Minggu, 30 April 2023

Kisah Janna Jihad, Wartawan Termuda di Palestina


 Ketika anak-anak berusia sekitar 10 tahun lainnya masih sibuk bermain dan menikmati masa kecil mereka, gadis kecil yang dikenal memiliki nama Janna Jihad ini justru malah lebih suka mempertaruhkan resiko hidupnya dengan membuat laporan jurnalis secara amatir mengenai konflik yang terjadi antara bangsanya, Palestina dengan pasukan Israel di daerah Tepi Barat. Hal ini memang sengaja dia lakukan dengan harapan agar dunia lebih peduli akan nasib yang sedang dialami oleh bangsa dan keluarganya.


Berdasar penuturan seorang warga Nabi Saleh, demikian nama desa kecil di sebelah utara Ramallah, daerah Tepi Barat, sejak kecil Janna memang sudah menjadi saksi dari tragedi perang yang terjadi antara bangsanya, Palestina dengan pihak Israel. Dari penuturan ibunya, Nawal, di dapat keterangan bahwa Janna sempat mengalami trauma ketika salah seorang temannya ditembak mati oleh tentara Israel. "Anak lelaki itu memang jauh lebih tua dari Janna, dan karena baik serta ramah, Janna akhirnya dekat dengannya. Hingga saat Janna melihat darah anak itu di tanah, ia pun menjadi panik." Sejak kejadian itu, Janna lebih suka menuliskan perasaan serta frustasinya dalam sebuah jurnal yang tersimpan rapi setiap malamnya, hingga kematian dua kerabatnya, yaitu sepupunya, Mustafa Tamimi dan seorang pamannya yang lain, Rushdie Tamimi, akhirnya menginspirasi Janna untuk lebih terlibat mengungkap ketidakadilan yang dialami orang-orang di desanya.


Karir jurnalis Janna dimulai sejak ia berusia tujuh tahun, Saat itu dengan menggunakan iPhone ibunya, ia mulai merekam aksi protes yang dilakukan oleh penduduk setempat bersama dengan aktivis perdamaian internasional, serta reaksi yang diberikan oleh pihak tentara Israel. Meskipun wartawan profesional seringkali ada dalam keadaan seperti itu, tapi Janna menganggap mereka tidak selalu melaporkan keseluruhan peristiwa yang tengah terjadi, hingga dia menganggap bahwa merupakan tanggung jawabnya juga untuk menunjukkna pada dunia apa sesungguhnya yang tengah terjadi melalui keseluruhan gambar yang berhasil dia dapat. Untuk itu, Janna sengaja memposting videonya dalam beberapa platform media sosial, seperti YouTube, Facebook dan SnapChat. "Saya ingin dunia mengetahui bahwa bangsa kami bukanlah teroris dan agar dunia mengetahui aksi kekerasan militer yang dilakukan pada kami," katanya pada The Arab Weekly. Halaman Facebooknya hingga saat ini bahkan telah mendapat lebih dari 80.000 likes.


Di lain pihak, sang ibu sendiri mengaku bangga akan apa yang dilakukan oleh Janna, sekaligus juga mengkhawatirkan akan keselamatannya. "Saya bangga dengan putri saya karena meskipun masih sebagai anak kecil, tapi ia telah berhasil untuk mengirimkan pesannya pada dunia. Dia berbagi ketakutannya, apa yang dirasakannya, dan tak ketinggalan juga masalah sekolahnya," kata Nawal kepada Al Jazeera. "Tapi sesungguhnya saya juga khawatir dan takut untuknya, terlebih ketika tentara Israel datang di tengah malam dan melemparkan gas air mata di sekitar tempat tinggal kami hingga kami terbangun di tengah kepulan asap ... dimana mereka menyerang orang-orang yang dituduh melakukan perlawanan terhadap pendudukan Israel."


Sementara paman gadis itu, Bilal, lebih mengerti akan kekhawatiran Nawal sebagai seorang ibu bagi Janna, akan tetapi ia juga paham bahwa anak-anak Palestina sesungguhnya tidak punya pilihan. "Memang dia harusnya bermain dan belajar sebagaimana layaknya anak-anak lainnya, tetapi dalam hidup kita saat ini itu bukanlah pilihan," katanya. "Kita harus mengajari anak-anak kita untuk tidak menerima penghinaan dan tidak bersikap pengecut. Kami saat init memang berada di bawah pendudukan. Kami tidak bisa untuk mengajari anak-anak kita untuk diam, karena mereka pun harus berjuang untuk kemerdekaan mereka."


Setelah pesannya mulai tersebar di dunia maya sekitar tahun 2014 lalu, dan kini mulai dipuji sebagai salah satu wartawan amatir termuda di dunia, Janna pun memperluas pekerjaannya dengan melakukan perjalanan bersama ibunya ke tempat-tempat seperti Yerusalem, Hebron, Nablus dan Yordania untuk membuat laporan video serta mempostingnya langsung secara online.


Janna mengatakan bahwa saat ini impian terbesarnya adalah ingin mendalami dunia jurnalisme profesional di Harvard agar kelak nisa mendapatkan pekerjaan di CNN atau FOX News karena "mereka tidak banyak membuat laporan tentang Palestina, dan saya ingin dunia lebih mengetahui akan apa sesungguhnya yang terjadi di Palestina."


Melihat Janna di depan kamera berbicara tentang konflik Palestina - Israel serta kekejaman yang terjadi di Tepi Barat setiap harinya, akan membuat kita seakan melihat dia bukanlah seorang gadis kecil yang masih berusia 10 tahun. Namun bagaimana pun juga seharusnya dia lebih bisa menikmati masa kecilnya. Dan ketika ditanya mengenai seperti apakah idealnya dunia dalam pikirannya, Janna mengatakan, "Saya ingin menjadikannya berwarna pink."



foto: Facebook

sumber: OddityCentral

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More