Di dunia ini, sebenarnya manusia menjalani 3 level kehidupan sekaligus:
▪️Kehidupan Jasadiyah/Fisik/Biologis, yaitu
kehidupan yang ditandai dengan tumbuh dan berkembang secara fisik, seperti halnya tumbuhan dan hewan, yang mengkonsumsi makanan, tumbuh, bergerak, dan berkembangbiak.
▪️Kehidupan Nafsiyah/kejiwaan/ psikologis.
Peringkat ini adalah peringkat kehidupan manusia, yang lebih tinggi dr tumbuhan dan hewan, yaitu ketika seseorang mengejar prestasi, cenderung ingin dipuji, tak suka diremehkan, dan seterusnya. Namun, pada peringkat ini manusia belum keluar dari seputar diri (egosentrisme).
▪️Kehidupan Maknawi/Ruhani yaitu kehidupan tertinggi yang dapat diraih manusia.
Yakni, ketika dia mengejar nilai-nilao universal nan adiluhung, seperti keadilan, kesucian, kesempirnaan dan seterusnya. Egonnya sudah menjadi ego-universal.
Mengejar nilai nilai universal seperti nilai keadilan, kesempurnaan, keutamaan, kesucian, kehormatan , spritualitas dll.
Berbeda dengan mahluk lain spt hewan dan tumbuhan yg hanya bisa menjalani kehidupan pada peringkat yang pertama, manusia tidak hanya menjalani jenis kehidupan yang dimiliki hewan maupun tumbuhnan. Manusia mampu membangun cita2, harapan, dan semangat dalam kehidupannya. Hal ini tampak dalam sisi kejiwaaannya.
Bahkan lebih dari itu bahwa manusia bukan hanya bisa menuntut keadilan bagi dirinya tetapi kadang manusia mengejar kehidupan lebih tinggi dari itu, yaitu keadilan bagi seluruh alam, bukan hanya berkutat pada dirinya, suku, bahkan negara dan bangsanya, tetapi keadilan bagi semua orang. Bagi mereka, anaknya dan anak orang lain adalah sama, ketika dilecehkan akan tergerak untuk membelanya. dari penindasan, dimanapun berada.
Termasuk pembelaan terhadap Rakyat Palestina atas penjajahan zionis Israel.
Mereka akan mengejar nilai nilai keadilan atau nilai nilai kesempurnaan, keutamaan, kesucian, kehormatan. Inilah datar kehidupan yang lebih tinggi.
Jadi ketika Allah menyeru kita untuk hidup maka itu berarti mengejar datar kehidupan yang setinggi-tingginya. Dan ALLAH Swt menjelaskan bahwa dirinya adalah AL HAYYU (maha hidup), begitu juga Ar Rasul saww menyerap sifat ALHAYYU (Hidup) yang dampaknya bisa kita rasakan hingga hari ini. Bisa jadi secara jasad seseorang itu hidup tetapi tidak kehidupannya tak berdampak kebaikan bagi orang lain.
Sedangkan Ar Rasul saww dan para Ma’sumin secara fisik mungkin terlihat mati tetapi hakikat ruhnya hidup dan dapat memberikan inspirasi, semangat, mendatangkan kecintaan, dan seterusnya. Inilah kehidupan yang menghasilkan para pahlawan, pejuang, sehingga musuh Islam (USA & ZIONIS) perlu membunuh mereka, membunuh karakter Nabi saww. Begitu pula Al-Husain as yg wujudnya terus hidup. Siapakah sekarang yang dirindukan, ditangisi, dicintai, diharapkan belas kasihnya, yang menginspirasi, kecuali dengan datang berziarah ke makam sucinya as.
(AMB)
0 comments:
Posting Komentar