Lopa juga dikenal pantang menggunakan fasilitas kantor untuk urusan pribadi. Telepon dinas di rumahnya selalu dikunci, anak dan istrinya dilarang menggunakannya. Bahkan, dia sampai memasang telepon koin di rumah dinasnya agar mudah dipisahkan tagihannya.
Pengalaman lainnya, pada 1984 Lopa menolak permintaan putrinya, Aisyah, yang ingin meminjam kursi untuk acara seminar di kampus. "Ini, baca! barang inventaris Kejaksaan Tinggi Sulsel, bukan invetaris Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Jelas toh, ini milik kejaksaan, tidak bisa dipinjamkan," kata Lopa kepada Aisyah.
Lopa juga enggan diistimewakan. Pada 1983, dia diundang untuk menjadi saksi pernikahan kerabatnya. Di depan gedung, tuan rumah dan pagar ayu telah menunggu kedatangan Lopa dengan mobil dinasnya yang berpelat DD-3.
Lama ditunggu, mobil itu tak jua datang. Tiba-tiba, suara Lopa terdengar di dalam rumah. Rupanya Lopa dan istrinya datang menumpang angkutan umum. “Ini hari Minggu. Ini juga bukan acara dinas. Jadi, saya tak boleh datang dengan mobil kantor,” kata Lopa, santai.
Kematian Lopa pada 30 Juni 2001 meninggalkan duka mendalam bagi Indonesia. Di Makassar, tempat pelelangan ikan Paotere berhenti beraktivitas untuk melihat berita kematian Lopa. Barlop dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 6 Juli 2001 dengan upacara pemakaman kenegaraan.
Rakyat Indonesia tentu mendoakan Baharuddin Lopa agar semua amal ibadahnya diterima Yang Maha Kuasa. Namun doa lainnya yang juga harus dipanjatkan adalah semoga ada lebih banyak lagi sosok-sosok berintegritas seperti Lopa di bumi Indonesia ini.
0 comments:
Posting Komentar