Rabu, 26 April 2023

Antara Akhlak Ali as dan Ibnu Muljam



Salah satu pelajaran yang bisa diambil dari sosok Ali adalah bagaimana ia memperlakukan pembunuhnya. Ali mengajarkan kepada kita bahwa ajaran Islam yang sesungguhnya tidak mengajarkan egoisme ataupun fanatisme, melainkan berlaku adil baik kepada kawan maupun lawan.

Ali ketika kepalanya terbelah mengucurkan darah dan wajahnya yang menguning memucat karena racun tetap menasihati putranya Al Hasan untuk memperlakukan penyerangnya dengan cinta, kasih sayang dan keadilan.

Ali mengajarkan kepada kita nilai-nilai akhlak seorang muslim sejati yang mana biasanya ketika seseorang sangat membenci musuhnya, maka ia akan memperlakukannya dengan seburuk-buruknya perlakuan dan membalasnya dengan pembalasan yang pedih. Namun Ali dengan lantang jika diberikan kesempatan hidup, ia akan memaafkan pelakunya dan selama ia hidup, tidak boleh seorangpun memperlakukan Ibnu Muljam secara semena-mena.

Imam Ali as berwasiat kepada putranya Al-Hasan agar memperlakukan pembunuhnya dengan adil. Berilah ia minum sebagaimana yang engkau minum dan berilah ia makan sebagaimana yang engkau makan. Berbuat adilah dan jangan melampaui batas.

Inilah akhlak murid khusus nabi. Pintu ilmu nabi. Akhlak yang mengajarkan kepada kita untuk berkasih sayang tidak hanya kepada yang berbeda pendapat dan pandangan dengan kita, melainkan kepada orang-orang yang mencelakai kita. Inilah akhlak Islam yang sesungguhnya yang kini semakin hari warnanya semakin pudar ditengah kaum muslimin. Justru yang semakin kuat warnanya adalah warna muljamisme. Hanya karena Ali berbeda pendapat dengan diri dan kelompoknya, ia rela menghunuskan pedang dan melakukan kekerasan kepada saudara seagamanya.

Inilah akhlak khawarijisme yang kini sangat disayangkan menyebar ditengah-tengah kita. Mereka tidak segan memerangi, mempersekusi, memukuli, atau bahkan melucuti celana pihak yang berbeda pendapat dengan mereka.

Kita menyaksikan memudarnya akhlak Ali dan menyuburnya akhlak Ibnu Muljam ditengah-tengah kita. Kita melihat hal paling sakral seperti teriakan "Takbir" yang selalu kita teriakan di salat-salat kita kini telah dinodai kesuciannya oleh sekelompok orang yang mengaku paling memahami Islam dan salat.

Ya, kalimat takbir yang sering kita teriakan disetiap salat agar memahami betapa besar dan agungnya Allah swt dari wujud kita. Meneriakan kalimat "Allahu akbar" seharusnya mampu menghilangkan egoisme, sikap keakuan dan merasa paling benar dalam diri kita dan hanya Ia-lah yang maha besar dari segala apa yang kita pikirkan dan bayangkan.

Imam Ali dan Ibnu Muljam keduanya sama-sama seorang muslim yang meneriakan kalimat takbir, namun Ali bertakbir karena telah menghilangkan keakuan dirinya dan melebur dengan nilai-nilai ilahi,  sedangkan Ibnu Muljam bertakbir karena keakuan dirinya, merasa paling benar dan siap menghunuskan pedang kepada siapapun yang berbeda pendapat dengan dirinya.

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More