Sabtu, 25 Maret 2023

Jokowi Seorang Fund Manager


Tulisan dari wall Ratih Widjaya.


 Hari Senin kemarin saya diskusi dengan seorang CEO dari sebuah Investment Bank. Saya undang dia makan di restoran jepang Macau Harbour karena dia baru 

menjabat sebagai boss di kantor nya di Hongkong. Saya didampingi oleh dua orang direktur saya, satu orang Korea dan satu lagi dari Jepang. Tidak ada yang penting dibahas, hanya bicara santai sebagai bentuk keramah tamahan perusahaan saya kepada relasi kantor. Namun entah mengapa dia menyinggung tentang kehebatan ekonomi Indonesia di era Jokowi. Saya bingung mau diskusi dengan dia. Karena dia lebih hebat soal ekonomi. Apalagi perusahaannya banyak memberikan dukungan pembiayaan di Indonesia. Makanya saya lebih baik mendengar tanggapan & analisa nya terhadap ekonomi Indonesia.


 “Kamu tahu Sir, di era Jokowi, setiap lelang SBN (Surat Berharga Negara) selalu oversubscribe. Lebih tinggi permintaan daripada penawaran. Bahkan bukan rahasia lagi bahwa sebelum lelang SBN, inden saja sudah terjadi antrian. Sudah seperti Tbill saja Obligasi Indonesia itu.”


 “Oh Ya. Mengapa begitu?"


“Itu karena sistem yang transparant pada APBN. Investor menjadi penilai yang paling objectif tentang kinerja pemerintah. Ini tidak ada kaitannya dengan politik. Apalagi SBN itu bertenor jangka menengah atau diatas 5 tahun. Kalau kinerja buruk, prospek buruk engga ada orang mau antri beli SBN.”


 “Mengapa ?"


“Mana ada investor bego. Mana ada orang punya uang, bego”


 “Tetapi data memperlihatkan bahwa Utang yang di gali era SBY beruntun jatuh tempo di era Jokowi. Apakah ini tidak mengkawatirkan pemerintah akan

gagal bayar?“


 “Karena transparant itulah kita bisa tahu kemampuan pemerintah Indonesia membayar utang dengan mudah. Terbukti bisa bayar bunga dan utang selama tiga tahun kekuasaan Jokowi sebesar Rp.900 Triliun sekian... Sementara sampai tahun 2017 Jokowi menarik utang sebesar Rp. 1.000 triliun'an... Artinya likuiditas Indonesia sangat terjaga, dan itu berkat tingkat kehati-hatian yang tinggi dari team Keuangan Jokowi.”


 “Tahun 2018 harus keluar uang lagi bayar utang Rp.390 Triliun dan 2019 sebesar 420 triliun. Sampai dengan tahun 2019 utang yang dibayar Jokowi masih utang era SBY.. Begitu ?


 “Tepat sekali. Utang yang ditarik Jokowi baru akan jatuh tempo tahun 2020.“


 “Apakah indonesia mampu membayar utang tersebut?


 “Baik saya jelaskan dari sisi praktisi sebagai investor.


 “OK silahkan. Saya siap menyimak.“


“Pertama, Anda perhatikan, dalam kondisi tersulit dengan beban bunga dan cicilan yang begitu besar, Indonesia tetap mampu bayar. Artinya likuiditas pemerintah terjaga sangat baik.”


 “Mengapa ?"


 “Ya, Karena tingkat kepercayaan semakin tinggi dimata investor sehingga pemerintah tidak sulit melakukan restruktur utang, misal melalui skema recycle bond atau utang lama di tukar dengan utang baru dengan bunga dan cicilan yang rendah, dengan mengalihkan ke SBN dalam negeri.. Terjadinya restruktur anggaran pembangunan yang lebih efisien”


 “Oh fantastik.”


“Kedua, Likuiditas dalam negri sangat besar. 81 % utang negara kepada rakyat sendiri, yang 56% nya bermata uang rupiah. Sisanya mata uang asing.“


 “Siapa yang memberi pinjaman kepada pemerintah ?"


 “Ya Perusahaan asuransi, Dana pensiun, perusahaan sekuritas ( reksadana ) dan perbankan. Ini berkat reformasi sektor keuangan yang dicanangkan Jokowi tahun 2015.”


 “ Oh OK. terus...?"


 “Ketiga, terjadi penambahan asset produktif. Nah asset produktif indonesia itu adalah BUMN. Peningkatan asset BUMN di era Jokowi mencapai dua digit! Saat sekarang diperkirakan asset BUMN mencapai Rp 7.000 triliun something pada 2017, atau meningkat dua digit % dibandingkan dengan pada tahun 2016. Nilai ini sama dengan 3 kali dari APBN.“


 “Jadi masih dibawah dari total utang negara atau bahkan dengan DER  sampai 55%.“


“Tepat. Itu masih sangat layak. Apalagi current asset indonesia itu didominasi oleh perusahaan lembaga keuangan. Jadi jangan GR seolah olah Indonesia kaya SDA maka investor tertarik karena SDA anda. Kekayaan SDA tidak bisa di jadikan dasar untuk menilai solvabilitas negara. Lihat saja Venezuela yang kaya SDA, engga ada yang mau utangi dan bankrut lah yang terjadi..”


 “OK terus...?"


 “Keempat, investasi yang dilakukan Jokowi berasal dari utang melalui pembiayaan anggaran  60 % lebih masuk ke sektor produksi real yang berjangka pendek dampaknya, dan hanya berkisar 40% investasi tak berwujud seperti Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi Rumahtangga, yang berdampak jangka panjang. Artinya management utang sangat rasional, berdampak jangka pendek dan berspektrum jangka panjang dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat untuk terjadinya pertumbuhan berkelanjutan.”


 “Wow”


 "Dukungan pasar uang dan modal kepada Jokowi BUKANLAH POLITIK. Dalam dunia kita mana ada politik. Diotak kita hanya soal yield dan risk. Kalau investor percaya kepada Jokowi itu bukan karena Jokowi jago pencitraan tetapi memang pemerintah Jokowi itu kredible dimata investor.”


 Saya hanya tersenyum.. 


 “Sekarang pertanyaan saya, mengapa anda bisa punya presiden sehebat itu bahkan mengalahkan fund manager terbaik Wallstreet atau London. .?" katanya. 

 “Karena Persepsinya tentang uang bukan soal tumpukan uang di bank tetapi Proyek dan Produksi.

Orang yang orientasinya uang maka dia cenderung culas. Tetapi kalau orientasinya proyek dan produksi maka dia cenderung bijak Pasti Keadilan akan tercapai.  Tuhan akan menjaganya. Adakah yang lebih hebat dibandingkan Tuhan ? think about it.! "


 “Jadi sesederhana itu! 


 “Apakah ada yang lebih tinggi dari Tuhan ?


 “Ya ya ..i know ..”  saya terseyum. 


 “Saya suka orang Indonesia seperti Jokowi juga anda. Rendah hati dan percaya diri tinggi. Dalam situasi apapun selalu ada harapan. Ternyata itu karena keimanan kepada Tuhan.“


 Saya tersenyum sambil mengajak dia cheers,

 “Kanpai..” kata direktur saya dari Jepang.

 “Gun bae..” kata direktur  saya dari Korea.


 “Cheers for the future“ katanya.


 DDB 14 Jun 2018 04:11

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More