Sebagaimana kaum lelaki, kaum wanita juga ingin dihormati. Selain itu, mereka juga ingin tampil berwibawa di hadapan suami maupun orang lain. Dirinya akan merasa tertekan apabila dihina atau dilecehkan. Kalau dihargai, ia akan merasa bahwa keberadaannya bermanfaat bagi kehidupan keluarganya. Oleh sebab itu, kita dapat mengatakan bahwa wanita akan merasa berbahagia tatkala dirinya dihormati, dan akan bersedih ketika dilecehkan.
Istri berharap suami lebih menghormati dirinya ketimbang orang lain. Harapan ini jelas dibenarkan. Sebab, suami adalah teman hidup dan penghibur terbaik bagi hatinya. Sepanjang hari dirinya bekerja demi kesenangan anak-anak. Salahkah kalau dirinya kemudian menganggap pantas dihormati?
Menghormati istri tidak akan mengurangi kewibawaan. Bahkan sebaliknya, kian mengukuhkan kesetiaan dan kecintaan suami kepadanya, sekaligus sebagai tanda terima kasih. Karena itu, seyogianya suami menghormati istri melebihi penghormatan yang diberikan kepada orang lain.
Tentu, tak ada salahnya kalau suami berbicara secara santun kepadanya. Janganlah suami menggunakan kata-kata yang tidak senonoh ketika berbincang dengannya. Janganlah berteriak sewaktu memanggilnya. Usahakanlah tidak memotong pembicaraannya. Sebaiknya sebelum memulai perbincangan, ucapkan salam terlebih dahulu sebelum istri Anda mengucapkannya. Kalau dirinya akan pergi ke luar rumah, antarkanlah sampai ke depan pintu. Begitu pula sewaktu dirinya hendak bepergian jauh. Perlihatkanlah kecintaan Anda. Kalau Anda mampu, berikanlah hadiah kepadanya di hari ulang tahunnya.
Hormatilah istri Anda di hadapan orang banyak dan janganlah mengejeknya sekalipun dengan maksud bercanda. Jangan dikira bahwa itu tidak membuatnya tertekan. Tidak. Perkataan tersebut sangat mempengaruhi dan menekan jiwanya. Sebenarnya ia tidak menyukai suami melontarkan kata-kata cemoohan kepadanya. Namun, kadang kala dirinya tidak memperlihatkan secara terbuka kubersinggungan yang dirasakan dari ucapan Anda itu.
Alkisah, seorang perempuan berumur kira-kira 36 tahun dengan langkah yang mantap dan tenang mendatangi pengadilan. Namun setelah mengajukan tuntutan cerai kepada suaminya, dengan muka merah padam, ia berkata: “Pernikahan saya sudah hampir genap dua belas tahun. Ia adalah lelaki yang baik dan memiliki banyak kebaikan. Namun ia tidak pernah mau mengerti bahwa saya adalah istrinya dan ibu dari anak-anaknya. Suami saya mengira bahwa sebuah pertemuan hanya menjadi tempat bermain dan bercanda belaka. Ia selalu mengejek saya di hadapan teman-teman dan kerabatnya.
Akibatnya, mereka juga ikut-ikutan mengejek dan menghina saya. Saya sudah terlalu letih dan sangat bersedih dengan ejekan tersebut. Saya pergi berobat ke psikiater untuk mendapat bantuan jalan keluar dari keadaan ini. Namun saya sudah tidak sanggup lagi menanggungnya. Sudah ribuan kali saya meminta suami saya memahami persoalan ini dan sangat berharap agar dirinya tidak lagi mengejek, menghina, dan mempermainkan saya di depan umum.
Namun ia sama sekali tidak mengindahkannya. Bahkan, sejak itu ia justru menjadi lebih sering menghina dan mengejek saya sampai melampaui batas-batas norma dan etika. Sejak kecil, saya bukan tergolong orang yang suka bercanda dan menjatuhkan harga diri orang lain. Karenanya saya tidak mampu menanggung kelakuan suami saya yang sudah melampaui batas itu. Tatkala merasa bahwa perkataan dan harapan saya kepadanya tak lagi bermakna, saya tak bisa lagi bersabar terhadap hinaannya. Karena itu, mulai saat ini saya memutuskan untuk bercerai dengannya.”
Seluruh wanita mengharapkan dirinya dihormati suami. Mereka amat tertekan sewaktu dihina atau tidak dihormati. Sebaiknya kaum lelaki memahami bahwa diamnya seorang istri ketika diejek bukan berarti dirinya rela. Sebaliknya malah dalam hatinya meluap darah amarah. Dirinya tidak mengungkapkan hal tersebut dikarenakan khawatir hubungan suami-istri menjadi retak. Wahai kaum laki-laki! Apabila Anda menghormati istri Anda, niscaya ia akan jauh lebih menghormati Anda, dan anak-anak akan belajar dari Anda berdua. Serta cinta kasih dan kebersamaan akan selalu memompakan udara sejuk ke tengah-tengah keluarga Anda.
Pada saat itu, Anda pasti akan dihormati orang lain. Sedangkan kalau Anda memperlakukan buruk istri Anda dan selalu melontarkan kata-kata tidak senonoh kepadanya, niscaya ia akan menjawabnya dengan kata-kata kotor. Kalau sudah begitu jangan salahkan siapa pun; salahkanlah diri sendiri!
Seorang istri tidak mungkin dibandingkan dengan pembantu. Ia tidak datang ke rumah Anda sebagai tawanan atau budak. Dirinya juga manusia merdeka yang datang dengan maksud bersama-sama Anda membangun mahligai kehidupan bahagia.
Istri pasti mengharapkan apa yang Anda harapkan; bahwa Anda ingin dirinya menghormati Anda, begitu juga sebaliknya, ia mengharapkan Anda menghormati dirinya. Karena itu, perlakukanlah dirinya sebagaimana perlakuan yang Anda inginkan darinya. Rasulullah Saw bersabda: “Seseorang mustahil menghormati orang lain kecuali orang tersebut orang mulia dan tidak ada yang menghinanya kecuali orang hina.”
Kembali Rasulullah Saw menyabdakan: “Ketahuilah, barang siapa menghina keluarganya, maka kebahagiaan akan dicabut darinya.”
0 comments:
Posting Komentar