Jumat, 28 April 2023

Dua Kutub Suni-Syiah Ekstrem London

 


Ekstremis ada di setiap pengikut agama seluruh dunia. Tidak terkecuali di kalangan umat Islam. Jauh di London sana, ekstremis pengikut ahlusunah dan Syiah nampaknya diwakili oleh Anjem Choudary dan Yasser Al-Habib. Choudary, dikenal berani turun ke jalan bersama darah muda salafi untuk mendukung Al Qaeda dan ISIS sambil mengutuk Iran dan Syiah. Sementara Yasser, lebih nyaman menggunakan kanal televisi dan YouTube untuk menyerang keyakinan suni dan pengikut Syiah lainnya.


Lahir di London pada tahun 1967, Anjem Choudary adalah putra seorang pedagang asal Pakistan. Mengenyam pendidikan di Universitas Southampton, Andy—begitu dulu dia disapa—dikenal sebagai pemuda yang gila pesta dan jauh dari agama. Jelang usia 30 tahun, Andy bertemu dengan Omar Bakri Muhammad, pentolan Hizbut Tahrir Inggris, yang mengubah jalan hidup dan pandangannya tentang Islam.[1]


Sedikit berbeda, Yasser Al-Habib lahir di Kuwait tahun 1979 dari keluarga berlatar belakang religius. Selain belajar politik, dirinya juga belajar agama dari seorang ulama. Umur 24 tahun, dirinya sudah didakwa 35 tahun penjara karena menghina sahabat nabi. Baru satu tahun, amir Kuwait membebaskannya. Yasser kabur menuju Irak dan Iran selama beberapa bulan, sebelum akhirnya mendapat suaka dari pemerintah Inggris.


Ideologi ekstremis sepertinya telah menyatu di antara para pengikut Choudary dan Yasser. Memancing orang lain ke dalam perpecahan, kemarahan, dan kebencian. Dakwah mereka menciptakan sektarianisme di antara berbagai kelompok dan mazhab dalam Islam. Dengan membesarkan api permusuhan dan kebencian, langsung maupun tidak, aksi mereka telah memicu aksi pembunuhan atas nama agama dan kelompok.


Orang-orang seperti Choudary telah mengindoktrinasi pemuda suni untuk melawan pengikut Syiah dan akhirnya memicu orang-orang seperti Yasser. Orang-orang seperti Yasser Al-Habib juga menyuntik pemuda Syiah untuk membenci ahlusunah dan akhirnya memicu orang-orang seperti Choudary. Kedua kutub ini memang hanya memiliki sedikit pengikut, tapi secara misterius memiliki jangkauan media yang luas dan sumber pendanaan yang kuat.[2]


Keduanya menjalankan apa yang mereka yakini sebagai “dakwah” dari ibu kota Inggris, London. Polisi, intelijen, dan pemerintah Inggris pasti sangat mengetahui segala yang mereka lakukan. Choudary pernah ditahan beberapa kali oleh polisi terkait dengan terorisme dan ujaran kebencian. Sementara Yasser mendapatkan suaka setelah ditangkap dan diasingkan oleh Kuwait karena menyebarkan kebencian sektarian. Meski begitu, Kuwait masih diyakini sebagai donatur terbesar yayasan yang dikelolanya.


Melalui retorika ekstremisme, orang-orang seperti Choudary dan Yasser—sengaja atau tidak—sedang  menjalankan agenda pembenci Islam. Tujuannya adalah melihat umat muslim terpecah dan saling menghancurkan (dari dalam).


Embed from Getty Images


Sebelum Choudary dan Yasser, sudah ada pendakwah kebencian yang terbukti menjalankan agenda intelijen (MI5). Abu Hamzah, telah lama menyebarkan kebencian di Inggris tanpa ditangkap, karena bekerja sama dengan otoritas keamanan untuk “menyeimbangkan keamanan jalanan London”. Abu Hamza diizinkan untuk berceramah sesukanya, “selama tidak ada pertumpahan darah”.[3]


Umat Islam harus meningkatkan upaya untuk melawan segala bentuk ekstrimisme yang—secara  langsung atau tidak—juga bertanggung jawab atas tumpahnya darah sesama muslim, sesama manusia. Aksi kekerasan atas nama kelompok atau agama bisa dengan mudah menyebar jika kita tidak waspada dan tegas membela ideologi yang benar.


Referensi:


[1] ^ Anthony, Andrew (7 September 2014). “Anjem Choudary: the British extremist who backs the caliphate.” The Guardian.


[2] ^ Rizvi, Haseeb (16 Maret 2016). “The Extremist Spectrum: Anjem Choudhry to Yasser Habib”. The Muslim Vibe.


[3] ^ Sherwel, Philip (7 Mei 2014). “Abu Hamza ‘secretly worked for MI5’ to ‘keep streets of London safe'”. The Telegraph.

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More