Sabtu, 25 Maret 2023

Urgensi Keberanian dalam Mengambil Keputusan


     Setiap manusia menginginkan keberhasilan. Setiap orang menginginkan yang terbaik

dari hidup ini. Tidak seorang pun senang akan kemiskinan atau hidup dalam keadaan paspasan.

Tidak seorang pun senang merasa inferior; tidak seorang pun senang dipermainkan.


    Namun keinginan tersebut sering kali tidak sejalan dengan perbuatannya, hal ini terbukti

dengan seseorang selalu menunda dalam mengambil sebuah keputusan bahkan tidak mengambil

keputusan sama sekali, karena takut dengan resikonya. Pada dasarnya, rasa takut menunda datangnya

keberhasilan.


    Ketakutan akan kegagalan atau keragu-raguan yang berlebihan membuat kesempatan

itu tidak akan pernah kembali datang. Namun di sisi lain, pengambilan keputusan secara

serampangan tanpa pertimbangan matang bisa menghilangkan kesempatan. Yang diperlukan adalah

pemikiran yang tuntas untuk bisa mengambil keputusan terbaik dan terlebih penting lagi adalah

keberanian untuk mengambil keputusan dan melaksanakannya.


    Artinya, mengambil keputusan adalah tindakan yang cenderung dihindari sejumlah

orang. Ini disebabkan karena mereka takut melakukan kesalahan atau takut gagal. Selain

itu, berani mengambil sebuah keputusan berarti berani mengambil resiko dan resiko inilah

yang kerap dihindari banyak orang. Padahal, untuk terbebas dari masalah atau untuk

menjadi sukses, mereka harus berani mengambil sebuah keputusan.


    Disadari bahwa mengambil keputusan adalah pekerjaan tidak mudah. Seseorang

tidak saja membutuhkan keberanian, tetapi juga bagaimana dia mencermati pilihan yang

ada dan salah satunya dijadikan sebagai sebuah keputusan. Suatu keputusan memang

membutuhkan keyakinan dan pengorbanan. Jika seseorang memutuskan untuk memilih

jalan tertentu maka dia harus meyakini akan jalan tersebut dan tentunya juga jalan lain

harus dikorbankan.


    Dengan demikian, untuk memilih sebuah keputusan, seseorang membutuhkan keyakinan, jika kita

tidak yakin maka hasilnyapun bisa menjadi tidak maksimal. Lulu Kemaludin

mengatakan ‘Jika anda tidak yakin “anda bisa,” maka anda pun tidak akan maksimal

melakukannya, potensi yang ada pada diri andaipun tidak ter-eksplore secara maksimal,

dan hasilnya pasti tidak akan maksimal’.12 Rahmat di dalam bukunya Dari Tidak Bisa Menjadi

Bisa (2012) mengatakan ‘jika para mujahid dengan gagah berani maju ke medan tempur,

tidak takut kena panah, tidak takut kena pedang, tidak takut disiksa, tidak takut ditawan,

bahkan tidak takut mati meski dengan leher terpenggal, karena mereka memililki keyakinan

bahwa balasan hari esok di surga akan melebihi pengorabanan apa pun yang diberikan

saat ini’, coba kita bayangkan seandainya para mujahid tidak memiliki keyakinan seperti

yang dikatakan oleh Rahmat, maka pastilah Islam hanya akan tinggal sejarah.’


    Namun di sisi lain pengambilan keputusan yang dilakukan secara serampangan

akan menghilangkan sebuah kesempatan emas. Pengambilan keputusan memerlukan

sebuah pemikiran yang tuntas untuk bisa mengambil keputusan terbaik. Hal terpenting

adalah keberanian mengambil sebuah keputusan dan menjalaninya. Namun dalam pengambilan

keputusan, seseorang diharapkan tidak melihat dari satu perspektif saja. Ia harus memahami sebuah

persoalan dan mengambil suatu keputusan secara komprehensif. Terkadang, boleh jadi sebuah

keputusan adalah baik menurut diri sendiri, namun belum tentu baik menurut orang lain. Sebaliknya,

terkadang suatu keputusan baik untuk orang lain, tetapi tidak baik untuk diri sendiri.

    

    Dalam perspektif lain, keberanian mengambil keputusan mengindikasikan bahwa

seseorang memiliki jiwa kepemimpinan. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Abû Zubair

al-Makki (seorang yang mudallis dan dia meriwayatkan dengan ‘An’anah). Pentahqiq Zâd

al-Ma‘âd mengatakan bahwa hadis berikut ini dikuatkan dengan riwayat dari Ibn ‘Abbâs

yang dikeluarkan oleh Ahmad dan al-Hakîm serta disahihkan oleh Imam al-Dzahâbî:

Bahwa Rasulullah SAW. selalu meminta saran kepada para sahabat sehubungan dengan

rencana melakukan perang Uhud. Ketika para sahabat menyarankan kepada beliau untuk

berangkat, beliau langsung mengenakan baju besinya dan mengambil pedangnya. Ketika

mereka berkata “barangkali kami telah memaksa engkau, wahai Rasulullah. Bagaimana

bila engkau tetap tinggal di Madinah?” Rasulullah SAW. menjawab “pantang bagi seorang

nabi bila telah mengenakan baju perangnya untuk melepasnya kembali sebelum Allah memutuskan

antara dia dan musuhnya”. Selanjutnya, beliau bertekad untuk tetap berangkat ke medan perang.

Keberanian mengambil keputusan inilah yang membuat nabi layak menjadi seorang pemimpin.


    Konklusinya, bahwa dalam hidup, selalu ada keputusan-keputusan yang harus

diambil oleh seseorang. Bahkan sikap tidak mengambil keputusan pada dasarnya adalah

suatu bentuk pengambilan keputusan. Semuanya memiliki resiko. Dalam mengambil

suatu keputusan, seseorang mesti melihat persoalan dari berbagai sudut pandang, karena

apa yang baik bagi sebagian besar orang, belum tentu baik bagi diri sendiri. Semua pilihan

kembali pada diri sendiri, dan untuk dapat keluar dari sebuah persoalan atau permasalahan,

seseorang membutuhkan keberanian mengambil sebuah keputusan, meskipun keputusan

yang diambil cukup pahit.


TARMIZI

Urgensi Keberanian dalam Mengambil Keputusan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sumatera Utara

Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate, 20371

e-mail: situmorangtarmizi@yahoo.com

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More