Rabu, 29 Maret 2023

Maulid Nabi dan Pesan Persatuan Islam


 Kerinduan mendalam kepada Nabi Muhammad Saw, telah menggerakkan kurang lebih 7.000 pasang kaki untuk menghadiri acara Maulidur Rasul, yang diadakan di kediaman Habib Muhsin Al-Kaff, di Randudongkal, Pemalang, Jawa Tengah, pada hari Minggu, 28 Desember 2014. Kendati seringkali ada tudingan dari kelompok lain bahwa perayaan maulid adalah bid’ah, namun tidak menyurutkan niat para pecinta Rasulullah tersebut untuk mendengarkan tausyah maulid.


Acara dibuka pada pukul 9.00 oleh Habib Muhsin Al-Kaff. Ia menyampaikan terimakasihnya atas kehadiran jamaah.  Sekedar informasi,  Habib Muhsin telah menggelar acara serupa selama 19 tahun, yang selalu dipadati jamaah. Perwakilan pemerintah, seperti Camat Randudongkal Tarjono, S.IP, pihak dari Kapolres dan Komando Distrik Militer (Dandim) juga tampak hadir.


Qari Iran Ajak Umat Islam Bersatu


Acara selanjutnya adalah tausiyah dari Qari dan pengajar hauzah ilmiah asal Qum, Iran, yaitu DR. Ahmadi Shakhrati. Ia menyampaikan, pentingnya mengingat hari lahir Rasulullah dan mengajak jamaah untuk meneladaninya.


“Mari kita meladani yang telah dicontohkan Rasulullah di semua lini kehidupan, lalu menyampaikannya kepada orang-orang terdekat,” ajaknya.


Qari yang berusia 46 tahun ini juga mengingatkan betapa pentingnya persatuan Islam, karena bagaimanapun, perpecahan Islam hanya akan menguntungkan pihak musuh.


Dalam beberapa waktu terakhir ini, kita dihadapkan pada kenyataan yang pahit. Seringkali, ada oknum/ kelompok tertentu mengklaim diri sebagai representasi Islam, namun akhlaknya jauh dari nilai-nilai yang diwariskan Rasulullah Saw.


Di berbagai negara, kita dihadapkan dengan kemunculan teroris dengan berbagai nama seperti Al-Qaeda, Al-Nusra, Al-Shahab, ISIS, Boko Haram, dan lainnya, namun mereka melakukan kejahatan kemanusiaan. Mereka membunuhi pihak lain yang berseberangan tanpa pandang bulu. Jika di jaman Rasulullah, kita mengenal Hindun yang dengan keji merobek dada Sayidina Hamzah dan menyantap jantungnya, perbuatan serupa juga dilakukan oleh Abu Sakkar, pemberontak Suriah. Tragisnya, ia memekikkan takbir saat melakukan hal keji tersebut.


Di Indonesia, kita juga menemukan berbagai persoalan yang begitu kompleks. Penguasa yang harusnya melindungi rakyat, malah merampok rakyat. Maka kita pun harus melihat banyak pejabat-pejabat yang bergelar ‘Ustadz’ dan ‘Kyai Haji’, ataupun yang berjilbab rapi, namun terlibat korupsi. (Baca: Kyai di Bangkalan, Terlibat Korupsi)


Berbagai situs yang berlabel Islam muncul bak cendawan di musim hujan, namun sayang, banyak kontennya mengajarkan kebencian, anarkisme dan radikalisme. Ada pula situs-situs Islam yang mempublikasi berita-berita bohong, proganda dan penyesatan informasi tanpa kenal lelah. Akibat nila setitik, rusak susu sebelangga. Atas kejahatan yang dilakukan segelintir oknum, maka Islam pun sering dicap sebagai agama yang ‘horor’. (Baca: Ini Situs-situs Radikal di Indonesia)


Kyai Alawi Al-Bantani: Wahabi Takfiri Membahayakan NKRI


Pemateri berikutnya adalah Kyai Alawi Nurul Alam al-Bantani. Ia menyinggung gencarnya gerakan Wahabi-Takfiri di berbagai tempat, namun mengatasnamakan diri sebagai Ahlussunah Waljamaah.


