Sabtu, 01 April 2023

Bagaimana menjadi Tamu Allah SWT di Bulan Ramadan

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat. Sebagai umat Muslim, kita diundang untuk menjadi tamu Allah Swt di bulan yang mulia ini. Seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw, bahwa seluruh hamba Allah akan menjadi tamu-Nya pada bulan ini.


Namun, menjadi tamu Allah tidaklah mudah. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kita layak menjadi tamu-Nya. Kita harus berpikir dan memperbaiki diri dengan menghadap sepenuhnya kepada Allah yang menjadi Pencipta kita.


Hal pertama yang harus dilakukan adalah meminta ampun kepada Allah atas kesalahan yang telah kita lakukan. Jika kita menemukan diri kita telah melakukan dosa besar, maka satu-satunya pilihan yang ada adalah bertobat kepada Allah. Selanjutnya, kita harus menjauhi segala bentuk maksiat, seperti dendam, mengumpat, menuduh, mengadu domba, dan perbuatan dosa lainnya.


Puasa bukan hanya berarti menahan diri dari makan dan minum, tapi juga menahan diri dari melakukan maksiat. Adab sopan yang utama dalam melaksanakan perintah berpuasa adalah melakukan pendidikan rohani. Selain itu, kita juga harus memiliki peradaban yang lebih tinggi lagi.


Ketika menjalankan puasa di bulan Ramadan, kita harus memperhatikan tingkah laku dan perjalanan hidup kita. Jika tidak jauh berubah dari sebelum bulan Ramadan, maka kita belum menerima seruan dakwah seperti yang dikehendaki dan belum memenuhi tuntutan menjadi tamu Allah yang maha agung.


Maka, sebagai umat Muslim yang ingin menjadi tamu Allah di bulan Ramadan, mari kita mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dan menghiasi diri dengan adab kesopanan. Janganlah mencemarkan kedudukan sebagai tamu Allah dengan melakukan maksiat yang keji. Kita harus menjadi tamu yang berbudi pekerti dan menjaga diri dari perbuatan dosa.


Bulan Ramadan adalah bulan Allah, di mana pintu-pintu rahmat-Nya terbuka lebar dan setan yang terkutuk dipasung dan diikat terbelenggu. Mari kita manfaatkan bulan ini untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan mengikuti syarat-syarat yang telah ditentukan, kita akan menjadi tamu Allah yang layak di bulan yang mulia ini.


Kita harus menyadari pentingnya persiapan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Jika seseorang tidak berusaha mendidik diri dan melawan keinginan hawa nafsu yang menyeleweng, maka ia akan melewatkan kesempatan besar untuk mendapatkan faedah-faedah tertinggi dari iman yang agung dan melimpah ruah. Sebelum Ramadan tiba, seseorang harus bersiap-siap dengan melawan desakan setan. 


Banyak dosa dan maksiat yang dilakukan manusia karena terus-menerus mengikuti bisikan dan keragu-raguan yang ditiupkan setan. Orang yang bersikap demikian telah dikuasai oleh kesesatan dan kejahilan yang meliputi hatinya. Untuk menghindari kesalahan dan dosa selama Ramadan, seseorang harus menguasai dirinya dan menjauhi perkataan dan perbuatan yang tidak diridai Allah. Ia harus berikrar untuk tidak mengumpat, menggunjing, atau memburuk-burukkan orang lain. Saat menjalani puasa Ramadan, seseorang harus mengontrol lidah, mata, tangan, dan telinga. Seseorang harus memperhatikan tindakan dan perkataannya dengan sungguh-sungguh, dan berusaha menjadi orang yang saleh.


Kita juga harus menekankan pentingnya memperbaiki umat Islam. Orang yang tidak memperbaiki umat Islam dengan tangan, lidah, dan matanya, tidak bisa disebut sebagai seorang muslim yang sebenarnya. Sebagai seorang muslim, seseorang harus memperbaiki keadaan masyarakat dengan diri dan harta mereka.


Hati manusia ibarat cermin yang bersih dan berkilau, namun menerima bias dari keadaan dunia dan dosa yang banyak. Oleh karena itu, seseorang yang mampu melakukan ibadah puasa dengan niat yang ikhlas dan bersih dari riya atau pamer, maka ia telah berhasil mengambil faedah dari bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Dia telah melakukan ibadah puasa dengan menjauhi keinginan nafsu syahwat dan menjauhkan diri dari kepentingan lain selain dari Allah. Dengan demikian, ia telah melakukan ibadah puasa sebagaimana yang dituntut oleh Islam. Seseorang yang telah berbuat demikian, akan mendapat pertolongan dari Allah, karena ia telah berhasil menolak segala kecemaran dunia dan kegelapan dosa.


Ganjaran hakiki dari ibadah puasa adalah sebagaimana firman Allah (dalam hadis Qudsi), “itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi ganjarannya.” Namun, jika seseorang hanya ingin menjadikan nilai puasanya hanyalah sekedar mulutnya tidak kemasukan makanan, padahal mulut masih terbuka dalam membuat fitnah dan mengumpat, maka puasanya menjadi sia-sia dan tak mendapat faedah sama sekali. Malahan dia telah tercemar sebagai tamu Allah dan hilanglah haknya untuk menikmati rahmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia.


Allah telah memberikan karunia-Nya kepada umat manusia sebelumnya dengan berbagai jalan dan hal-hal yang memberi faedah kepada manusia. Allah telah menyediakan jalan untuk mencapai kesempurnaan dengan mengutus para anbiya serta menurunkan kitab-kitab suci yang bertujuan untuk mengantarkan manusia kepada martabat yang agung dan cahaya yang bersinar. Allah juga telah mengaruniakan upaya kemanusiaan, akal, pencapaian, dan berbagai kemuliaan kepada Bani Adam.


Kita harus berhati-hati dalam melakukan amalan dan menjaga hati kita dari nafsu syahwat serta godaan dunia yang membutakan kita. Selalu menjaga hubungan dengan Allah Swt dan Rasulullah Saw, karena hubungan ini merupakan titik tolak bagi kebaikan kita di dunia dan akhirat. Puasa Ramadan adalah salah satu ibadah yang memiliki nilai yang sangat besar dalam agama Islam. Dengan berpuasa, kita dapat memurnikan hati dan diri kita dari segala kejelekan dan mendapat keberkahan dari Allah.


Allah Swt telah memberikan karunia-Nya kepada manusia melalui berbagai cara, termasuk dengan mengirimkan para nabi dan menurunkan kitab suci. Allah juga memberikan kemampuan kepada manusia untuk berpikir dan berusaha mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, kita harus bersyukur dan menghargai nikmat yang diberikan Allah dengan melakukan amalan-amalan yang baik dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.


Segala amalan yang kita lakukan akan dihitung dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat nanti. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam bertindak dan menjaga hubungan baik dengan Allah serta Rasulullah. Dengan begitu, kita dapat meraih keberkahan hidup di dunia dan akhirat.



0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More