Robert Wolter Mongisidi sosok pahlawan
yang menggelorakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda
berasal dari Manado.
Wajah Robert yang mirip dengan
keturunan Indo-Belanda membuatnya
sering melakukan aksi nya dengan
menyamar sebagai anggota tentara Belanda.
Di tengah jalan ia menghentikan jeep tentara Belanda
lalu ikut menumpang.
ia segera menodongkan pistolnya ke arah pengemudi dan merampas senjata serta mobilnya
Bahkan, pada kesempatan lain,
ia memasuki markas Polisi Militer Belanda
dan menempel plakat berisi ancaman.
Berkali-kali ia melakukan aksi heroik dan
selalu berhasil. Hal itulah yang menjadikannya sebagai buronan dan terus dikejar Tentara belanda
Wolter Mongisidi dihukum dengan ditembak
mati oleh Belanda pada 5 September 1949.
Ketika ditembak, Wolter Mongisidi
meminta untuk TIDAK ditutup matanya,
"Dengan hati dan mata terbuka, aku ingin
melihat peluru penjajah menembus dadaku,
.....merdeka, merdeka, merdeka!"
Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Robert Wolter Monginsidi sesaat sebelum delapan
butir peluru penjajah bersarang di tubuhnya.
Sebuah kalimat yang terselip pada
secarik kertas ditemukan pada Alkitab
yang dibawanya ketika dihukum tembak.
Kalimat itu kini menjadi kalimat herorik
warga Bantik karena dianggap sebagai
pernyataan sikap keberanian Wolter Mongisidi, yaitu "Setia Hingga Akhir Dalam Keyakinan."
ia gugur di usia yang sangat muda
24 tahun perjuangan nya yang terbilang
singkat Namun Cakrawala pikirannya
yang luas semangat nasionalisme dan
jiwa patriotisme serta kecerdasannya
tidaklah sependek waktu perjuangan
yang dipersembahkannya untuk ibu pertiwi,
"Perjuanganku terlalu kurang,
tapi sekarang Tuhan memanggilku,
rohku saja yang akan tetap menyertai pemuda-pemudi. Semua air mata dan
darah yang telah dicurahkan akan menjadi
salah satu fondasi yang kokoh untuk
tanah air kita yang dicintai Indonesia....
Begitu bunyi sebagian guratan pena bermakna Monginsidi dari dalam penjara yang ditulisnya.
0 comments:
Posting Komentar