Awalnya dan Akhirnya
Awalnya Makanan diciptakan untuk menjadi sumber tenaga dan penjaga vitalitas tubuh kita, tapi kemudian dia malah kita jadikan sumber mencari kenikmatan lidah, dan lahirlah industri kuliner yg ukuran utamanya adalah “nikmat” bukan “sehat”, dan akhirnya makanan menjadi sumber berbagai penyakit buat kita.
Awalnya Seks adalah cara Tuhan menghadirkan keturunan buat kita dan ekspresi Cinta terdalam buat suami istri yg sedang belajar mencintai-Nya. Orgasme seksual seharusnya sebagai cara mencicipi percikan keindahan dari “peak experience” Ekstase Spiritual. Tapi kemudian ini penjadi pusat pencarian kenikmatan dan pelampiasan nafsu yg makin lama makin liar. Dan lahirlah industri utama peradaban: eksploitasi syahwat seksual. Dan akhirnya seks yg disalah gunakan, telah menjadi sumber banyak malapetaka, dari level keluarga, hingga level negara.
Pakaian awalnya bertujuan sekedar sebagai penutup aurat, pelindung dari panas dan dingin, dan penjaga norma kepantasan. Lalu digunakan sebagai alat penegas status sosial, dan pelampiasan nafsu berpamer diri. Dan akhirnya lahir industri fashion yg ndak habis2. Tiap musim berganti, mode terbaru ditawarkan. Dan akhirnya energi kita dihabiskan untuk memikirkan bagaimana sebaiknya kita “tampil” berekspresi, bukan bagaimana sebaiknya kita “terampil” berkontribusi.
Rumah yg awalnya sebagai tempat berteduh, berkumpul dan membangun keluarga surga, serta beristirahat secukupnya sebelum siap berkarya lagi untuk masyarakat, telah berubah fungsi menjadi tempat mencari rasa nyaman bermalas2an, sambil malah merasa terasing di keluarga sendiri karena tenggelam dalam kesibukan bersama gadgetnya masing2. Dan akhirnya, yg seharusnya menjadi miniatur surga, telah berubah jadi pelataran neraka.
Uang, awalnya adalah alat pertukaran nilai kontribusi. Jika kontribusi kita besar, maka berhak dinilai besar dengan satuan mata uang, untuk kemudian ditukarkan dengan benda/jasa yg mempermudah hidup kita. Lalu uang dijadikan alat untuk menumpuk kekayaan. Kadang kita malah merasa tidak perlu berkontribusi, tapi merasa berhak mendapatkan uang untuk ditumpuk. Dan akhirnya uang malah jadi sumber keributan dan rebutan, tanpa ada pihak yg ingin fokus berkontribusi. life become an accumulation, not a contribution any more.
Ibadah, adalah awal tujuan penciptaan jin dan manusia, bahkan alasan keberadaan alam semesta. Menjadi hamba-Nya adalah profesi tertinggi kita. Lalu kita hanya jadikan ibadah sebagai pengisi waktu luang dan penghilang rasa bersalah saja, bahkan sebagai alat pemikat simpati masyarakat. Lalu tempat ibadah makin ramai, tapi kesolehan sosial semakin sedikit. Makin banyak yg berhaji, tapi makin subur pula korupsi. Makin populer orang berqurban kambing dan sapi, tapi makin banyak pula yg jadi maling berdasi. Akhirnya ibadah kita jadi hampa makna, dan profesi “sebagai hamba-Nya” telah berubah jadi “hamba egonya”.
Yaa Allah yg Maha mengilhami, ilhamkan pada kami kesadaran dan kebijaksanaan, karuniakan pada kami kekuatan dan kemauan untuk mengembalikan fungsi awal dari semua karunia-Mu itu.
Makanan sebagai sumber kesehatan, bukan penyakit. Seks sebagai pengantar kebahagiaan, bukan malapetaka. Pakaian sebagai penjaga martabat, bukan jendela aurat. Rumah sebagai taman surga, bukan pelataran neraka. Uang sebagai pendorong kontribusi sosial, bukan perangsang konflik sosial. Dan Ibadah sebagai tujuan hidup dan pendorong kesholehan sosial, bukan sekedar pemanis hidup, pemikat simpati masyarakat.
Gusti Sang Maha Kekasih, insyafkanlah hamba untuk benar2 kembali ke tujuan awal pencintaan kami, yaitu menjadi hamba-Mu yg sejati, menjadi Pencinta-Mu yg setia. Serta sebagai pembawa “Rahmah” untuk alam semesta. Dengan meninggalkan warisan berharga dan kenangan indah untuk umat manusia.
0 comments:
Posting Komentar