Setiap manusia menginginkan keberhasilan. Setiap orang menginginkan yang terbaik
dari hidup ini. Tidak seorang pun senang akan kemiskinan atau hidup dalam keadaan paspasan.
Tidak seorang pun senang merasa inferior; tidak seorang pun senang dipermainkan.
Namun keinginan tersebut sering kali tidak sejalan dengan perbuatannya, hal ini terbukti
dengan seseorang selalu menunda dalam mengambil sebuah keputusan bahkan tidak mengambil
keputusan sama sekali, karena takut dengan resikonya. Pada dasarnya, rasa takut menunda datangnya
keberhasilan.
Ketakutan akan kegagalan atau keragu-raguan yang berlebihan membuat kesempatan
itu tidak akan pernah kembali datang. Namun di sisi lain, pengambilan keputusan secara
serampangan tanpa pertimbangan matang bisa menghilangkan kesempatan. Yang diperlukan adalah
pemikiran yang tuntas untuk bisa mengambil keputusan terbaik dan terlebih penting lagi adalah
keberanian untuk mengambil keputusan dan melaksanakannya.
Artinya, mengambil keputusan adalah tindakan yang cenderung dihindari sejumlah
orang. Ini disebabkan karena mereka takut melakukan kesalahan atau takut gagal. Selain
itu, berani mengambil sebuah keputusan berarti berani mengambil resiko dan resiko inilah
yang kerap dihindari banyak orang. Padahal, untuk terbebas dari masalah atau untuk
menjadi sukses, mereka harus berani mengambil sebuah keputusan.
Disadari bahwa mengambil keputusan adalah pekerjaan tidak mudah. Seseorang
tidak saja membutuhkan keberanian, tetapi juga bagaimana dia mencermati pilihan yang
ada dan salah satunya dijadikan sebagai sebuah keputusan. Suatu keputusan memang
membutuhkan keyakinan dan pengorbanan. Jika seseorang memutuskan untuk memilih
jalan tertentu maka dia harus meyakini akan jalan tersebut dan tentunya juga jalan lain
harus dikorbankan.
Dengan demikian, untuk memilih sebuah keputusan, seseorang membutuhkan keyakinan, jika kita
tidak yakin maka hasilnyapun bisa menjadi tidak maksimal. Lulu Kemaludin
mengatakan ‘Jika anda tidak yakin “anda bisa,” maka anda pun tidak akan maksimal
melakukannya, potensi yang ada pada diri andaipun tidak ter-eksplore secara maksimal,
dan hasilnya pasti tidak akan maksimal’.12 Rahmat di dalam bukunya Dari Tidak Bisa Menjadi
Bisa (2012) mengatakan ‘jika para mujahid dengan gagah berani maju ke medan tempur,
tidak takut kena panah, tidak takut kena pedang, tidak takut disiksa, tidak takut ditawan,
bahkan tidak takut mati meski dengan leher terpenggal, karena mereka memililki keyakinan
bahwa balasan hari esok di surga akan melebihi pengorabanan apa pun yang diberikan
saat ini’, coba kita bayangkan seandainya para mujahid tidak memiliki keyakinan seperti
yang dikatakan oleh Rahmat, maka pastilah Islam hanya akan tinggal sejarah.’
Namun di sisi lain pengambilan keputusan yang dilakukan secara serampangan
akan menghilangkan sebuah kesempatan emas. Pengambilan keputusan memerlukan
sebuah pemikiran yang tuntas untuk bisa mengambil keputusan terbaik. Hal terpenting
adalah keberanian mengambil sebuah keputusan dan menjalaninya. Namun dalam pengambilan
keputusan, seseorang diharapkan tidak melihat dari satu perspektif saja. Ia harus memahami sebuah
persoalan dan mengambil suatu keputusan secara komprehensif. Terkadang, boleh jadi sebuah
keputusan adalah baik menurut diri sendiri, namun belum tentu baik menurut orang lain. Sebaliknya,
terkadang suatu keputusan baik untuk orang lain, tetapi tidak baik untuk diri sendiri.
Dalam perspektif lain, keberanian mengambil keputusan mengindikasikan bahwa
seseorang memiliki jiwa kepemimpinan. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Abû Zubair
al-Makki (seorang yang mudallis dan dia meriwayatkan dengan ‘An’anah). Pentahqiq Zâd
al-Ma‘âd mengatakan bahwa hadis berikut ini dikuatkan dengan riwayat dari Ibn ‘Abbâs
yang dikeluarkan oleh Ahmad dan al-Hakîm serta disahihkan oleh Imam al-Dzahâbî:
Bahwa Rasulullah SAW. selalu meminta saran kepada para sahabat sehubungan dengan
rencana melakukan perang Uhud. Ketika para sahabat menyarankan kepada beliau untuk
berangkat, beliau langsung mengenakan baju besinya dan mengambil pedangnya. Ketika
mereka berkata “barangkali kami telah memaksa engkau, wahai Rasulullah. Bagaimana
bila engkau tetap tinggal di Madinah?” Rasulullah SAW. menjawab “pantang bagi seorang
nabi bila telah mengenakan baju perangnya untuk melepasnya kembali sebelum Allah memutuskan
antara dia dan musuhnya”. Selanjutnya, beliau bertekad untuk tetap berangkat ke medan perang.
Keberanian mengambil keputusan inilah yang membuat nabi layak menjadi seorang pemimpin.
Konklusinya, bahwa dalam hidup, selalu ada keputusan-keputusan yang harus
diambil oleh seseorang. Bahkan sikap tidak mengambil keputusan pada dasarnya adalah
suatu bentuk pengambilan keputusan. Semuanya memiliki resiko. Dalam mengambil
suatu keputusan, seseorang mesti melihat persoalan dari berbagai sudut pandang, karena
apa yang baik bagi sebagian besar orang, belum tentu baik bagi diri sendiri. Semua pilihan
kembali pada diri sendiri, dan untuk dapat keluar dari sebuah persoalan atau permasalahan,
seseorang membutuhkan keberanian mengambil sebuah keputusan, meskipun keputusan
yang diambil cukup pahit.
TARMIZI
Urgensi Keberanian dalam Mengambil Keputusan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sumatera Utara
Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate, 20371
e-mail: situmorangtarmizi@yahoo.com
0 comments:
Posting Komentar