangat berharga milik pemuda tersebut yang membuatnya tidak mampu lagi menanggung beban derita itu, hingga menjadikannya demikian. Miris...
Seorang guru pernah mengajarkan bahwa semua wujud ini adakalanya Allah menyebutnya dengan مخلوقات (makhluk atau ciptaan), atau dengan آيات (tanda-tanda kebesaran), atau dengan كلمات (kalimat-kalimat).
Ketika Allah ingin memberitakan bahwa Dia adalah Dzat Yang Kreatif, maka akan menyebut berbagai wujud ini dengan مخلوقاته (ciptaan-ciptaan Nya). Ketika Dia ingin menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya, maka akan menyebut berbagai wujud ini dengan آياته (kumpulan tanda kebesaran-Nya). Dan ketika Dia ingin berkomunikasi dengan manusia selaku salah satu ciptaan-Nya yang dapat berpikir, maka akan mengajak mereka untuk melihat wujud ini sebagai كلماته (tumpukan aksara dan kalimat-Nya). Demikianlah wujud alam ini.
Sebuah hadist yang maksudnya demikian:
"Jika seseorang ingin belajar, maka segala sesuatu dapat menjadi gurunya."
Dan sebuah ungkapan mengatakan; "Belajar tidak mesti di dalam kelas yang bersekat tembok."
Setidaknya manusia dalam melihat fenomena alam dan mempelajari hidup serta kehidupan ini dapat dibagi menjadi dua;
1- orang yang tidak atau kurang mempedulikan berbagai fenomena, kejadian, penampakan dan hal-hal detail yang terjadi atau terpampang di hadapannya,
2- orang yang mempedulikannya.
Jika boleh mengumpamakan Allah dan alam semesta ini, maka ia laksana Pelukis, secarik kertas putih dan satu pak crayon atau pensil warna. Begitu berwarna nya alam semesta ini sebagai hasil "lukisan" Tuhan... Sebagaimana para maestro pelukis memiliki pesan dalam setiap lukisannya, begitu juga dengan Tuhan. Setiap "karya lukis" Nya juga mengandung pesan.
Jika memang demikian, itu berarti bahwa Tuhan setiap saat bukan hanya sedang mencipta, tapi lebih dari itu, Dia ingin menunjukkan keagungan-Nya dan ingin berbicara dengan kita. Dia berbicara melalui kalimat-Nya yaitu tanda kebesaran-Nya yaitu ciptaan-Nya yang terpampang di hadapan kita dalam berbagai fenomena dan penampakan. Sebagian dari kita dapat melihat, membaca, mendengar lalu memahami kalimat-Nya atau setidaknya menerka pesan-Nya, sementara sebagian yang lain sama sekali tidak dapat demikian.
Ya Allah, anugerah kan pada kami mata, telinga dan indera lainnya hingga dapat melihat, membaca dan mendengar cara-Mu berkomunikasi dengan kami melalui kalimat-kalimat Mu, lalu bimbinglah kami selalu agar dapat memahami pesan dan maksud yang terkandung di dalamnya, ämïn yä Robb, bihaqqi Muhammad wa äli Muhammad
0 comments:
Posting Komentar