Rabu, 26 April 2023

Latar Belakang Ideologi Penjajahan Israel Atas Palestina



Jika kita menilik sebab penjajahan Israel atas Palestina, maka itu tidak lepas dari latar belakang Ideologi kaum Yahudi yang dijanjikan Yahwa ( Allah swt) untuk memimpin dan menguasai dunia. Kitab-kitab suci Yahudi seperti Talmudz, Taurat dan Perjanjian lama mengabarkan bahwa  Yahwa telah memilih keturunan Ishak sebagai bangsa terpilih dan hanya merekalah yang layak memimpin seluruh umat manusia.

Kaum Yahudi menafsirkan perkataan Allah swt yang berjanji kepada Ibrahim as bahwa dari keturunannya akan diberikan kerajaan agung dan kerajaan itu hanya diberikan kepada keturunan Ishak saja. 

Sebagaimana dalam kitab Genesis bab.17 hal. 19-21 bahwa Tuhan Yahwa berkata, "Aku akan memberikannya (putra Ibrahim) keberkahan yang melimpah dan Aku akan memberikan umat yang berlimpah dan menjadikan dari keturunannya 12 nasyim." ( pemimpin)

Dalam bahasa Ibrani nasyim adalah jamak dari nasyi yang bermakna pemimpin dan perbedaan nasyi dan nawi ( Nabi) kalau nawi atau nabi hanya turun untuk kaum tertentu, sedangkan Nasyi dari kata nosh yaitu kepemimpinan untuk seluruh umat manusia. Kita Allah swt mengangkat Ibrahim menjadi nasyi, beliau sudah berpredikat sebagai nawi dan ini membuktikan bahwa kedudukan nasyi lebih tinggi dari kedudukan nawi.

Untuk itu kaum Yahudi meyakini bahwa merekalah keturunan sah nabi Ibrahim as dan hanya merekalah yang layak untuk menjadi pemimpin dan penguasa bagi umat manusia. Untuk itu mereka sedang menunggu janji Yahwa yang akan memberikan kerajaan yang lebih agung melebihi kerajaan Daud as dan menunggu messiah terakhir dari keturunan Yahudi yang akan memimpin dan menguasai dunia selama seribu tahun lamanya.

Hal ini tertera didalam Perjanjian lama, kitab Amus, bab.9 no.11 bahwa Yahwa pada suatu masa akan menegakan kembali kerajaan Daud as yang mana kekuasaannya lebih besar dan agung dari Daud as.

Untuk itu kaum Yahudi berusaha merealisasikan janji Yahwa tersebut dengan mempersiapkan dan membentuk pemerintahan untuk messiah yang mereka tunggu di tanah yang dijanjikan yaitu Palestina.  Fakta ini disebutkan oleh Zvi (Zwi) Hirsch Kalischer (24 Maret 1795 – 16 Oktober 1874) seorang Yahudi rabbi Ortodoks Jerman yang pertama mencuatkan wacana pemulangan Yahudi ke Tanah Israel dari sudut pandang keagamaan, yang mendahului Theodor Herzl.

Ia dalam kitabnya, Derishat Tzion berkata, "sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab suci Yahudi bahwa kaum yahudi menunggu messiah mereka yang akan berkuasa melebihi Daud as, untuk itu kaum Yahudi harus kembali ke Kan'an ( Palestina) dan menegakan pemerintahan Yahudi disana."

Pemikiran Hirsch Kalischer ini mendapatkan sambutan hangat dari milioner Yahudi asal Italia yang bernama Sir Moses Haim Montefiore, 1st Baronet, FRS (24 Oktober 1784 – 28 Juli 1885) yang mana kala itu ia adalah seorang pakar keuangan, bankir, aktivis, filantropis dan Sheriff London asal Inggris. Ia pertama kali mengirim orang-orang Yahudi ke Palestina pada tahun 1880. 

Hirch Kalischer mengirim surat pula kepada Rostchild dengan menukil fakta kitab Zakariya yang berkata, "kami akan mengutus mentri-mentri atau ajudan-ajudan untuk mempersiapkan kekuasaan messiah." Ia menulis, " Yahwa akan mengutus Messiahnya dalam waktu dekat, maka sokonglah kaum Yahudi untuk mengembalikan mereka ke tanah Palestina sehingga kemunculan sang messiah akan lebih cepat. "

Ideologi Yahudi ini sebagaimana tertera didalam kitab-kitab suci mereka mempengaruhi para Filsuf barat seperti: Isaac Newton (1643-1727) dalam bukunya observastion prophechies of Daniel berkata, "Yahudi akan kembali ke tanah airnya, namun aku tidak tahu dengan cara apa mereka kembali kesana. Kita serahkan hal tersebut kepada waktu. 

