Kamis, 23 Maret 2023

Bagaimana menjadi " Khoirol Bariyyah "

 


1. Seorang mu’min haruslah pandai dan cerdas.wajahnya selalu menggambarkan kegembiraan,walau hatinya sedang sedih dan gelisah.


2. Dia bukan orang yang hasud dan pendendam, juga bukan orang yang menyebarkan kemungkaran serta tidak mengunjing (ghibah) seseorang.


3. Dia tidak menyukai maqam dan kepemimpinan, berjalan dengan tenang, serta selalu ingat kepada Allah swt.


4. Dia bersabar atas musibah dan bersyukur atas nikmat-nikmat Allah swt.


5. Jika Allah mencoba dengan kefakiran dan kemiskinan, dia merasa senang dan gembira.


6. Akhlak dan perilakunya (dalam bermasyarakat) baik dan tidak menyakiti, dan melecehkan orang.


7. Dia tersenyum dan tidak terbahak-bahak keras saat tertawa.


8. Ketika bertanya dengan seseorang, tujuannya adalah untuk mendapatkan manfaat dari orang tersebut, bukan untuk mengujinya apakah dia memiliki ilmu yang banyak ataukah tidak.


9. Hatinya dipenuhi kasih sayang, dan bukan orang yang kikir, tidak terburu-buru dalam bertindak, dan manis tutur katanya.


10. Dia tidak menyusahkan, atau merepotkan ketika datang kepada seseorang, dan jika kemarahan menguasainya, dia tetap bersikap adil.


11. Selalu menepati bila berjanji, tidak berbicara omong kosong ataupun yang tidak berarti.


12. Syukur dan ridho kepada seluruh pemberiaan Allah swt, menentang hawa nafsunya, dan tidak menyulitkan kawan-kawanya.


13. Seluruh hidupnya adalah untuk menolong agama dan selalu berfikir untuk membantu, menentramkan, dan menjadi tempat bergantung (berlindung) bagi kaum muslimin.


14. Jika seseorang memuji, dia tidak merasa melambung, yang kemudian berdampak dihatinya…ketamakan(keserakahan) tidak menyelimuti hatinya, sehingga berbuat di luar tugas dan tanggung jawab.


15. Pandangan (harapan)nya untuk dapat memberikan manfaat kepada ummat, dan merasa kecil (rendah hati) dihadapan semua.


16. Dia dermawan, namun tidak berlebihan(ekstrim) dan tidak pernah menipu, atau memperdaya seorang pun, serta tidak meremehkan jerih payah orang lain.


17. Dia menjadi tempat bergantung orang-orang yang terdesak dalam kesusahan, menolong orang-orang yang terzholimi ,dan tidak menyebarkan rahasia seseorang yang di sampaikan kepadanya.


18. Dia selalu menyebutkan kebaikan yang dilihatnya pada seseorang, dan tidak menyebarkan keburukan yang dilihatnya.


19. Dia memalingkan diri dari keburukan orang, namun jika mereka minta maaf kepadanya, dia akan menerimanya, selalu berprasangka baik kepada orang lain serta menyalahkan diri sendiri.


20. Dia selalu mengenang para ulama dengan keutamaan ilmu dan pengetahuan ilahinya, jika datang kepadanya seorang bodoh, dia akan mengajarinya.


21. Tidak mencari aib dan kesalahan orang, tetapi selalu menyalahkan perbuatan serta tindakannya sendiri, sebab dengan melihat kesalahan diri sendiri dia tidak akan melihat kesalahan orang lain.


22. Selalu bersemangat dalam memperbaiki jiwanya, tidak mengurusi orang lain, dan tidak berharap kepada selain Allah.


23. Dia menjadi orang asing di tengah-tengah umat dan berusaha menjalankan perintah-perintah Allah, sehingga dapat mengamalkan apa yang menjadi keridhoannya..


24. Dia selalu bersama fakir miskin, membantu umat dalam perkara yang baik, dan seperti seorang ayah yang penuh kasih sayang, di hadapan anak-anak yatim.


25. Dalam setiap perkara dan masalah yang ingin dilakukannya, dia selalu memikirkan dan merenungkan dengan baik serta menjalankannya dengan penuh kehati-hatian.


26. Karena dia menjalankan hidup.. dengan kondisi selalu merasa cukup (qana’ah) dan menjaga harga diri, maka orang lain menganggapnya orang kaya.


27. Dia mengendalikan kekang hawa nafsunya, sehingga sama sekali tidak dapat menjerumuskannya pada hal-hal yang tidak selayaknya.


28. Ucapan-ucapanya berdasarkan kebenaran serta hakikat, dan pakaiannya selalu sederhana.


29. Tidak merasa rugi dengan hilang dan perginya segala sesuatu yang dimilikinya, tidak pernah mengharapkan hal-hal yang tidak patuh.


30. Ilmu dan pengetahuannya terkait dengan kesabaran dan keteguhan : akal dan ilmunya seiring dengan kesabaran dan ketegarannya.


31. Tidak tampak tanda-tanda kemalasan dan kelelahan dari fisik dan jiwanya; manusia selalu melihatnya dalam keadaan bersemangat dan gembira.


32. Angan-angannya sedikit dan selalu mempersiapkan diri dalam menanti kematian. Oleh karena itu, hatinya khusuk, lisannya berzikir, dan jiwanya merasa cukup (qana’ah).


33. Dia selalu mengingat dosa-dosa yang telah dilakukannya, dengan penuh penyesalan dan kesedihan.


34. Para tetangga merasa nyaman denganya; dia menjalin hubungan dengan umat, agar sesuatu dapat bermanfaat bagi mereka dan mengajarkan ilmu kepada mereka.


35. Ketika duduk bersama orang-orang, kebanyakan diam, diam agar tidak menyakitkan mereka. Dan dia selalu menyibukkan diri, sehingga mereka merasa nyaman dengannya.


36. Dia bersabar atas setiap kedzholiman yang menimpanya, sehingga Allah menolongnya dan mengembalikan haknya dari yang mendzholiminya


Kemudian Imam Ali berkata.:

“Mereka adalah pelita-pelita yang benderang di atas bumi. Dan mereka adalah pengikut-pengikut kami, juga terhitung sebagai sahabat –sahabat kami. Mereka bersama kami dan kami bersama mereka.”.

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More