Rabu, 05 April 2023

Memahami Sayyidina Abu Thalib

SAYYIDINA ABU THALIB 

Oleh: A.R.M

Bag 1


Salah satu sosok yang menonjol dan sentral dalam sejarah, khususnya sejarah Islam, adalah Sayyidina Abu Thalib (sa).


Beliau Abu Thalib bin Abdul Muthalib (sa) adalah paman sekaligus pengasuh Nabi Muhammad saww, semenjak kedua orang tua beliau, Sayyidina Abdullah bin Abdul Muthalib (sa) dan Sayyidah Aminah binti Wahab (sa) wafat... Sayyidina Abu Thalib merupakan saudara kandung dari Sayyidina Abdullah (sa) ayahanda Nabi.


Sejarah Islam sepertinya "kurang memperhatikan" sosok agung ini. Seandainya pun sejarah beliau diangkat, pasti terdapat distorsi di sana sini. Hal yang paling terlihat jelas adalah terjadinya pembunuhan karakter terhadap beliau. Dan puncaknya adalah ketika menyatakan bahwa beliau seorang yang kafir hingga wafatnya. Sungguh tuduhan yang sangat keji dan kejam.


Dalam memandang sosok Sayyidina Abu Thalib, setidaknya ada dua kelompok dalam Islam;

1- yang menyatakan bahwa beliau semasa hidup hingga wafatnya (atau setidaknya wafatnya) sebagai seorang yang kafir alias tidak beriman kepada Nabi Muhammad saww,

2- yang menyatakan bahwa beliau adalah seorang yang Mukmin hingga wafatnya.


Para "pengkafir" beliau berpendapat bahwa ayat ke 56 dalam Surah Al-Qashas sebagai bukti kekafiran beliau:


اِنَّكَ لَا تَهۡدِىۡ مَنۡ اَحۡبَبۡتَ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهۡدِىۡ مَنۡ يَّشَآءُ‌ؕ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ

(Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk).


Mereka meyakini bahwa sebab turunnya (sababun nuzül) ayat tersebut terkait hari meninggalnya beliau yang dalam keadaan kafir, walaupun para mufassir (ahli tafsir) tidak sepakat akan hal itu.


Lucunya, kelompok ini walaupun terang-terangan mengkafirkan beliau, tapi ternyata juga mempercayai sejarah tentang sepak terjang pembelaan beliau kepada Nabi saww dengan segala detailnya, dan bahwa Nabi saww juga memproklamirkan tahun wafat pamannya tersebut sebagai tahun kesedihan ('ämul huzn). 

Kelucuan lainnya, mereka juga meyakini bahwa paman Nabi yang bernama Abu Lahab yang sangat jelas dipanggang di neraka jahanam, konon setiap hari Senin akan mendapat keringanan siksaan hanya karena sempat bergembira atas kelahiran Nabi, tapi itu sama sekali tidak pernah diberlakukan kepada Sayyidina Abu Thalib yang bukan hanya bergembira saat kelahiran Nabi, tapi bahkan menjadi pengasuhnya, pembelanya dan telah mengorbankan segalanya untuk beliau.


Adapun kelompok kedua, di samping berbagai bukti fakta sejarah tentang pengasuhan, pembelaan dan pengorbanan beliau serta bagaimana sikap Nabi kepada beliau dan keluarganya, di sana juga dikuatkan dengan firman Allah swt dalam surah Al-Mujadilah ayat 22:

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ...

(Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka...)


Logika sederhananya saja; Nabi yang merupakan panutan pasti tidak akan mencontohkan kecuali yang baik dan benar. Sangat mustahil bila beliau menyalahi apa yang telah disyariatkan oleh Allah swt. 

Sekali lagi fakta sejarah menyebutkan bagaimana kecintaan beliau kepada pamannya tersebut serta keluarganya. Kesedihan beliau atas wafatnya pamannya tersebut dan penetapan tahun kesedihan ('ämul huzn) pada tahun tersebut, seharusnya sudah lebih dari cukup sebagai bukti akan kedekatan dan keterikatan hubungan antara keduanya. 

Jika Nabi yang pasti adalah seorang Mukmin (bahkan tingkat tertinggi dari keimanan) sesuai ayat di atas, maka sangat tidak mungkin beliau berbelas-kasih kepada orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah sanak kerabatnya.

