Pada 10 Oktober 1990, Nayirah bersaksi di hadapan Kongres AS mengenai kekejaman tentara Irak ketika menginvasi Kuwait.
Nayirah mengungkapkan horor ketika pasukan Irak menyerbu Rumah Sakit Al Adan di Kota Kuwait, tempat ia bekerja sebagai perawat sukarela.
Dalam kesaksian yang disiarkan langsung itu, Nayirah mengungkapkan bahwa tentara Irak merenggut bayi-bayi prematur yang dirawat di rumah sakit dari inkubator, dan membiarkan mereka tewas begitu saja.
"Saya melihat tentara Irak memasuki rumah sakit sambil menenteng senapan.
Mereka merenggut bayi-bayi itu dari inkubator dan membiarkan anak-anak itu tewas di lantai yang dingin. Itu sangat mengerikan," kata Nayirah sambil berurai air mata.
Namun, setelah Perang Teluk berakhir, terungkap fakta mengejutkan. Kesaksian Nayirah di hadapan Kongres AS itu ternyata palsu.
Tidak ada yang meragukan kesaksian gadis muda, yang sambil berurai air mata, memohon bantuan di hadapan pemerintah negara asing untuk mengusir penjajah yang telah memporak-porandakan tanah kelahirannya.
Berselang hampir dua tahun setelah Perang Teluk berakhir, terungkap bahwa kesaksian itu adalah sebuah cerita yang sengaja disusun untuk menarik simpati publik .
Kisah bayi-bayi Kuwait yang menjadi korban kekejaman tentara Irak pertama kali dilaporkan oleh Daily Telegraph di London pada 5 September 1990.
Namun kisah itu kurang membangkitkan simpati. Laporan tersebut belum diverifikasi, tidak dilengkapi dengan gambar yang bisa ditayangkan, dan tidak ada wawancara dengan ibu yang berduka atas kematian bayinya.
Kisah itu kemudian diperbaiki, dan diceritakan ulang oleh Nayirah di hadapan Kongres AS dengan akting yang sangat meyakinkan. Nyirah Al Sabah yang berusia 15 tahun itu menangis didepan Congressional Human Right Caucus (CHRC), dalam kesaksiannya ia mengatakan bahwa ia melihat tentara irak memindahkan ratusan bayi Kuwait dari inkubator dan membiarkan mereka mati di lantai-lantai rumah sakit sehingga niat Amerika untuk menyerang Irak semakin menggebu-gebu bahkan presiden Goroge Bush Senior mengutip tentang cerita inkubator ini sebanyak enam kali dan senator mengutip sebanyak tujuh kali sebagai alasan untuk pemungutan suara memberi kekuasaan kepada presiden Bush agar mengambil keputusan untuk menyerang Irak.
Dewan Keamanan mengecam Irak dan mengultimatum untuk segera meninggalkan Kuwait dan akan melakukan tindakan militer jika tidak meninggalkan Kuwait hingga 15 Januari 1991. Namun respon Saddam Husain justeru menolak meninggalkan Kuwait. Maka koalisi Amerika Serikat dan NATO serta beberapa negara arab menghimpun tentara sebanyak 700.000 dan siap menggempur Irak yang memiliki kekuatan pasukan sebanyak 300.000.
Gempuran yang dimulai tanggal 16-17 Januari 1991 yang disebut Operasi Badai Gurun. Diperkirakan ada sekitar 100.000 korban dari Irak dan berhasil membebaskan Kuwait dari penguasaan Irak. Tanggal 27 Februari pasukan koalisi berhasil membebaskan Kuwait.
Kebenaran akhirnya terkuak setelah Perang Teluk berakhir.
Ternyata video dramatis Nayirah di ABC's Nighline dan NBC Nightly News menyentuh jutaan pemirsa dan berhasil menggalang dukungan luar biasa bagi keterlibatan Amerika dalam konflik ini. Setelah perang selesai orang bertanya-tanya siapakah Nayirah Al Sabah tersebut. Diketahui ternyata Nayirah Merupakan putri Sheikh Saud Nasser Al-Saud Al-Sabah, Duta besar Kuwait untuk Amerika Serikat dan pernah belajar acting di Hill & Knowlton. Saud Nasir al-Sabah juga hadir saat putrinya bersaksi di depan Kongres AS.
Nayirah al-Sabah telah dilatih oleh Hill & Knowlton (perusahaan public relation) terkemuka Amerika,untuk menceritakan kisah palsu kekejaman tentara Irak terhadap bayi-bayi Kuwait di hadapan Kongres AS.
Diketahui dari wartawan ABC John Martin ternyata kesaksian berupa tentara irak membiarkan 300 bayi meninggal karena dikeluarkan dari inkubator tidak benar. Banyaknya bayi yang meninggal diakibatkan karena para perawat dan dokter pergi menyelamatkan diri ketika terjadi perang antara Irak dengan Kuwait.
Kebohongan Nayirah ini merupakan jenis propaganda kekejaman yang akan dikenang sebagai wanita pemicu perang dengan korban ratusan ribu jiwa. Ternyata efek samping dari berbohong tidak hanya merusak diri sendiri tapi juga orang lain.
0 comments:
Posting Komentar