ALONESIA.COM – Sejak penunjukan Pangeran Muhamammad bin Salman (MbS) sebagai Putra Mahkota pada 21 Juni 2017, Arab Saudi semakin menegaskan visinya untuk menjadi Negara yang tidak lagi konservatif.
Dulu sebelum pengangkatan MbS, Arab Saudi dipimpin oleh Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud yang dikenal dengan aturannya yang masih konservatif. Raja Salman menjunjung nilai-nilai tradisional yang berlandaskan syariat Islam.
Namun semenjak Arab Saudi di bawah pemerintahan Pangeran MbS, aturan yang diterapkan selama puluhan tahun tersebut dilonggarkan.
Pangeran Mbs merancang Visi Arab Saudi 2030 yang bertujuan menjadikan Arab sebagai pusat Islam dan sebagai pusat investasi yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika.
Visi 2030 sebenarnya merupakan strategi Arab Saudi untuk mengurangi ketergantungan negara pada minyak.
Seperti yang telah diketahui, Arab Saudi merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia dan pemasukan utamanya tentu saja bergantung dari sumber daya tersebut.
Dampak dari penerapan visi tersebut terlihat dari berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga pariwisata.
Semua kalangan terkena pengaruh adanya pengembangan visi ini. Tak terkecuali para wanita Arab yang ikut menyukseskan program Pangeran MbS.
Salah satu hal yang paling disoroti adalah soal penampilan kaum wanita itu sendiri. Kini, para wanita di Arab Saudi dibebaskan memakai pakaian sesuai selera masing-masing.
Abaya dan cadar tak lagi wajib digunakan di Arab Saudi terutama di Riyadh sejak tahun 2018. Namun busana yang dipakai harus tetap sopan.
Perubahan yang paling terlihat adalah di wilayah Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh. Riyadh seakan memiliki wajah baru dengan kesan modern yang ditampilkan.
Mayoritas perempuan di Riyadh berbusana di tempat publik tanpa mengenakan abaya dan cadar.
Pemandangan yang mungkin tak ditemui saat pemerintahan Raja Salman itu kini semakin jelas terlihat ketika momen perayaan tahun baru 2023 kemarin.
Jarak sosial antara laki-laki dan perempuan pun juga dihapuskan. Hal ini terlihat di berbagai tempat umum, salah satunya adalah di Bandara Internasional King Khalid Riyadh, tampak perempuan dan laki-laki mengantre di jalur yang sama di bagian bea cukai tanpa ada lagi sekat pemisah.
Selain itu, para perempuan juga diperbolehkan bepergian tanpa wali, menaiki mobil sendiri, bahkan mendaftar untuk angkatan bersenjata.
Arab Saudi juga telah menetapkan kebijakan larangan memakai abaya bagi siswa perempuan saat ujian di sekolah. Aturan ini berlaku sejak 16 Desember 2022 yang dikeluarkan oleh Education and Training Evaluation Commission (ETEC) Saudi.
Mereka meminta murid mengenakan seragam sekolah saat ujian. ETEC menjelaskan jika seluruh pakaian yang dipakai siswa harus selaras dengan aturan kesopanan publik di Saudi.
Bahkan pemerintah Saudi telah mengizinkan memakai bikini di pantai tertentu seperti di kawasan pesisir King Abdullah Economic City.
Kawasan tersebut dibuka untuk turis dan boleh datang berpasangan. Para wisatawan juga diizinkan memakai pakaian renang bahkan bikini di kompleks hotel atau jalanan.
Tak hanya soal pakaian, Arab Saudi juga memperkenankan untuk merayakan Natal secara terbuka. Jika dilihat, pada akhir-akhir ini perayaan Natal semakin meriah daripada tahun-tahun sebelumnya yang sunyi senyap.
Saudi telah mengizinkan pengadaan bioskop dan konser setelah tiga dekade hal tersebut dilarang.
Dilaporkan pula, Pangeran MbS akan menjadikan kota futuristik Neom sebagai "surga alkohol” yang mengizinkan penjualan dan konsumsi minuman beralkohol.
0 comments:
Posting Komentar