Minggu, 26 Maret 2023

Habib Luthfi bin Yahya tentang NKRI Harga Mati : Kick Andy

 

KICK Andy Special Guest kali ini menghadirkan salah satu tokoh muslim Tanah Air yang berpengaruh di dunia. Dialah Maulana Habib Luthfi bin Yahya. 



Pada episode bertajuk Harga Mati itu Habib Luthfi akan membahas tentang ketakutan akan lunturnya nasionalisme di kalangan anak-anak muda hingga masyarakat Indonesia. Selain itu, tentu saja konflik-konflik antaragama dan suku yang belakangan ini menjadi isu yang dominan di media sosial. 


Lahir di Pekalongan, 10 November 1947, Habib Luthfi merupakan putra dari pasangan Al Habib Al Hafidz ‘Ali Al Ghalib bin Hasyim bin Yahya dan Sayidah Al Karimah As Syarifah Nur bin Muhsin. Keduanya merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Habib Luthfi dikenal dengan dakwahnya yang lembut dan menyejukkan hati. 


Pria yang mendapat gelar Doktor Honoris Causa Bidang Komunikasi Dakwah dan Sejarah Kebangsaan dari Universitas Negeri Semarang pada 2000 itu juga merupakan Ketua Forum Sufi Internasional yang menjabat sebagai Rais Am Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu'tabarah Al-Nahdliyyah. 


Selain menjadi pendakwah, Habib Luthfi menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah. Beliau juga menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI sejak 13 Desember 2019. Habib Luthfi biasa berceramah dengan nada bicara yang teduh, tidak berapi-api. Dia mengaku sangat mengidolakan Wali Songo dalam berdakwah menyebarkan Islam di Nusantara. 


Hal itu membuatnya tidak hanya disegani, tetapi juga dicintai umat. Kediaman Habib Luthfi tidak pernah sepi oleh kalangan masyarakat, bahkan tokoh penting Tanah Air, termasuk Presiden Jokowi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. 


Tidak sekadar datang, banyak pula para tokoh yang datang dengan tujuan meminta doa dan restu kepada Habib Luthfi. Langkah itu membawa kritik sebagian pihak.   


"Yang saya lihat bukan partainya. Dia ingin menjadi anggota dewan niatnya apa. Niatnya baik untuk bangsa dan negara saya doakan. Saya doakan semua tanpa pandang bulu," ungkap Habib Luthfi kepada Andy F Noya dalam wawancara yang berlangsung di kediaman sang habib. 


Habib Luthfi dikenal juga sebagai sosok yang nasionalis. Dirinya menyuarakan nilai-nilai kebangsaan dan pluralisme di setiap tindakan dan ceramahnya. “Menghormati bangsa dan negara dengan segala kekurangan dan kelebihannya, termasuk menghargai dan menghormati merupakan nasionalisme mahabbah Ar-Rasul, yaitu rasa cinta kepada bangsa dan negara sebagai wujud manifestasi kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, dengan mengharapkan rida Allah dan Rasul-Nya,” tutur Habib Luthfi dalam episode yang tayang malam ini di Metro TV. 


Nasionalisme mahabbah Ar-Rasul sebagai sebuah ideologi disuarakan dan digerakkan Habib Luthfi melalui media Maulid Nabi dan thariqah. Dalam setiap peringatan Maulid Nabi dan kegiatan thariqah, kental dengan nuansa dan pesan nasionalisme. 


Aplikasi nasionalisme mahabbah Ar-Rasul dilakukan dengan ikut serta dalam pembangunan bangsa dan negara dengan berlandaskan pada surat Al-Baqarah ayat 3 yang poinnya pembangunan ideologi, pembangunan sumber daya manusia, dan pembangunan ekonomi. 


Di antara wujud aplikasi nyata nasionalisme yang dilakukan Habib Luthfi ialah tradisi menyanyikan lagu Indonesia Raya pada peringatan Maulid Nabi, Kirab Merah Putih di Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Malaysia, merekatkan hubungan ulama thariqah dengan TNI dan Polri. Ia pun mengampanyekan cinta produk dalam negeri dengan enggan memakan buah impor. Ia juga mendorong para santrinya untuk berwirausaha dan membangkitkan ekonomi umat dan bangsa. 


Dalam kegiatan upacara peringatan detik-detik proklamasi, Habib Luthfi menggunakan pakaian serbaputih, diikuti berbagai komponen berjalan cukup khidmat. Terkait dengan penghormatan pada bendera merah putih, Habib Luthfi memberikan pandangannya. 


"Lambang merah putih filosofinya tinggi walaupun tidak ada sehuruf pun di merah putih. Sampai tegaknya merah putih kembali karena kita mengerti harga diri bangsa yang pada waktu itu dijajah sehingga ada satu merah putih yang cukup untuk kita hormati," jelasnya. 


Ia melanjutkan jika sikap penghormatan dengan kepala tegak pun memiliki filosofi. "Hormat ke sang saka merah putih bukan menundukkan kepala, melainkan tegak. Kita menghormati merah putih karena simbol yang mengandung filosofi yang luar biasa. Bendera ini berkibar dengan sendirinya, kemerdekaan didapati dengan berdarah bukan hadiah. Maka dari itu, kita tegakkan merah putih supaya masyarakat itu tahu kalau dengan kirab dan lain sebagainya mengingatkan kembali bendera kita perjuangannya luar biasa dari para pendiri bangsa," lanjutnya. 


Terkait dengan intoleransi yang justru mencuat di generasi sekarang, Habib Luthfi menilai hal tersebut karenanya kurangnya wawasan dan lingkup pergaulan. “Kalau wawasannya luas dan banyak bergaul, apalagi kita sudah menyinggung ekonomi. Ekonomi tidak memandang siapa pembeli dan siapa penjual, open sifatnya dunia ekonomi. Penjual apa pun agamanya, pembelinya apa pun agamanya. Titiknya cuma satu bagaimana cari cara untuk keuntungan, kebersamaan, yang tidak untuk saling merugikan. Ini sudah menjadi contoh yang luar biasa," katanya. 


Lebih lanjut, terkait dengan persoalan ideologi khilafah, ia menilai hal tersebut karena nasionalisme yang salah. "Sejauh mana orang yang mengatakan demikian dengan mempunyai kontribusi apa untuk Indonesia dalam rangka kemerdekaan. Ini karena nasionalismenya melentur atau pengertian yang nasionalisme berbeda, sedangkan nasionalisme kita menguak atau mengambil dari sejarah," tuturnya. 


Dalam episode itu, Andy pun mempertanyakan mengenai kebaya dan pekerjaan di perbankan yang dinilai sebagian kalangan menjadi hal yang tidak sesuai dengan agama. Simak pembicaraan lengkapnya di Metro TV pukul 21.05 WIB.


#HabibLuthfiBinYahya adalah ulama yang masih keturunan Nabi Muhammad SAW.  Ia terkenal karena kelembutannya dan nilai – nilai kebangsaan yang disampaikannya.


Simak kisahnya dalam #KickAndySpecialGuest 

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More