Suatu hari seorang sopir mengemudikan mobilnya. Sesampinya di perempatan jalan dan sudah berada di posisi yang benar, tiba-tiba mobilnya ditabrak mobil lain. Lalu turunlah pemilik mobil yang menabraknya sambil meluapkan kemarahannya hingga melayangkan tamparan ke wajah si sopir yang malang tersebut.
Namun sopir itu walaupun dalam posisi yang 100% benar, dia sama sekali tidak melawan, tidak menanggapi segala sumpah serapahnya dan bahkan tidak membalas perlakuan fisik terhadapnya. Dia hanya bergumam berulang kali mengatakan:
“Hasbiyallah wa ni’mal wakîl (cukuplah Allah bagiku dan Dia sebaik-baik Dzat untuk berserah). Ku serahkan urusanku hanya pada-Mu. Jika aku yang salah, Dia yang akan menghisabku. Namun jika kau yang salah, cepat atau lambat Dia yang akan membalaskannya untukku.” Lalu sopir tersebut berjalan meninggalkannya dengan tetap menahan emosinya walaupun bara kemarahan bergejolak dalam dadanya sambil mengulang-ulang ucapan: “Hasbiyallah wa ni’mal wakîl”
Berlalulah beberapa hari. Dan suatu hari berikutnya, seseorang mendatangi si sopir sambil membawa bingkisan. Orang tersebut memintanya agar si sopir itu menerima pemberiannya. Sopir itu bertanya-tanya dalam dirinya akan apa yang sedang terjadi. Melihat gelagatnya tersebut, orang tersebut memutus kegelisahan si sopir sambil menjabat tangannya, lalu berkata:
”Anda ingat siapa saya?”
”Maaf saya tidak ingat” jawabnya
”Saya adalah orang yang beberapa waktu yang lalu menabrak mobil Anda, mencaci maki dan menampar Anda.”
Mendengar jawaban tersebut si sopir mengatakan: ”Ya, sekarang saya ingat”
”Setelah kejadian itu, sekian lama saya mencari Anda dan alhamdulillah kini saya telah menemukan Anda… Sebenarnya pada kejadian itu kesalahan berada di pihak saya namun saya berusaha mengelaknya. Saya menyesal telah berlaku zalim namun Anda sama sekali tidak membalas. Anda saat itu hanya menyerahkan segalanya kepada Tuhan… Anda benar sekali… Tahukah Anda, di hari dan lokasi yang sama, saya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa putra saya. Kecelakaan maut itu menyadarkan saya dan mengingatkan saya yang telah berlaku zalim kepada Anda. Sekarang saya datang hanya ingin meminta maaf dan mohon terimalah permintaan maaf saya” ucapnya sambil mengucurkan airmata penyesalan dan sangat memohon.
Si sopir setelah menyaksikan airmata penyesalan yang tulus tersebut, merasa iba. Lalu mengatakan sambil tersenyum dan membesarkan hati orang tersebut:
”Orang yang memaafkan adalah orang yang mulia dan semoga Allah mengampuni Anda.”
Lalu orang tersebut berpamitan sambil mengatakan:
”Demi Allah, saya bersumpah tidak akan pernah lagi menzalimi orang lain, mengambil hak orang lain dan menyakiti hati orang lain. Anda benar-benar telah menyadarkan saya bahwa doa orang yang terzalimi itu memang tak tertolak dan langsung terkabul.”
==============
Bait syair berikut menutup kisah ini:
لا تظلمن إذا كنت مقتدرا
فالظلم آخره يمضي إلى الندم
Jika kau berkuasa, janganlah kau berlaku zalim,
Karena akhir dari kezaliman adalah penyesalan.
تنام عيناك و المظلوم منتبه
يدعو عليك و عين الله لا تنم
Kedua matamu tertidur sedangkan kedua mata orang yang terzalimi masih terjaga
Sambil berdoa atasmu dan (sadarlah) bahwa mata (pantauan) Allah tak pernah tertidur.
0 comments:
Posting Komentar