Sabtu, 01 April 2023

Bapak Tua Dan Putranya

 


Seorang bapak tua tinggal seorang diri di sebuah desa. Ia ingin mencangkul kebunnya dan menanaminya dengan kentang, namun pekerjaan tersebut sangat berat baginya. Ia memiliki seorang putera yang sebenarnya dapat membantunya, akan tetapi sang putera saat itu berada di tahanan.


Kemudian bapak tersebut menulis sepucuk surat untuk puteranya dan menjelaskan kondisinya saat ini:


Puteraku tercinta!


Saat ini aku sedang bersedih, karena tahun ini aku tidak akan dapat menanam kentang. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kebunku. Ibumu selalu berbahagia bila waktu panen tiba dan memanen tanaman itu.


Aku sudah cukup tua untuk mengurusi kebun. Seandainya engkau berada di sini, seluruh permasalahan ini akan dapat terselesaikan. Seandainya engkau berada di sini, tentu engkau akan mencangkulkan kebun itu untukku dan menanaminya dengan kentang. 


Dari ayahmu yang selalu mencintai dan merindukanmu.


Tidak selang beberapa hari, bapak tua itu menerima balasan telegraf dari sang putera yang berisi:


“Ayah! Demi Tuhan, jangan engkau cangkul kebun itu, karena aku menimbun senjata di sana.”


Esok harinya, 12 orang intel dan polisi sudah berada di lokasi kebun. Semuanya diperintahkan untuk mencangkuli seluruh tanah di kebun itu tanpa harus melewatkan sejengkal pun. Namun mereka tidak menemukan apa-apa, termasuk senjata yang dimaksudkan dalam surat yang dikirim oleh sang putera.


Sang bapak tua sangat bingung dengan kejadian tersebut. Ia menulis kembali sepucuk surat lain kepada puteranya dan menyampaikan apa yang terjadi dengan kebunnya. Ia bertanya bahwa apa maksud dari semua itu?


Sang putera menjawab, “Ayah! Lihatlah kebunmu dan sekarang silahkan ayah menanaminya dengan kentang. Hanya ini pekerjaan terbaik yang dapat aku lakukan dari sini (tahanan) untukmu.” 


KIDS CORNER/ TUNTUNAN


Dua Kisah Bapak Tua, Putra dan Kudanya

20 May 2017 2,268 views


FacebookTwitterWhatsAppTelegramLineMessengerLinkedInPinterestSkypeShare

Bapak, Tua, KudaAssalamu’alaikum Wr. Wb.,


Apa kabar adik-adik sekalian? Semoga selalu menjadi anak-anak baik dan taat kepada orang tua sehingga hidup menjadi indah dan berarti.


Kali ini kita bawakan dua kisah menarik dan penuh pelajaran yang bisa kita petik untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nah, langsung saja kita simak kisahnya:


1- Bapak Tua Dan Putranya

Seorang bapak tua tinggal seorang diri di sebuah desa. Ia ingin mencangkul kebunnya dan menanaminya dengan kentang, namun pekerjaan tersebut sangat berat baginya. Ia memiliki seorang putera yang sebenarnya dapat membantunya, akan tetapi sang putera saat itu berada di tahanan.


Kemudian bapak tersebut menulis sepucuk surat untuk puteranya dan menjelaskan kondisinya saat ini:


Puteraku tercinta!


Saat ini aku sedang bersedih, karena tahun ini aku tidak akan dapat menanam kentang. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kebunku. Ibumu selalu berbahagia bila waktu panen tiba dan memanen tanaman itu.


Aku sudah cukup tua untuk mengurusi kebun. Seandainya engkau berada di sini, seluruh permasalahan ini akan dapat terselesaikan. Seandainya engkau berada di sini, tentu engkau akan mencangkulkan kebun itu untukku dan menanaminya dengan kentang. (Baca: Metode Dakwah Keluarga Imam Husain A.S.)


Dari ayahmu yang selalu mencintai dan merindukanmu.


Tidak selang beberapa hari, bapak tua itu menerima balasan telegraf dari sang putera yang berisi:


“Ayah! Demi Tuhan, jangan engkau cangkul kebun itu, karena aku menimbun senjata di sana.”


Esok harinya, 12 orang intel dan polisi sudah berada di lokasi kebun. Semuanya diperintahkan untuk mencangkuli seluruh tanah di kebun itu tanpa harus melewatkan sejengkal pun. Namun mereka tidak menemukan apa-apa, termasuk senjata yang dimaksudkan dalam surat yang dikirim oleh sang putera.


Sang bapak tua sangat bingung dengan kejadian tersebut. Ia menulis kembali sepucuk surat lain kepada puteranya dan menyampaikan apa yang terjadi dengan kebunnya. Ia bertanya bahwa apa maksud dari semua itu?


Sang putera menjawab, “Ayah! Lihatlah kebunmu dan sekarang silahkan ayah menanaminya dengan kentang. Hanya ini pekerjaan terbaik yang dapat aku lakukan dari sini (tahanan) untukmu.” (Baca: Keluarga dalam Perspektif Ajaran Islam)


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah di atas adalah:


  • Tidak ada penghalang untuk melakukan pekerjaan apa pun. Apabila kita memutuskan untuk mengerjakan sebuah pekerjaan, tentu saja kita dapat melakukan pekerjaan itu. Yang bisa menghalangi kita adalah pikiran kita, bukan tempat kita berada.
  • Kita akan menemukan atau bahkan membuat jalan keluar dari segala masalah yang kita hadapi.
  • Dalam keputusasaan masih ada harapan.
  • Setelah gelap akan muncul cahaya.

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More