******************

Bag 2

Seorang Ulama Mesir berbicara tentang Abu Thalib dengan aksen Mesirnya yang manis dan dengan gaya lelucon yang cerdas mengejek pemikiran orang gila yang mengaku rasional. 

Dia berkata :"Demi Allah, Aneh sekali urusan umat ini."

Maksudku...

Sayyiduna Abu Thalib as mensponsori Nabi Saw masih muda, menghabiskan usianya untuk Nabi makan, minum dan membesarkannya dirumahnya.

Dan ketika Nabi Saw tumbuh dewasa beliau melindungi, menaungi dari orang-orang kafir Quraisy serta menghalau orang-orang Quraisy yang mengepungnya. Tidak ada yang mudah mengganggu Nabi Saw selama Sayyiduna Abu Thalib masih hidup.

Dan pada hari Sayyid Abu Thalib meninggal, Nabi Saw menyebut tahun itu sebagai Tahun Duka, artinya Nabi Saw berduka untuknya sampai Beliau Saw menyebut tahun di mana Sayyiduna Abu Thalib as wafat sebagai Tahun Duka.

Tuhan kita dalam Kitab-Nya yang Mulia berfirman :

أَلَمۡ يَجِدۡكَ يَتِيمٗا فَـَٔاوَىٰ

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu)." (Surat Adh-Dhuhaa (93) Ayat 6)

Dan Allah SWT berfirman :

هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ

"Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)." (Surat Ar-Rahman (55) Ayat 60)

Dan Nabi Saw sendiri bersabda : 

انا وكافل اليتيم كهاتين في الجنة

“Aku dan orang yang menafkahi anak yatim seperti dua jari ini di surga."

.....dan Beliau Saw memberikan isyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya.

Apakah ada orang yang lebih besar dari Sayyid Abu Thalib dalam menyokong Nabi Pembawa Rahmat yang juga seorang yatim piatu.

Dan setelah semua ini, beberapa babi datang kepada kami mengkafirkan Sayyiduna Abu Thalib dan berkata Abu Sufyan akan masuk surga !!

Abu Sufyan yang menjalani seluruh hidupnya memerangi dakwah Islam akan berada di surga !!  Sementara Sayyid Abu Thalib terbakar di neraka ??

Tak heran bila anjing melahap tulang belulang umat ini, tatkala umat itu sendiri lebih memilih mengagungkan anjing daripada tuannya.

"Maafkanlah kami Duhai Junjungan kami Sayyiduna Abu Thalib 'Alaikassalam, 

Sungguh Engkau berada di surga walaupun orang-orang kafir membencimu."

**************************

Bag 3

Rasul begitu mencintai Abu Thalib, sampai tahun wafatnya, dijadikan sebagai Aamul Huzni‎ (tahun berduka) bersamaan dengan tahun wafatnya istri beliau, Khadijah.

Saking cintanya Nabi Muhammad Saw. Kepada pamannya itu, suatu kali, waktu beliau berdoa ke langit meminta hujan sebab ada seorang a’rabi yang Hadir meminta supaya didoakan turun hujan lantaran kemarau panjang.

Apa kata Nabi bakda berdoa dan hujan turun dengan derasnya?

“Andai saja Abu Thalib menyaksikan ini, Ia akan bahagia”. Nabi Muhammad Saw. ingat, kejadian hujan langsung turun bakda Nabi berdoa pernah terjadi di masa Abu Thalib msh hidup yg kemudian beliau (abuthalib) bersyair 

Syiir yang ditulis Abu Thalib:

وأبيض يُستسقى الغمـــام بوجهه – 

ثِمالُ اليتامى عصمة للأرامل

Artinya:

Wajahnya memutih (gembira) 

begitu mendung menghujani (bumi). 

Ia ialah anak yatim yang sebab 

-tsimalnya (mukjizatnya)- jadi 

pelindung para janda (orang lemah).

Syiir-syiir yang ditulis Abu Thalib untuk memuji Nabi dikaji amat panjang oleh pelopor kitab siroh Nabi, yaitu Ibnu Ishaq & Ibnu Katsir jg mengkajinya.



0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More