Rabu, 26 April 2023

Iedul Adha dan Rahasia Dibaliknya



Oleh : abu shereen

Manusia adalah entitas yang memiliki potensi untuk terbang tinggi melampaui malaikat atau terjatuh kedalam jurang kehinaan lebih buruk dari binatang. Untuk itu perlu adanya Duta Tuhan dimuka bumi untuk menuntun manusia sampai kepada nilai-nilai ketuhanan.

Mulla Shadra berkata, falsafah para nabi dan rasul diutus adalah untuk memanusiakan manusia menjadi pribadi-pribadi tuhani. Seseorang ketika menjadi manusia tuhani, maka derajatnya lebih tinggi dari malaikat. Itulah mengapa para malaikat bersujud kepada Adam as sebagai pengakuan bahwa ketika manusia sampai kepada derajat manusia yang sesungguhnya, mereka lebih mulia dari malaikat.

Ya, ketika seseorang menjadi budak syahwatnya, maka sesungguhnya dirinya jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, bahkan Al-quran mengatakan sebagai subtansi yang lebih hina dan rendah dari hewan. (Bal hum Adhal) Sebaliknya, ketika manusia berusaha menerapkan nilai-nilai ilahi, maka sesungguhnya dirinya sedang bergerak menuju entitas tuhani.

Mulla Shadra berkata bahwa jika manusia hanya makan, minum dan tumbuh, maka subtansi seperti ini tidak bisa disebut manusia, melainkan subtansi nabati. Begitupula jika hanya menuruti nafsunya adalah subtansi hewani. Manusia bisa disebut manusia sesungguhnya ketika betul betul merdeka dari hawa nafsu dan bergerak menuju kesempurnaan peciptaan sehingga menjadi manifestasi nilai-nilai ilahi (khalifah Allah swt) di muka bumi.

Ayatullah Jawad Amuli mengatakan bahwa manusia yang tidak berusaha menggapai kesempurnaan manusia bukanlah manusia, melainkan mayit yang berjalan. Beliau membagi mayit menjadi dua bagian, mayit vertikal dan mayit horizontal. Adapun mayit vertikal adalah manusia yang telah meninggalkan jasadnya dan menuju alam keabadian, namun mayit horizontal adalah manusia yang berjalan dan hidup di dunia, namun tidak menggunakan akalnya untuk menggapai kesempurnaan.

Hari raya Iedul Adha adalah hari penyembelihan nilai-nilai kebinatangan dan kehewanan dalam diri kita. Ketika seseorang telah menyembelih nilai-nilai hewani dalam dirinya, maka ia layak untuk merayakan hari raya Iedul Adha. Sebaliknya, jika seseorang masih memiliki nilai-nilai kebinatangan dalam dirinya, maka perayaan hari ini adalah seremonial keagamaan saja. 

Untuk apa merayakan hari raya pada hari ini serta menyembelih hewan kurban, namun kehewanan dalam dirinya tumbuh subur dan untuk apa mengorbankan hewan kurban, namun keakuan dalam dirinya semakin kuat?!

Ketika Allah swt memerintahkan Adam as agar putra-putranya Qabil dan Habil melakukan pengorbanan, maka yang diterima pengorbanannya adalah milik Habil dikarenakan sebelum melakukan kurban, ia telah menyembelih nilai-nilai kehewanan dan keakuan dirinya dihadapan sang Khalik.

Diterimanya kurban Habil oleh Allah swt dikarenakan Habil memahami pesan dibalik pengorbanan. Sebaliknya, jika menjadikan hari raya Iedul Qurban hanyalah seremonial keagamaan saja, maka kita tidak lebih hanya mengikuti jejak Qabil yang berkurban, namun tidak memahami hakikat dibaliknya.

Bagi yang telah berhasil menyembelih sifat kehewanan dan keakuan diri, Selamat Hari Raya Iedul Adha….

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More