“Kita semua harus memfilter dakwah mereka yang selalu membid’ahkan Maulid, ziarah kubur dan tahlilan,” ujar Kyai Alawi.


“Mewaspadai gerakan Wahabi-Takfiri ini wajib, karena bukan saja membahayakan NKRI, namun juga karena merongrong persatuan di kalangan ummat Islam sedunia,” tambah dia. (Baca: ISIS Ancam Bantai TNI, Polri, Densus, dan Banser)


Dalam berbagai kesempatan, Kyai Alawi selalu menekankan pentingnya persatuan Islam, dan aktif melawan dakwah  Wahabi-Takfiri yang seringkali menebarkan kebencian kepada pihak lain. Diantaranya, adalah dengan dibentuknya Aliansi Anti Syiah (ANAS) yang dipelopori oleh Athian Ali, Abu Jibril, dkk. Ia menyayangkan adanya jamaah/ tokoh NU yang terprovokasi dan malah mendukung aliansi tersebut. (Baca: Kyai Alawi: Nahdliyin Jangan Diperalat Takfiri)


“Memang betul ada sebagian yang ikut-ikutan ANAS, tapi mestinya Nahdliyin harus cerdas, jangan sampai mereka mau dijadikan alat oleh ANAS dalam rangka mewujudkan target-target ANAS itu. ANAS sendiri sebenarnya adalah gerakan yang tidak memberikan pencerahan dan melakukan pelanggaran ilmiah,” jelasnya.


maulid 5“ANAS melakukan cara-cara curang seperti memelintir sejarah. Secara ilmiah kan sebuah kesimpulan hukum hanya bisa diambil kalau menyertakan seluruh pihak yang terlibat. ANAS tidak pernah mau mengajak orang-orang Syiah untuk duduk bersama dalam sebuah forum dan memberi kesempatan kepada orang Syiah untuk membela diri. Secara ilmiah, itu adalah kesimpulan hukum yang batal. Karena itu, ANAS sama sekali bukan gerakan yang layak didukung dan diikuti. Orang-orang NU harus cerdas menyikapi ini,” paparnya.


Hal serupa juga pernah disampaikan oleh Professor Azyumardi Azra, Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Ia meminta kepada organisasi Islam di Indonesia, entah itu NU, Muhammadiyah, ataupun lembaga pendidikan seperti pesantren dan UIN, agar memeriksa kembali ke dalam, untuk mencegah infliltrasi ideologi radikal. (Baca: Pesan Perdamaian di Hari Natal)


“Baru-baru ini, ada serangan atas anak-anak sekolah di Pakistan…dan 132 siswa tewas. Sungguh ini adalah kekejaman yang luar biasa. Kita harus menyadari, bahwa Islam itu posisinya ada di tengah-tengah, tidak miring ke kiri ataupun ke kanan. Jangan sampai ada ideologi transnasional (radikal) yang menyusup ke dalam sebuah organisasi, dan lantas, hal itu dibiarkan saja,” terangnya.


Ia juga menyatakan, bahwa sebagai negara yang berazaskan Pancasila, Indonesia sering mengundang decak kagum negara-negara lain. Betapa tidak, dengan keberagaman suku, agama, dan budaya, semuanya bisa dibingkai dalam NKRI.


“Cuma saya prihatin, ketika Pancasila kita membuat kagum dan iri negara lain, disini justru saya melihat, ada pihak-pihak yang ingin menghancurkan Pancasila,” sesalnya. (Baca: Indonesia di Mata Ulama Yaman)


Karena itu, ia meminta kepada media, agar mengambil peran dalam menyuarakan perdamaian, dan mengurangi berita-berita provokasi. Menurutnya, peace jurnalism (jurnalisme yang damai) harus digalakkan. (Rizky A/LiputanIslam.com)

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More