Minggu, 26 Maret 2023

Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin Tergantung pada Umat Islam Itu Sendiri

 


Minggu, 25 September 2022. Direktur Jaringan Islam Moderat, Islah Bahrawi menghadiri acara Musyarawah Besar 2 Alumni Santri dan Simpatisan Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.


Acara tersebut dikemas dengan berbagai macam rangkaian acara, salah satunya adalah Seminar Nasional yang dinarasumberi oleh Islah Bahrawi dengan tema “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin untuk Perdamaian Dunia”.


Islah Bahrawi dalam penjelasannya menyampaikan bahwa peran Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin sudah pernah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW pernah berpendapat bahwa semua manusia mempunyai harkat dan martabat yang sama, tidak melihat ras, suku, bangsa, dan apapun latar belakangnya.


“Kanjeng Nabi pernah berpendapat bahwa semua manusia mempunyai harkat dan martabat yang sama apapun latar belakangnya,” sahut Islah.


“Kita sudah tahu kisahnya kanjeng Nabi menyuapi pengemis buta yang sudah mencaci maki kanjeng Nabi?. Kalau Nabi suka mengkafir-kafirkan orang, tidak mungkin Nabi akan menyuapi pengemis buta yang selalu mencaci maki, apalagi dia (pengemis itu) kafir!. Karna apa? Karna Nabi mengutamakan kemanusiaan,” sambungnya.


Disampaikan pula oleh Islah Bahrawi bahwa untuk merealisasikan Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin perlu adanya implementasi akhlak Islam yang berbasis kemanusiaan dan perdamaian sehingga membuat orang-orang menjadi tertarik masuk Islam.


“Kalau semisalkan saya, wahh… bakar!, gantung!, wahh… serbu!. Orang Kristen, orang Buddha, orang Hindu mau tertarik bagaimana ke Islam?, kalau perilaku kita tidak menjaga akhlak-akhlak Islam yang berbasis kemanusiaan dan perdamaian. Ini yang harus dijaga!,” tegasnya.


Menurut Islah, sanad keilmuan Nahdlatul Ulama sudah terbukti mengikuti ajaran Nabi. Salah satu landasannya adalah berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh salah seorang akademisi bernama Filka Roso dari Tillman University.


Filka menyebut bahwa NU memiliki 2 hal penting. Pertama, NU tidak pernah mengkafirkan orang lain. Kedua, NU tidak pernah melakukan pemberontakan terhadap kepemerintahan yang sah.


“Ada 2 hal yang harus dipertahankan oleh NU. Yang pertama, NU tidak pernah punya sejarah menganjurkan permusuhan dan mengkafir-kafirkan jam’iyahnya kepada orang lain. Inilah NU, bukan orang NU yang bilang, bukan orang Islam yang bilang, (tapi) akademisi dari Tillman University, ini hasil riset,”Kata Islah


“Kebaikan dari NU yang kedua tidak pernah Nahdlatul Ulama punya sejarah melakukan perlawanan terhadap negaranya sendiri. Ini nih…, gak pernah NU jadi Bughat (pemberontak) gak pernah…!,” imbuhnya.


Reporter: Imam Syafi’i

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More