Selain Isaac Newton, Jhon Jaques Russo (1712-1778) didalam kitabnya Emile berkata, Adapun terkait orang-orang yahudi, kita harus berikan sebuah tanah untuk mereka sehingga mereka mampu membangun sekolah dan pusat pendidikan. Dan Filsuf barat ternama lainnya yang mewacanakan pengembalian kaum Yahudi ke Palestina adalah Emanuel Kant (1724-1804) Ia berkata, " Orang-orang Yahudi sesungguhnya mereka adalah orang-orang Palestina yang sebenarnya. Mereka hidup bersama kita dan mereka harus kembali ketanah air mereka."

Ideologi inilah yang mempengaruhi Theodor Hetzl dalam pembentukan zionisme sebagaimana tertera di dalam kitab pemerintahan Yahudi bahwa Yahudi harus membentuk pemerintahan kemudian pada tahun 1897, ia mengadakan rapat di Swiss dengan kaum Yahudi untuk membahas wacana persiapan pembentukan negara Israel. Setelah kematian Hetzl, cita-cita zionisme diteruskan Weizman yang kelak melakukan rapat rahasia dengan Arthur James Balfourd yang terkenal dengan perjanjian Balfour. 

Perjanjian Balfour

Setelah kekalahan Jerman dan Turki Ottoman pada perang dunia pertama, bangsa arab dicaplok Inggris dan Prancis lalu keduanya membagi-bagi wilayah jajahan mereka. Perancis mendapatkan Libanon dan Syiria, sedangkan Inggris mendapatkan Irak dan Yordania dan meletakan Palestina sebagai kawasan yang diatur oleh Internasional sebagaimana tertera dalam perjanjian rahasia Sykes–Picot Agreement. Setelah James Balfour menjadi menteri luar negeri Inggris, ia mengkhianati Sykes–Picot Agreement dan memasukan Palestina yang sebelumnya dikontrol Internasional menjadi bagian dari kekuasaan Inggris.

Kemudian pada 2 November tahun 1917, Inggris secara resmi menghadiahkan Palestina kepada kaum Yahudi yang terkenal dengan perjanjian Balfour yang berisi sebagai berikut:

Kepada Yang Terhormat Lord Rothschild

Dengan rasa senang saya menyampaikan pada Anda, atas nama Pemerintah Kerajaan Inggris, deklarasi yang didasarkan pada simpati untuk aspirasi Zionis Yahudi ini telah diajukan dan disetujui oleh Kabinet Perang.

Pemerintah kerajaan Inggris memandang positif pendirian tanah air nasional untuk orang-orang Yahudi di Palestina, dan akan menggunakan usaha terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, sebab dipahami bahwa tidak ada yang dapat menghakimi hak sipil dan agama dari komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, atau hak dan status politik yang dimiliki oleh Yahudi di negara lainnya.

Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini kepada Federasi Zionis Britania Raya dan Irlandia.

Salam

Arthur James Balfour

Inggris untuk merealisasikan janjinya, selama menjajah Palestina dari tahun 1917 hingga tahun 1948 memfasilitasi perpindahan kaum Yahudi dari seluruh dunia menuju tanah Palestina yang mana dalam kurun waktu tersebut Yahudi yang sebelumnya hanya dua persen saja menduduki tanah Palestina, pada tahun 1948 menjadi 78 persen menduduki tanah Palestina. Dan pada tahun 1995, kependudukan Yahudi  di bumi Palestina naik menjadi 97 persen.

Tentunya kita bertanya, apa hak Inggris memberikan tanah Palestina kepada kaum Yahudi sedangkan mereka berstatus sebagai penjajah. Jika kita menilik arti jajahan dalam KBBI adalah negeri yang dijajah oleh negeri asing; daerah taklukan, maka kala itu Inggris adalah asing dan penakluk bagi pribumi Palestina. 

Tentunya banyak sekali orang mengatakan bahwa perjanjian Balfour tidak sah karena tidak melibatkan satu orang pun pribumi Palestina, hal ini sekilas benar, namun sebetulnya Inggris menilai bahwa kaum terjajah tidak punya hak untuk berbicara atau memberikan aspirasi mereka. Untuk itu hal ini menjelaskan kedzaliman Inggris kepada dunia sebagai penjajah dan penindas yang semena-mena terhadap bangsa dan rakyat Palestina lalu menutup mata atas genosida yang terjadi disana selama bertahun-tahun.

Ya, ketika Inggris kala itu dari 1917-1948 berstatus sebagai penjajah, maka siapapun yang ditunjuk menduduki Palestina adalah penjajah pula. Sebagaimana halnya ketika Portugis menghadiahkan tanah jajahan kepada Belanda, maka Belanda sebagai suksesornya berstatus pula sebagai penjajah.

Oleh : abu shereen

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More